
Francis Coquelin, Arsenal’s unorthodox DM
Artikel ini adalah soal memahami peran Francis Coquelin, pemain Arsenal yang sedang tidak populer di kalangan Gooners. Bukan salahnya, tapi “salah” Wenger yang membeli Granit Xhaka dengan harga selangit (35 juta poundsterling). Xhaka yang diharapkan fans-fans Arsenal dapat melahirkan kembali peran deep playmaker ala Arteta di musim ini terhalang oleh keras kepalanya Wenger yang terus memainkan Coquelin (dan Cazorla). Coquelin dijadikan kambing hitam oleh Gooners karena sebagian besar Gooners merasa Xhaka jauh lebih baik dan cocok untuk memainkan peran DM sekaligus deep playmaker di skuad Arsenal musim ini. Ia punya tackle keras, long pass dan short pass yang lebih akurat, terakhir punya long shot yang berbuah gol indah, ditambah lebih ganteng dari Coquelin. Kurang apa lagi? Mengapa Wenger demikian keras kepala untuk tidak mengganti Coquelin dengan Xhaka? Apakah Wenger punya misi pribadi untuk tidak menggunakan pemain mahalnya? Apakah transfer Xhaka bukan keputusannya? Berbagai teori konspirasi pun beredar di kalangan fans Arsenal yang menolak untuk memahami peran Coquelin dan isi kepala Wenger.
Tidak heran segala teori konspirasi di atas bisa lahir. Dari sebagian fans Arsenal yang saya follow (di Twitter), kebanyakan yang punya pemikiran anti Coquelin ini juga adalah mereka yang konsisten mengkritik Wenger, terutama soal taktik dan transfer. Mereka yang menolak memahami cara berpikir Wenger tentunya tidak akan paham mengapa Wenger lebih memilih Coquelin daripada Xhaka, untuk saat ini. Buat mereka, Wenger sudah outdated soal taktik, Wenger tidak mengerti bagaimana memainkan Xhaka, Wenger lebih pro ke anak didiknya daripada pemain bintang baru yang mahal. Bias anti-Wenger mereka mempengaruhi pendapat mereka tentang semua hal yang berhubungan dengan Wenger, termasuk tentang peran Coquelin. Jika Anda termasuk yang punya pendapat serupa, saya mohon Anda dapat sabar dan membaca artikel ini sampai selesai dulu sebelum berkomentar. Kolom komentar tersedia di bawah dan saya akan dengan senang hati meladeni keluh kesah Anda tentang Coquelin atau opini yang berseberangan. Artikel ini bertujuan untuk memahami cara pikir Wenger yang saat ini lebih memilih Coquelin daripada Xhaka, terlepas dari itu keputusan yang salah atau benar (yang hanya bisa diketahui di kemudian hari).
Untuk membandingkan peran keduanya maka match melawan Watford (Xhaka main, Arsenal menang 3-1) dan lawan Hull City (Coquelin main, Arsenal menang 4-1) bisa menjadi referensi. Keduanya berpasangan dengan Santi Cazorla dalam dua match itu. Mari kita mulai dengan paparan statistik sebelum saya memasukkan opini pribadi saya. Saya akan menggunakan Stats Zone (FourFourTwo) dan Whoscored yang mudah diakses setiap orang.
Stats Zone Defensive Dashboard

Coquelin vs Hull City

Xhaka vs Watford
Coquelin membuat 4 tackle, 4 interception dan 1 clearance dalam laga vs Hull City. Xhaka membuat 5 tackle, 2 interception, 3 clearance dalam match vs Watford. Angka yang tidak berbeda banyak. Tapi coba perhatikan posisi di mana aksi defence keduanya terjadi. Coquelin melakukan tackle dan interception lebih banyak di setengah lapangan lawan sementara Xhaka lebih banyak di setengah lapangan sendiri. Coquelin bermain lebih depan daripada Xhaka. Mengapa Coquelin bermain lebih maju? Dalam tiga pertandingan terakhir lawan Soton, PSG dan Hull City, Coquelin beberapa kali bermain lebih maju daripada Cazorla. Apakah ini karena nafsunya menyerang? Ataukah ini karena seringnya ia mengabaikan instruksi pelatih untuk stay di posisi DM?
