Resolusi 2014 Arsenal: Lebih Baik daripada 2013

Sebelumnya mohon maaf tidak sempat blogging di akhir Desember dan awal Januari tentang Arsenal karena berbagai hal yang sifatnya pribadi. Ayah yang sakit, sidang pribadi saya (silakan googling kasus hukum @benhan) dan project baru di kantor tidak meluangkan sejam-dua jam bagi saya untuk menulis sebuah artikel review maupun preview. Nonton Arsenal tentunya tidak boleh dilewatkan namun menulis artikel yang perlu sedikit memutar otak terpaksa saya lewatkan. Sekali lagi maaf bagi yang sudah menunggu-nunggu… 🙂 Sungguh senang ada yang mengapresiasi blog ini.

Back to business, Arsenal tercatat sebagai tim terbaik di tahun 2013 di Inggris. Baik dari posisi puncak sementara di kompetisi 2013/2014 ataupun dari prestasi sepanjang tahun kalender 2013, Arsenal tak dapat dibantah lagi memperoleh poin terbanyak. Hanya satu kata yang dapat melukiskan prestasi tanpa trofi ini: “Konsistensi”. Tim Wenger yang satu ini berhasil mematahkan kutukan inkonsistensi tim Arsenal lainnya sejak era Invincibles, hanya sayangnya belum dilakukan pada durasi waktu yang tepat. Dari Januari ke Desember daripada dari Agustus ke Mei tahun berikutnya. Tantangan untuk membuktikan konsistensi tim ini ada pada paruh musim kompetisi ini: bagaimana dalam waktu 5 bulan tim ini bisa menjaga konsistensinya. Sejauh ini, lumayan.

Hanya satu kata yang dapat melukiskan prestasi tanpa trofi ini: KONSISTENSI

Arsenal memulai tahun baru 2014 dengan memberikan fansnya kemenangan demi kemenangan. Tanpa Ozil, Ramsey dan Giroud yang menjadi tiga pemain paling berpengaruh di paruh musim pertama, Arsenal tetap menang di dua kompetisi. Bahkan Tottenham yang baru saja memecat pelatih yang membelanjakan (walaupun yang belanja sebenarnya duet Baldini dan Levy) 100 juta pounds dana hasil penjualan Bale (You Sold Bale, We Signed Mesut Ozil, Mesut Ozil, Mesut Ozil – chant) dikalahkan dengan meyakinkan. Tiba-tiba model tim dengan manajemen Director of Football dan Head Coach dicela oleh para pundit yang sebelum musim ini dimulai memuji-muji model tersebut (dan mencela era tradisional ala Arsenal-Wenger). Para pundit itu memang tidak konsisten, maka abaikanlah prediksi mereka akan inkonsistensi Arsenal. Tidak mungkin kita percaya pada “maling yang teriak maling” bukan?

You Sold Bale,

We Signed Mesut Ozil, Mesut Ozil, Mesut Ozil.

Analisa taktik menjadi insignifikan ketika sebuah tim bermain konsisten. Tim yang sedang dipenuhi kepercayaan diri akan bermain dengan sepakbola dominan gaya mereka dan menghancurkan lawan yang berimprovisasi seperti apapun. Strategi > Taktik. Tim seperti Barcelona, Muenchen melakukan itu. Arsenal sedang ke arah tersebut. Arsenal yang dulu bisa dikalahkan dengan taktik ala Stoke City misalnya, dan selalu enggan bertandang ke klub-klub di utara sana yang terkenal dengan permainan fisiknya. Arsenal tahun 2013 konsisten mendulang poin justru dari tim-tim yang mengandalkan fisik dan taktik long ball untuk melawan strategi attacking football dengan mengandalkan operan cepat Arsenal. Arsenal hanya kalah dari Villa (kontroversi wasit), United (kelelahan fisik setelah melawan Liverpool dan Dortmund) dan City (lagi-lagi kelelahan fisik setelah dua pertandingan melawan Everton dan Napoli). Dua kekalahan Arsenal tersebut punya kesamaan: sama-sama setelah partai tandang Champions League, dan secara kebetulan sama-sama setelah menjamu klub Merseyside (hehe yang ini bisa diabaikan). Jadi bukan masalah taktik, tapi lebih soal kelelahan satu tim (akibat minim rotasi) yang dieksploitasi oleh tim lain yang memiliki lini depan maut secara penuh.

