Duo Senjata Utama Arsenal

West Ham United 1 – 3 Arsenal

Cole (46′) – Walcott (68′, 71′), Podolski (79′)

Apa yang semestinya menjadi kemenangan reguler bagi Arsenal sempat juga membuat fans Arsenal deg-degan. Walaupun tampil dengan kekuatan penuh, berbeda dengan prediksi di tulisan preview saya, Arsenal kesulitan untuk mencetak gol di babak pertama walau mendominasi dan menciptakan beberapa peluang. Tidak heran Giroud dijadikan kambing hitam atas kegagalan mencetak gol tersebut. Beberapa kali ia menempatkan dirinya di posisi yang pas untuk mencetak gol dan sebanyak kali itu pula ia sendiri kecewa dengan hasilnya. Entah kaki yang gagal connect ke bola, atau sundulan dan tembakan yang melebar, atau tembakan yang masih bisa ditahan kiper, semua upayanya gagal. Untungnya fans away Arsenal masih bersabar dengan dirinya dan konsisten menyanyikan lagunya yang merupakan gubahan dari “Hey Jude” (The Beatles) untuknya. “Kesetiaan” tersebut akhirnya berbuah manis walau bukan dalam bentuk gol, tapi dalam bentuk assist kepada Podolski di penghujung babak kedua.

Rotasi Terpaksa

Wenger secara mengejutkan tidak melakukan rotasi signifikan di pertandingan ini. Ia hanya mengganti Rosicky dengan Cazorla. Koscielny kembali ke bangku cadangan setelah melalui masa penyembuhan cederanya saat lawan City dan Giroud serta Ozil tetap dipasang sejak menit pertama. Namun berbeda dengan prediksi kebanyakan orang, non-rotasi ini tidak menganggu penampilan Giroud dan Ozil secara keseluruhan, tetapi Ramsey yang menjadi korban. Ia mengalami cedera di babak kedua dan terpaksa digantikan oleh Podolski. Menariknya, “rotasi terpaksa” ini malah berbuah manis karena sejak itu permainan Arsenal lebih menggigit dan punya tujuan. Tiga gol Arsenal di babak kedua diciptakan setelah Podolski masuk menggantikan Ramsey. Perubahan posisi di mana Cazorla bermain sebagai CM menemani Arteta di tengah dan Podolski di sayap kiri ternyata berdampak besar terhadap efisiensi serangan Arsenal.

Dominasi di babak pertama tanpa gol Arsenal seakan tak berarti saat Carlton Cole mencetak gol di menit-menit awal babak kedua. Gol tersebut terjadi karena 2 hal: 1. Kesalahan Szczesny yang menangkis bola dengan memantulkannya ke depan Cole dan 2. Keterlambatan Ramsey untuk turun ke belakang. Ramsey terlihat lelah sepanjang pertandingan atau kurang jelas konsentrasinya. Beberapa kali ia memberikan through ball ambisius namun gagal menerobos pertahanan West Ham. Beberapa kali pula ia membiarkan Arteta sendirian saat menghadapi serangan balik West Ham. Ramsey yang biasanya melakukan tackle terbanyak di setiap pertandingan Arsenal, di pertandingan ini hanya melakukan 2 tackle sukses dan 0 interception. Sebagai perbandingan, Arteta sukses melakukan 4 tackle, 6 clearances dan 1 interception. Bahkan Cazorla lebih sukses soal bertahan di pertandingan ini dengan 2 tackle, 2 interception dan 1 clearance.

Pengaturan Tempo

Cazorla mendemonstrasikan bagaimana bermain sebagai CM yang mampu mengatur tempo pertandingan. Bola dioper pendek secara lateral dan vertikal sambil menunggu momen untuk mengirimkan umpan yang menusuk pertahanan lawan. Kunci suksesnya penyerangan sebuah tim sering kali tergantung pada tempo permainan yang diatur jenderal lapangan tengah. Di masa lampau kita punya Cesc Fabregas yang bisa melakukan ini dengan sangat baik. Arteta juga bisa walaupun kemampuannya sedikit terbatas soal through ball, dan sekarang kita lihat kemampuan itu di Cazorla. Ramsey dan Wilshere belum sampai ke level tersebut. Sering kali kita melihat mereka terburu-buru untuk menyerang saat menguasai bola dan berakhir pada kegagalan. Entah karena operan yang dipotong lawan, atau dribble yang gagal melewati barisan pertahanan. Saat posisi Ramsey diganti Cazorla, kontras terlihat perbedaan permainan Arsenal. Santi bisa mengatur tempo saat membangun serangan Arsenal. Dan karena ia bermain lebih ke belakang, ia punya ruang yang lebih banyak untuk berkreasi daripada sebagai LW. Sebaliknya, Ramsey yang mungkin masih terobsesi dengan rekor golnya musim ini, posisinya sering terlalu ke depan untuk ukuran seorang CM. Ia seakan lebih tertarik dengan urusan mencetak gol daripada mengendalikan jalannya pertandingan.