Satu kali mungkin kebetulan, dua kali artinya kebiasaan buruk, namun kalau sampai tiga kali mengulangi hal yang sama artinya itu sebuah instruksi pelatih. Coquelin awalnya terlihat tidak nyaman dengan instruksi ini. Melawan Soton babak pertama, ia terus maju ke area lawan saat Arsenal menguasai bola. Beberapa kali ia menerima bola di lapangan lawan, namun gagal mengoper ke pemain Arsenal lainnya. Di babak pertama ia bermain buruk. Babak kedua, posisinya tukar dengan Cazorla, dari kiri ke kanan. Ia bermain lebih baik dan Arsenal menguasai bola dengan baik di babak kedua. Saat melawan PSG, Coquelin bermain lebih baik namun penampilan terbaiknya ada pada match lawan Hull City. Ia memainkan peran barunya yang diinstruksikan oleh Wenger dengan amat baik sehingga Arsenal mendominasi total pertandingan tersebut.
False Six
Anam Hassan (@arsenalcolumn) memiliki teori yang menarik mengenai “instruksi” ini. Dalam tulisannya di arseblog, ia mengupas bahwa Wenger menginstruksikan Coquelin bermain lebih maju dari biasanya dengan dua tujuan (ditambahkan sedikit analisa saya):
- Dengan majunya Coquelin ke lapangan lawan, membuat permainan Arsenal tetap di area lawan. Berlawanan dengan Positional Play (Salida Lavolpiana) ala Guardiola yang menggunakan DM sebagai deep playmaker untuk mendistribusi bola ke depan, Wenger memilih menggunakan CB sebagai distributor bola. Coquelin maju ke depan akan menarik marker-nya dan menarik mundur pressing lawan. Bila marker Coquelin ikut mundur, CB Arsenal akan bebas mengoper ke ruang yang terbuka (biasanya diterima Cazorla). Bila lawan memilih maju untuk pressing CB Arsenal yang membawa bola, ruang kosong yang ditinggalkan midfield lawan akan diisi oleh Ozil atau Cazorla untuk menerima bola. Dan karena ruang kosong ini sangat dekat dengan Zone 14 (yang diidentifikasi oleh analis sepakbola sebagai zone paling berbahaya), Arsenal tinggal melakukan satu operan lagi untuk menyerang dari zone yang diidentifikasi sebagai area di mana tingkat keberhasilan serangannya paling tinggi.
- Apabila Arsenal kehilangan bola di daerah lawan, maka lawan akan melakukan counter attack dengan cepat. Di sini kecepatan fisik Coquelin dan kemampuan hebatnya mengendus bahaya sangat berarti. Coquelin berkali-kali melakukan tackle dan interception di area lawan, saat lawan baru mau melakukan counter attack. Gegenpressing ala Klopp dilakukan oleh Coquelin, sendiri. Bila sukses, counter dari counter attack ini lebih efektif daripada DM yang baru mulai membaca serangan lawan di area sendiri, di Zone 5 dan 8. Dan karena notabene pemain Arsenal masih berada di lapangan lawan saat counter terjadi, probabilitas Arsenal kembali mendapatkan bola sangat tinggi. Permainan dilanjutkan di area lawan.
Sekali tepuk dua lalat. Dengan memainkan Coquelin lebih maju, Wenger membuka ruang untuk Arsenal menyerang dari tengah, dari Zone 14 sekaligus mengatasi masalah counter attack lawan yang menjadi momok Arsenal selama ini.
Hal ini merupakan evolusi taktik Wenger pasca Arteta. Guardiola menganalisa taktik Arsenal di tahun 2014 (saat kita masih menggunakan Arteta sebagai pivot):
Pep explains in detail how Mikel Arteta tries to draw in the opposing pivote in order to create a space in the middle of midfield into which Mesut Özil will try to appear. Pep walks through Arteta’s movements whilst emphasising to his players, who are spread out in front of him: “Özil is the dangerous one – he’s the one we really need to keep the closest eye on. Arteta draws you in, Özil pops up in that zone with Santi] Cazorla and Alex Oxlade-Chamberlain around him and that’s the way that they achieve superiority in a key area. We can’t afford that to happen.”