Secara pribadi saya merasa kekuatan Arsenal terutama di lini tengah dan belakang setara atau sedikit lebih kuat dibanding rival terkuat seperti City dan Chelsea. Di lini depan mungkin Arsenal sedikit lebih lemah daripada City. Faktor yang akan menentukan persaingan tiga klub ini di akhir kompetisi adalah: cedera, penambahan kekuatan ataupun peningkatan penampilan. Dari tiga poin ini Arsenal sudah lemah di poin pertama, cedera. Jawaban dari pertanyaan mampukah Arsenal konsisten dan menjadi juara liga ada pada kemampuan Wenger dan timnya menjawab poin kedua dan ketiga.

Faktor yang akan menentukan persaingan tiga klub ini di akhir kompetisi adalah: cedera, penambahan kekuatan ataupun peningkatan penampilan

Penambahan Kekuatan Skuad

Cedera Walcott terjadi di saat yang salah bagi dirinya. Di saat ia mulai menemukan performa terbaiknya, ia harus cedera dan melupakan mimpi plesiran di Brasil dengan dalih berkompetisi untuk Piala Dunia. Hanya sebagai peserta-penonton di Piala Dunia 2006 di usia ke-17, diabaikan dan tidak dibawa oleh Capello di Piala Dunia 2010, dan sekarang terpaksa tidak tampil di Piala Dunia 2010 di usia yang notabene sedang mencapai puncak (25 tahun). Di Piala Dunia berikutnya Walcott akan telah berusia 29 tahun. Simpati untuknya yang mungkin tidak akan merasakan masa puncak kejayaan di kompetisi dunia tersebut (bukan berarti kehilangan kesempatan untuk jaya bersama Arsenal). Perlu mandi kembang mungkin, Theo.

Satu hal yang mungkin dapat menghibur dirinya adalah Inggris bukan tim terbaik dan tidak dalam kondisi tim yang akan menjuarai kompetisi ini. Jerman, Spanyol, Brasil dan Argentina mungkin. Yang sedkit dapat menghibur fans adalah Gnabry dan Chamberlain akan dapatkan kesempatan langka bersaing untuk mengesankan Wenger di sisa kompetisi ini di posisi yang notabene sudah milik Walcott. Arsenal akan kehilangan kontribusi gol-gol dari Walcott dan harus mencari gantinya. Pertanyaannya dari Podolski, Gnabry, Chamberlain atau pemain baru?

Momen AHA! Podolski

Bila Wenger ingin mendorong Podolski untuk lebih haus gol, maka sisi kanan Arsenal akan mengimbangi dengan pemain yang lebih kreatif daripada “direct”. Gnabry, Rosicky, Cazorla dan mungkin Chamberlain akan digeser ke sisi ini. Bila Wenger tidak yakin dengan Podolski, maka ia akan membeli pemain sayap baru striker-winger ala Suarez. Tidak banyak pemain seperti ini yang terlintas di kepala saya, apalagi yang tersedia di transfer window pertengahan kompetisi. Jadi biarkan itu jadi PR Wenger dan tim daripada cape-cape mikirin dan belum tentu pula sesuai dengan benak mereka.

Wenger tidak akan membeli pemain yang bertipe sama dengan Giroud karena katanya: 

I looked for a striker last summer to play with Giroud and without Giroud,

In my mind, it was absolutely not to replace Giroud, it was to play with or without him.

After, we took [Mesut] Ozil, who is a bit off-the-striker, but we could have taken someone who plays up front and play in a 4-4-2.

Kutipan di atas menarik karena Wenger mengatakan mempertimbangkan memainkan dua striker dengan formasi 4-4-2 (kemungkinan ini yang dipikirkan ketika ia hendak membeli Suarez). Selain bermain di formasi 4-3-3, Podolski dapat bermain dengan formasi 4-4-2 dan mungkin ia akan lebih menikmatinya dengan berada lebih dekat kepada Giroud yang artinya lebih banyak kesempatan untuk mencetak gol dan bebas dari tugas “tracking back” pemain lawan yang tidak disukai striker.

Dengan latar belakang pemikiran tersebut maka beberapa pertandingan di bulan Januari ini akan menjadi audisi bagi Podolski. Villa, Fulham, Southampton, dan Coventry City (FA Cup) akan menjadi ajang uji coba Podolski. Bila ia gagal, Wenger akan membeli (atau meminjam) pemain di akhir Januari ini. Bila ia berhasil dengan posisi sayap kiri-cum-strikernya di formasi 4-3-3 ataupun posisi second striker di 4-4-2, kemungkinan besar Wenger akan menunggu pembelian pemain versi jangka panjang di transfer window awal musim depan. Ini prediksi saya.