Tentunya Cazorla punya kelemahan dibandingkan Ramsey dalam soal bertahan. Dari segi fisik dan kemampuan melakukan tackling, Ramsey lebih unggul. Namun dari segi penguasaan bola, akurasi umpan, dan kematangan dalam pengambilan keputusan, Cazorla masih lebih unggul. Ramsey dan Wilshere bisa belajar banyak dari hal ini. Ozil juga memilikinya dan ia kelihatan sedang berupaya menyamakan frekuensi dengan rekan-rekan setimnya. Gol pertama Walcott tercipta karena umpan Cazorla yang bebas di depan kotak penalti kepadanya. Menarik untuk melihat bagaimana Wenger akan mempertahankan kombinasi Cazorla-Arteta di lini tengah ini di pertandingan-pertandingan berikutnya. Eksperimen yang wajib dicoba terutama dengan kembalinya Podolski di sayap kiri Arsenal.

Podolski dan Walcott

He has been out for four months, he has not played one game. I try to get him slowly back to competitiveness and he has shown he can have a huge impact because he can score and make goals – he can give assists. But on the pitch we had Podolski and Walcott and Giroud and Ozil and Cazorla you know when you lose the ball you can be a bit vulnerable but we had to go for it.

Perkataan Wenger di atas tentang Podolski menarik karena ia mengetahui Podolski dapat mencetak gol dan assist, namun ia juga tahu memainkan Podolski dan Walcott bersamaan berarti Arsenal lebih rentan terhadap serangan balik. Podolski dan Walcott tidak suka melakukan back tracking dan hal itu wajar bagi pemain berjiwa striker. Berbeda dengan pemain tengah, striker umumnya menyimpan energinya untuk kemudian meledak di beberapa periode vital. Pemain tengah umumnya mengeluarkan energi secara konstan, merata di sepanjang pertandingan sementara striker lebih eksplosif. Maka jangan heran striker top bisa terlihat diam dan tidak berkontribusi sepanjang pertandingan untuk kemudian tiba-tiba mencetak gol beruntun. Pengecualian untuk beberapa striker yang mengandalkan kecepatan seperti Suarez dan Henry, mereka akan terus terlibat sepanjang pertandingan karena kegemaran mereka melakukan dribbling bola.

Striker akan menyentuh bola jauh lebih sedikit daripada pemain tengah. Bila seorang pemain tengah dominan akan menyentuh bola sekitar 70-100 kali per pertandingan, seorang striker paling 15-30 kali. Waktu yang diberikan kepada seorang striker saat ia menerima bola juga jauh lebih sedikit. Bek lawan akan segera berusaha merebutnya dan ia praktis berada di area yang lebih ramai daripada seorang midfielder. Dalam kondisi demikian ia mesti menyimpan stamina dan konsentrasinya sepanjang pertandingan sambil menunggu kesempatan yang jarang tersebut untuk muncul, sehingga dalam waktu singkat tersebut ia bisa memberikan hasil maksimal. Oleh karena itu tracking back yang memakan energi banyak tidak disukai striker pada umumnya. Maka jangan kesal saat melihat Podolski dan Walcott berjogging ria saat tracking back mengawal fullback lawan. Itu adalah sifat alami striker murni.

Karena sifat ini pulalah yang disadari Wenger maka ia tahu riskan memainkan dua winger-striker murni di satu pertandingan. Wenger memilih untuk menyeimbangkannya dengan memainkan satu CM di sayap. Namun di saat tertinggal 1-0 di babak kedua dari West Ham, Wenger tak punya pilihan lain. Ia “terpaksa” berspekulasi untuk lebih menyerang dengan memasukkan Podolski. Kali ini spekulasinya berhasil. Walcott yang “hening” di babak pertama mendadak mencetak dua gol setelah Podolski masuk. Ini bukan kebetulan. Lawan terpaksa menyebar perhatian kepada tiga striker Arsenal sehingga Walcott mendapatkan ruang lebih banyak. Bukan kebetulan pula 2 gol terakhir di pertandingan ini melibatkan Walcott, Giroud dan Podolski.

Berbekal dari observasi pertandingan ini, tulisan saya berikutnya direncanakan soal kembalinya Podolski dan bagaimana secara taktik ia mungkin akan mengubah formasi Arsenal, atau mungkin juga tidak. Prospek kembalinya ke formasi 4-4-2 mesti dipertimbangkan Wenger karena tajamnya Podolski dan Walcott dan kurang tajamnya Giroud di depan gawang jangan sampai salah dikelola. Saat ini, suka atau tidak Giroud lebih berfungsi sebagai “bumper” untuk duo senjata utama Arsenal dalam mencetak gol: Podolski dan Walcott.

Leave a comment