Saat itu Arteta bermain sebagai DM ala La Volpe. Positional Play yang diinspirasikan oleh Ricardo La Volpe (yang terkenal dengan sebutan Salida Lavolpiana, the way out of La Volpe) dan dikembangkan oleh Guardiola di Barca dan Bayern. Perannya sebagai pembawa bola adalah untuk menarik marker lawan agar tercipta ruang kosong di lapangan tengah untuk Ozil. Musim 2012/2013 setelah kepergian Song dan satu tahun setelah Arteta dibeli Arsenal, fans-fans Arsenal dan pundit bola bingung mengapa Arteta yang notabene pemain kreatif (AM Everton) ditaruh di posisi DM. Saat itu sepakbola Positional Play ala Guardiola belum populer diadopsi tim-tim Inggris. Banyak yang meragukan kemampuan Arteta sebagai DM dan menyayangkan kreativitasnya terbuang di posisi itu. Hasilnya Arteta menjelma menjadi DM tangguh, ahli tactical foul, passer bola terbanyak di tim Arsenal dan sesekali memberikan long ball akurat ke Giroud. Ia menjadi pemain terpenting di tim Arsenal sebelum Ozil bergabung. Masih ingat dulu fans Arsenal selalu khawatir setiap kali Arteta cedera? Bahkan kita punya statistik berapa % kemenangan Arsenal dengan Arteta vs tanpa Arteta. Good old days.
Cedera mengakhiri karir Arteta tapi dampak permainannya begitu membekas di hati Gooners yang berharap kita menemukan pengganti Arteta. Tidak heran kita begitu berharap banyak pada Xhaka. Pemain yang lebih mirip Arteta daripada semua pemain tengah yang kita miliki, termasuk Coquelin. Xhaka bisa mengoper bola dengan baik, long ball-nya akurat, dan rasanya interception serta tacklingnya lebih baik. Ia punya development ceiling yang lebih tinggi daripada Arteta. Kita melihat Xhaka sebagai Arteta Mk II.
Sayangnya fans Arsenal bak jalan di tempat (soal taktik) bila tetap berpikiran begitu. Bahkan Arteta di puncak permainannya sebagai DM tidak mampu membawa kita ke puncak. Wenger yang dikatakan outdated soal taktik sudah memilih untuk maju, evolusi taktik Arsenal untuk sekian kalinya. Memahami keterbatasan Positional Play Arsenal sebelumnya, terutama dengan berkembangnya adopsi transisi cepat di tim-tim lawan (paling jelas Leicester City), Wenger merespon dengan evolusi taktik terbarunya: False Six, atau bisa juga disebut Decoy DM. Istilah ini pertama kali ditulis di sini, jadi jangan lupa mengkreditkan blog ini bila istilah ini lalu populer.
Nomor enam adalah nomor sepakbola modern untuk DM. Coquelin menolak memberikan No 34 miliknya ke Xhaka mungkin karena No 6 ini masih dipakai Koscielny. False Six mengikuti trend False Nine adalah sebutan untuk DM palsu. Pemain yang memulai dengan posisi di DM, namun kemudian bergerak bukan di area operasi DM. Coquelin bermain sangat tinggi di 3 pertandingan terakhir, bahkan sering muncul di kotak penalti lawan. Ia semakin nyaman di posisi ini saat menyerang maupun bertahan. Operannya semakin bagus. Bahkan di pertandingan terakhir ia adalah pengoper ketiga terbanyak setelah Ozil dan Cazorla dengan tingkat kesuksesan tertinggi 98%. Dan operannya saat lawan Hull City kebanyakan terjadi di area lawan.