Selain itu Arsenal mungkin akan mencari right back untuk cover kepergian Sagna (please don’t) dan mungkin beberapa pemain muda untuk persiapan regenerasi Rosicky, Arteta yang sudah tidak muda lagi. Mimpi transfer besar bisa kita simpan setelah Piala Dunia 2014 saja, lebih realistis dan pasti lebih seru.

Peningkatan Penampilan

Pembelian striker baru di tengah musim tidak selalu akan langsung memberikan kontribusi. Lebih penting adalah pemain-pemain sekarang dapat mempertahankan performanya atau malah meningkatkannya. Karena itu performa Giroud dan Podolski (dan juga Bendtner jika ia fokus) lebih penting daripada potensial performa calon pemain baru Arsenal. Giroud terutama karena sudah nyetel dengan pemain lainnya, dan sangat vital dalam permainan Arsenal sekarang. Wenger sendiri mengatakan, Giroud memberikan keseimbangan pada tim:

We have small players who combine quickly, so to find someone who can hold it, keep the ball, make some room for other players. well he does that very well. He gives us a very good balance.

Saat ini Giroud sudah mencetak 11 gol secara total, hanya selisih 6 gol dari total gol (17) yang ia cetak musim lalu. Bila ia bisa mengulang mencetak 11 gol lagi di paruh musim kedua ini, maka ia akan punya lebih dari 20 gol dan itu angka yang cukup bagus.

Podolski mencetak 16 gol musim lalu, dan musim ini baru 3 gol karena cedera panjang. Tiga gol itu hasil dari 3 start dan 3 subs. Bayangkan bila ia bisa start terus di 18 pertandingan liga sisa, mungkin ia bisa mencetak 20 gol liga musim ini? 🙂

Peluru Podolski dan Giroud, ditambah amunisi dari Ozil, Cazorla dan Rosicky yang belakangan makin fenomenal, serta suntikan darah segar dari Gnabry dan Chamberlain akan menentukan hasil akhir Arsenal musim ini. Semoga daftar cedera Arsenal musim ini cukup berhenti di Walcott saja.

Lini tengah dan belakang, no comment. Mereka fenomenal dan sudah menjelma menjadi pertahanan yang dapat memberikan gelar juara liga.

Lawan Villa

Saatnya membuktikan kekalahan perdana Arsenal musim ini adalah fluke, sesuatu anomali, kejadian luar biasa yang kontroversial. Saatnya restore order, mengembalikan tatanan yang seharusnya: kemenangan bagi Arsenal dan kembali ke puncak klasemen. Tidak ada pertandingan mudah di Premier League, seperti kata Ozil tapi tim yang sekarang pasti sangat paham tidak ada pertandingan yang tidak penting di Premier League apalagi dengan kondisi rival-rival terkuat menguntit dekat di belakang, siap menyalip kapan saja.

Giroud akan kembali tampil malam ini. Dan juga Ozil. Yang absen adalah Ramsey, Gibbs dan Vermaelen tapi Arsenal punya pengganti yang cukup mumpuni. Prediksi line up Arsenal:

Szczesny – Sagna, Mertesacker, Koscielny, Monreal – Arteta, Wilshere, Ozil – Cazorla, Giroud, Podolski

Subs: Fabianski, Jenkinson, Flamini, Rosicky, Chamberlain, Gnabry, Ryo

Bendtner masih cedera, dan rasanya Wenger akan memainkan Podolski daripada Gnabry malam ini. Sebagai audisi untuknya.

Duo Senjata Utama Arsenal

West Ham United 1 – 3 Arsenal

Cole (46′) – Walcott (68′, 71′), Podolski (79′)

Apa yang semestinya menjadi kemenangan reguler bagi Arsenal sempat juga membuat fans Arsenal deg-degan. Walaupun tampil dengan kekuatan penuh, berbeda dengan prediksi di tulisan preview saya, Arsenal kesulitan untuk mencetak gol di babak pertama walau mendominasi dan menciptakan beberapa peluang. Tidak heran Giroud dijadikan kambing hitam atas kegagalan mencetak gol tersebut. Beberapa kali ia menempatkan dirinya di posisi yang pas untuk mencetak gol dan sebanyak kali itu pula ia sendiri kecewa dengan hasilnya. Entah kaki yang gagal connect ke bola, atau sundulan dan tembakan yang melebar, atau tembakan yang masih bisa ditahan kiper, semua upayanya gagal. Untungnya fans away Arsenal masih bersabar dengan dirinya dan konsisten menyanyikan lagunya yang merupakan gubahan dari “Hey Jude” (The Beatles) untuknya. “Kesetiaan” tersebut akhirnya berbuah manis walau bukan dalam bentuk gol, tapi dalam bentuk assist kepada Podolski di penghujung babak kedua.