Passing Coquelin vs Hull City
Namun walau asyik mengoper bola, Coquelin tidak melupakan perannya sebagai DM. Merebut bola secepat mungkin ketika bola berpindah pihak. Ia melakukannya dengan sangat efektif. Coquelin memimpin statistik defence Arsenal musim ini dengan 3.8 tackles dan 3.5 interception (per 90 mins, angka yang masuk 10 besar terbaik di EPL). Bila terjadi di lapangan lawan, statistik ini menjadi berkali lipat lebih berarti. Ia mematikan counter attack lawan sekaligus menjadi trigger serangan baru Arsenal di area berbahaya. Gol pertama Arsenal lawan Hull City terjadi akibat serangan yang dimulai oleh Coquelin (shoot jarak jauh, memantul dari lawan, rebut kembali bola hasil pantulan, oper ke Cazorla – Walcott shoot – Iwobi rebound shoot – Sanchez goal!). Penalti Arsenal juga diberikan karena tendangan keras Coquelin di dalam kotak penalti lawan. Kedua hal ini dimungkinkan karena posisi Coquelin yang demikian maju saat Arsenal menyerang. Dan hanya Coquelin yang bisa melakukan ini sekarang karena kualitasnya (fisik maupun insting) dalam mengendus dan menghentikan serangan lawan di area lawan belum bisa ditandingi CM Arsenal lainnya.
Mencari Duet Midfield Arsenal Terbaik
Mengetahui keras kepalanya Wenger, maka Coquelin dipastikan tidak akan diganti dalam beberapa pertandingan ke depan karena ia sedang mencoba taktik revolusioner False Six barunya ini. Lalu apakah ia akan tetap bertahan dengan duet Coquelin – Cazorla? Bagaimana nasib Xhaka? Kompleksitas ditambah dengan kembalinya Ramsey yang pasti akan menuntut bermain dan Elneny yang lama di bangku cadangan akan ikut panas. Musim ini adalah musim di mana kita memiliki depth terbaik di midfield. 5 pemain berkompetisi di 2 posisi. Hanya posisi Ozil yang tak tergantikan. Bila Coquelin juga tidak tergantikan maka 4 pemain lainnya akan berkompetisi untuk 1 posisi di midfield. Ini menjelaskan mengapa Jack Wilshere cabut duluan.
Menilik dari awal musim ini, Wenger sejauh ini sudah mencoba duet Coquelin-Cazorla (Liverpool, Soton, PSG, Hull), Coquelin-Xhaka (Leicester), dan Xhaka-Cazorla (Watford). Mana duet yang terbaik? Mari kita lihat heatmap dari Whoscored.

Heatmap Xhaka & Coquelin vs Leicester City
Pertama kalinya Xhaka dan Coquelin bermain bersama karena Cazorla main sebagai AM. Xhaka start di DM dan Coquelin sebagai box to box. Heatmap yang biru itu adalah area jelajah Coquelin yang tersebar sedang Xhaka cenderung diam di Zone 7 dan 8. Coquelin mendapatkan MotM dari Whoscored di pertandingan (rating 8.4) ini karena statistik 5 tackle, 5 interceptionnya yang terbukti vital.

Heatmap Xhaka & Cazorla vs Watford
Di pertandingan ini, Coquelin cedera dan tidak bisa start. Xhaka diberikan kesempatan mendampingi Cazorla karena Ozil sudah kembali bermain. Terlihat heatmap tidak berbeda jauh dengan vs Leicester. Hanya saja kali ini Xhaka mengambil peranan lebih dalam bertahan dengan jumlah tackle dan interception yang lebih banyak (5, 2). Area jelajahnya masih di Zone 8 kiri sedangkan Cazorla beroperasi di kanan agak ke depan. Sekarang kita bandingkan dengan heatmap Coquelin & Cazorla di tiga pertandingan berikutnya (Soton, PSG, Hull):
Terlihat perbedaan jelas ketiga heatmap ini dengan dua heatmap sebelumnya: dua CM Arsenal bermain lebih maju. Bahkan saat melawan PSG sekalipun yang memainkan 4-3-3 dengan 3 CM berkualitas. Dalam pertandingan vs Soton dan Hull yang CM-nya tidak sebaik klub Eropa, dua CM Arsenal bermain mayoritas di lapangan lawan. Agenda Wenger untuk memaksakan permainan terjadi di lapangan lawan terwujud. Berkat taktik false six ini, berkat Coquelin. Heatmap lawan Hull City adalah ideal yang diinginkan Wenger. Dua CM-nya konsisten menjelajahi Zone 14, zone di mana serangan efektif dilancarkan.
Tidak hanya berpengaruh terhadap area jelajah CM. Taktik ini juga mengubah pola permainan Arsenal. Di mana CM Arsenal sebagai pemegang bola terbanyak bergerak, maka pemain-pemain yang lain akan mengikuti. Salah satu statistik model baru yang juga saya sukai adalah Positions & Passing Network milik @11tegen11. Saya akan sajikan 6 grafik @11tegen11 untuk Arsenal dan silakan simpulkan sendiri perubahannya.
Grafik di atas dari awal hingga terakhir menggambarkan evolusi taktik Wenger dan juga peran Coquelin. Match lawan Hull City memperlihatkan dominannya serangan Arsenal lewat tengah dan Zone 14. Arsenal menghasilkan goal attempt terbanyak dalam pertandingan tersebut. Arsenal yang biasa mengalirkan bola ke full back lalu cross ke Giroud mengubah gaya permainan dengan kombinasi pendek di tengah lapangan, lewat Zone 14. Sanchez, Ozil, Cazorla dan Coquelin menjadi tulang punggung taktik ini. Untuk melihat perbedaannya dengan Positional Play ala Guardiola, lihat grafik di bawah ini.
Untuk saat ini saya tidak melihat Wenger akan mengganti Coquelin dengan Xhaka. Xhaka tidak memiliki mobilitas ala Coquelin dan lebih condong bermain agak ke belakang. Dalam salah satu interviewnya Wenger mengatakan ia melihat Xhaka lebih cocok sebagai box to box midfielder daripada deep playmaker dan ia ditertawakan seantero jagat Twitter (fans Arsenal). Xhaka kan pengganti Arteta, kok malah mau disulap jadi Box to Box? Wenger buta ya? Sayangnya kebanyakan fans Arsenal merasa sudah paham taktik sepakbola hanya karena membaca artikel Positional Play ala Guardiola. Mereka lupa bahwa Wenger mengalahkan Barca dan Bayern-nya Guardiola, dengan tim yang jauh lebih murah meriah.
“He can of course [impose himself], he has the stature, the power, he has the strength. What we want is for him to use that in a very efficient way.
I personally prefer him as a box-to-box player,” added Wenger, “because he has the engine, the power and he has the long pass. He likes to come deep and distribute the game. I think as well he has the engine to have an impact with his runs.”
Wenger ingin Xhaka lebih banyak berlari seperti Coquelin. Hingga Xhaka siap berubah atau saat Wenger harus mengubah taktiknya untuk menghadapi tim tertentu yang tidak bisa dihadapi dengan False Six, Xhaka tampaknya masih harus duduk di bangku cadangan. Bagaimana dengan Ramsey dan Elneny?
Kelima pemain tengah Arsenal yang berkompetisi untuk 2 spot di CM ini memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda:
- Coquelin: sudah dibahas kekuatannya, kelemahannya ada pada akurasi passingnya yang sekarang sedang diasah.
- Cazorla: +dribbling, passing, retensi bola dan mobilitas; -fisik, tackling, pertahanan
- Elneny: +pass and move, interception, shooting; -sering kurang fokus saat bertahan (vs LIV), tracking back
- Xhaka: +long pass, tackling; -mobilitas, interception, off the ball run
- Ramsey: +penetrasi ke box, shooting, passing; -defense, slow
Tidak ada midfielder yang sempurna namun pasangan yang balanced bisa saling menguatkan dan kombinasi yang tepat akan menjadi lebih kuat daripada jumlah kekuatan+kelemahan keduanya. Dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan para pemain tengah Arsenal di atas dan taktik yang sedang menjadi fokus Wenger, duet pemain tengah terbaik Arsenal saat ini adalah Coquelin & Cazorla, COQZORLA.
Saya melihat lebih besar kemungkinan Xhaka dipasang dengan Elneny atau Ramsey daripada dengan Cazorla ataupun Coquelin. Maka Wenger bisa punya 2 pasang CM yang bisa ia gonta-ganti tergantung dengan lawan yang dihadapinya. Kalau ia ingin bermain agresif di lapangan lawan maka Coqzorla-lah yang dipasang. Kalau lebih ingin bermain counter attack maka Xhaka-Ramsey/Elneny bisa dipasang. Kita tidak perlu lagi was-was seperti jaman Arteta dulu, di mana tidak ada pengganti yang sepadan.
Menerima Coquelin Apa Adanya
Jadi setelah penjelasan panjang lebar di atas ditambah dengan paparan statistik yang komplet, masihkah Anda berpikir Coquelin adalah pemain yang jelek? Masihkah Anda berpikir Wenger kuno soal taktik? Masihkah Anda sibuk kampanye Xhaka vs Coquelin?
Semua data statistik di atas bisa didapat dengan gratis di internet. Jangan lupa Arsenal punya StatDNA, the world’s most advanced soccer data and analytics (klaim di akun Twitter-nya sebelum dibeli Arsenal). Perusahaan yang diakuisisi oleh Kroenke ini memberikan data statistik per hari ke Wenger. Apabila hanya dengan bekal statistik dari Stats Zone dan Whoscored saya bisa mengambil demikian banyak materi untuk tulisan ini, untuk menjustifikasi pandangan saya, bayangkan banyaknya informasi yang dimiliki Wenger soal pemainnya, soal perkembangan taktik sepakbola untuk kemudian menentukan permainan yang terbaik untuk timnya saat ini.
Bila belum percaya dengan ulasan artikel ini, silakan tonton ulang penampilan Coquelin di tiga pertandingan terakhir Arsenal. Tontonlah tanpa bias anti Coquelin di kepala. Anda akan melihat betapa efektinya peran Coquelin sebagai False Six, sebagai new Decoy DM Arsenal. Saatnya Anda menerima Coquelin apa adanya dan mendukungnya. Ia bisa jadi kunci sukses Arsenal musim ini.
Menarik ulasannya bung. Tapi ada hal yang bung lupakan, dalam hal fisik kalo duet coqzorla sangat mrngkhawatirkan, keduanya relatif bertubuh kecil, jadi masih mengkhawatitkan untuk pertahanan kita. Beberapa kali direct pass lawan dari tengah lapangan menerobos sampe petr cech.
Kalau soal fisik mungkin lebih kecil Kante… 😀
setau dan sepenampakan saya, untuk duel, one on one atau udara, Coq adalah gelandang terbaik Arsenal untuk urusan ini
Kemampuan Coq duel di udara sangat underrated, jarang disadari. Dan memang soal kecepatan, fisik yang menjadi modal duel one on one, Coq masih di atas semua DM kita, termasuk Xhaka.
Selain Coquelin yg Posisinya Dmf di area lawan, sancez juga punya peran baru Cf tapi posisi nya bebas berotasi bukan goal gatter
Sanchez sekarang jadi false nine. Jadi kita sekarang punya false 69 😀
tulisan anda sangat bagus, mungkin anda yang paling tahu istilah “Wenger Knows” sejauh ini. Semoga Coq selalu dalam top form. Tetapi Arsenal masih sangat kepayahan menghadapi serangan balik apabila strategi posisi Decoy DM ini melewatkan aliran cepat counter attack lawan. Jujur daripada saat kalah dengan liverpool, saya paling waswas nonton pas melawan PSG. Ospina… hanya Ospina seorang yang menyelamatkan Arsenal. Betul sekali strategi ini bisa membuat serangan Arsenal menjadi lebih tidak terduga, tetapi tetap saja resiko counter attack tetap tinggi. Masih rindu melihat Arsenal invincible, tidak banyak possesion tetapi counter attack dengan sprint dan finishing Henry dan Bergkamp… Akankah strategi invincible itu kembali lagi??
Taktik Arsenal disesuaikan dengan kemampuan pemainnya dan juga tren sepakbola lawan saat itu. Ada semacam aksi reaksi dalam evolusi taktik sepakbola. Invincibles bisa jaya karena kecepatan fisik Henry dan kecepatan pikiran Bergkamp. Tanpa keduanya, counter attack Arsenal tidak bisa demikian efektif. Saat itu juga tim-tim di Inggris secara taktik belum cukup modern. Pelatih asing hanya beberapa.
Taktik terbaru ini diterapkan karena Wenger melihat kecenderungan pressing tinggi tim-tim lawan dan kelebihan Coquelin mengendus operan lawan sejak dini. Kedua hal ini dikombinasi dan jadilah satu solusi yang sekarang dicoba dan terus diasah. Revolusioner bukan untuk seorang manager yang dicap lugu soal taktik? 🙂
Yang jarang terlihat sekarang adalah “8 detik yang mematikan”, apakah ini sebuah evolusi strategi baru???
Haha jadi baca kembali artikel jadul saya “8 detik”. 8 detik bisa kembali terulang. Bahkan beberapa counter attack cepat Arsenal sekarang terjadi kurang dari 8 detik sejak “transisi” dari pertahanan ke penyerangan. Cek coba beberapa gol kita musim ini dan musim lalu yang dimulai sejak Coquelin mengintersepsi bola dari lawan di tengah lapangan.
Seru nih pembahasannya..
Saya sendiri bkn anti-coquelin atau fanatik coquelin.. tp sejak musim lalu, coq emg sangat berkembang, gaya mainnya cerdas karena bisa baca permainan dan pintar intercept.. justru di awal musim sya kira cazorla/ramsey yg akan dicadangkan karna ada xhaka, tanpa mengira adanya perubahan peran coquelin.. xhaka sendiri punya long pass yg bagus dan bukan pemain mobile jd relatif diam di posisi tertentu dgn mengirim umpan panjang ke sisi sayap..
Tp di 3 pertandingan terakhir, coquelin emg rajin ke depan dan pressing di daerah lawan.. semoga taktiknya bisa berakhir juara..
Chance terbesar Xhaka untuk start adalah menggantikan Cazorla bukan Coquelin. Xhaka punya kemampuan keluar dari pressure dengan passing nya. Namun ia harus lebih mobile dan main lebih ke depan untuk menjadi 2nd playmaker Arsenal.
Bagus ulasannya bung.
Saya baru benar2 mengerti saat wenger bilang xhaka harus beradaptasi dengan pace liga inggris saat ini. Transisi bertahan ke menyerang hanya dalam hitungan detik, dan DM dituntut utk punya reaksi cepat. Xhaka masih sgt kurang dalam hal mengejar bola utk menghentikan serangan cepat lawan. Saya rasa kalau xhaka bisa menyerap kelebihan dr coq, dia akan menjadi sgt berguna.
Tapi wenger memang harus memberikan adapatasi taktik utk melawan tim papan atas luar inggris yg mampu mengobrak-abrik kita seperti psg. Xhaka cocok krna bermain lebih rapi dan berusaha membaca arah permainan lawan.
Xhaka punya kualitas tersendiri yang akan cocok lawan tim possession football yang bermain lebih lambat seperti di Bundesliga. Namun lebih baik kalau Xhaka bisa beradaptasi dengan Liga Inggris dan lebih banyak berlari bak box to box agar Arsenal punya lebih banyak opsi dalam memilih pemain.
Saat melawan tim besar, mungkin Wenger akan mengubah taktiknya belajar dari match vs PSG. Beberapa tahun ini ia lebih flexible dan lebih memilih bertahan lawan tim besar (yang ia tidak suka). Idealnya ia akan mencari jalan untuk mendominasi bahkan tim besar. 2nd half vs PSG bisa jadi petunjuk untuk adaptasi taktik Arsenal vs big team.
Mau ngomen, tapi ga akan puas. Mas, ngobrol yuk? 😁
Ngopi? Haha sayangnya kesibukan sehari-hari belum memungkinkan untuk itu. Ini buat nulis aja curi2 waktu hehe
ngobrol sama urang aja far
Terima kasih mas analisisnya
Kayak habis minum air kala haus bacanya
Dinanti tulisan2 berikutnya
Yapp, gw emang yakin sama coq, 2 musim kemarin saat naik naiik nya si coq ini langsung membuat gooners penuh harap, tapi pempilam musim lalu menurun dari musim sebelumnya, makanya wenger beli elneny buat pemanas coq, tapi permainan coq belum meningkat juga, makanya beli xhaka buat bikin persaingan makin padet, dan coq bener bener keliatan meningkat lagi permainannya semenjak xhaka dateng, pemain dengan totalitas paling tinggi saat ini ya coq sama jack, tapi jack lagi di loan, keliatan dari setiap ekspresi coq kalo arsenal golin.
Pemain paling kuat (coq) + pemain paling lincah (santi) emang paling pass..
Padahal dari musim 10/11 berharap tengah diisi duet jack – ramsey min, biar julukan ramshere makin bersinar hehe
Xhaka kayaknya dibeli untuk menggantikan Cazorla, yang sudah tidak muda lagi. Passing-nya dibutuhkan untuk jadi 2nd playmaker di tim.
coq itu bagus tapi kelemahan yang keliatan itu pass nya kurang banget saat ini
mudah mudahan dia bisa belajar jadi dia bisa jadi dm yang bener bener mantap
Waktu lawan Hull sangat lumayan passingnya Coquelin. Musim lalu, ia beberapa kali memberikan pre-assist (operan sebelum assist) ke final third lapangan lawan. Mestinya dengan berlatih setiap hari dengan pemain-pemain Arsenal yang rata-rata passingnya ciamik, Coquelin bisa meningkatkan skill passingnya.
Coq salah satu pemain yg gw suka gaya maen nya selain si jack ya.doi bener2 menginspirasi gw klw gw lgi maen sepakbola gw suka daya juang nya sama semangat bertarung nya.doi mengingatkan gw sama legend arsenal”BUNG VIEIRA”.julukan nya aja the next vieira kn.semoga tahun ini doi bisa memberikan gelar EPL sama seperti pendahulu nya dulu
Saya nantikan tulisan tulisan anda berikutnya mas.
Untuk ulasan berikutnya coba bahas Monreal atau Gibbs mana yang lebih unggul
Kalau yang itu ga perlu artikel hehe sudah pasti Monreal donk.
tulisan yang bagus!
selagi baca ini, terbayang 3 match terakhirnya Coq. dia begitu mobile dan memberikan opsi dalam menyerang. tapi ada satu atau dua peluang dari lawan yang langsung berhadapan dengan back four. taktik ini rasanya masih bisa ditingkatkan dengan meningkatkan skill passing-nya Le Coq dan membaca permainan lawan. Xhacoq mungkin patut dicoba lagi jika Xhaka bisa lebih mobile. jadi ada dua cm yang jago ngebaca lawan.
Great article Mas !!!
Saya jadi pembaca setiamu !!
#COYG
Posisi ini sudah terlihat lama ketika Wenger memainkan Frimpong..tapi celaka,ketika lawan attacking dia keteteran terbukti di kartu merah saat lawan Liverpool dan itu jadi pertandingan terakhir nya di arsenal.Tapi gaya bermain ini memang bagus dan eksekusi nya berjalan pada saat Mustafi masuk..dan saya heran jarang sekali saya melihat penetrasinya Coquelin dan betul gol Sanchez dari pantulan iwobi itu kreasi nya dari Coquelin.Terimakasih kita jadi semakin dalam ilmu nya dalam statistik mata telanjang dan musim ini saya yakin Arsenal Bakalan juara kalo bisa Throuble Winners.coyg
Coquelin kayanya cidera tuh pas lawan chelsea tadi malam. Bagaimana taktik wenger selanjutnya sebagai pengganti coquelin???
I feel a little self-conscious writing a comment with all the other intelligent sounding comments here, but I feel I should. I believe you’re right on many of your points in this article.
Mas kok udh gak aktif lg.. Ada kontak yg bisa dihubungi gak? Kali aja bisa ngobrol ngobrol soal taktikt wenger.. Kalo sekedar komen bakalan banyak nih