Rotasi Terpaksa

Wenger secara mengejutkan tidak melakukan rotasi signifikan di pertandingan ini. Ia hanya mengganti Rosicky dengan Cazorla. Koscielny kembali ke bangku cadangan setelah melalui masa penyembuhan cederanya saat lawan City dan Giroud serta Ozil tetap dipasang sejak menit pertama. Namun berbeda dengan prediksi kebanyakan orang, non-rotasi ini tidak menganggu penampilan Giroud dan Ozil secara keseluruhan, tetapi Ramsey yang menjadi korban. Ia mengalami cedera di babak kedua dan terpaksa digantikan oleh Podolski. Menariknya, “rotasi terpaksa” ini malah berbuah manis karena sejak itu permainan Arsenal lebih menggigit dan punya tujuan. Tiga gol Arsenal di babak kedua diciptakan setelah Podolski masuk menggantikan Ramsey. Perubahan posisi di mana Cazorla bermain sebagai CM menemani Arteta di tengah dan Podolski di sayap kiri ternyata berdampak besar terhadap efisiensi serangan Arsenal.

Dominasi di babak pertama tanpa gol Arsenal seakan tak berarti saat Carlton Cole mencetak gol di menit-menit awal babak kedua. Gol tersebut terjadi karena 2 hal: 1. Kesalahan Szczesny yang menangkis bola dengan memantulkannya ke depan Cole dan 2. Keterlambatan Ramsey untuk turun ke belakang. Ramsey terlihat lelah sepanjang pertandingan atau kurang jelas konsentrasinya. Beberapa kali ia memberikan through ball ambisius namun gagal menerobos pertahanan West Ham. Beberapa kali pula ia membiarkan Arteta sendirian saat menghadapi serangan balik West Ham. Ramsey yang biasanya melakukan tackle terbanyak di setiap pertandingan Arsenal, di pertandingan ini hanya melakukan 2 tackle sukses dan 0 interception. Sebagai perbandingan, Arteta sukses melakukan 4 tackle, 6 clearances dan 1 interception. Bahkan Cazorla lebih sukses soal bertahan di pertandingan ini dengan 2 tackle, 2 interception dan 1 clearance.

Pengaturan Tempo

Cazorla mendemonstrasikan bagaimana bermain sebagai CM yang mampu mengatur tempo pertandingan. Bola dioper pendek secara lateral dan vertikal sambil menunggu momen untuk mengirimkan umpan yang menusuk pertahanan lawan. Kunci suksesnya penyerangan sebuah tim sering kali tergantung pada tempo permainan yang diatur jenderal lapangan tengah. Di masa lampau kita punya Cesc Fabregas yang bisa melakukan ini dengan sangat baik. Arteta juga bisa walaupun kemampuannya sedikit terbatas soal through ball, dan sekarang kita lihat kemampuan itu di Cazorla. Ramsey dan Wilshere belum sampai ke level tersebut. Sering kali kita melihat mereka terburu-buru untuk menyerang saat menguasai bola dan berakhir pada kegagalan. Entah karena operan yang dipotong lawan, atau dribble yang gagal melewati barisan pertahanan. Saat posisi Ramsey diganti Cazorla, kontras terlihat perbedaan permainan Arsenal. Santi bisa mengatur tempo saat membangun serangan Arsenal. Dan karena ia bermain lebih ke belakang, ia punya ruang yang lebih banyak untuk berkreasi daripada sebagai LW. Sebaliknya, Ramsey yang mungkin masih terobsesi dengan rekor golnya musim ini, posisinya sering terlalu ke depan untuk ukuran seorang CM. Ia seakan lebih tertarik dengan urusan mencetak gol daripada mengendalikan jalannya pertandingan.

Tentunya Cazorla punya kelemahan dibandingkan Ramsey dalam soal bertahan. Dari segi fisik dan kemampuan melakukan tackling, Ramsey lebih unggul. Namun dari segi penguasaan bola, akurasi umpan, dan kematangan dalam pengambilan keputusan, Cazorla masih lebih unggul. Ramsey dan Wilshere bisa belajar banyak dari hal ini. Ozil juga memilikinya dan ia kelihatan sedang berupaya menyamakan frekuensi dengan rekan-rekan setimnya. Gol pertama Walcott tercipta karena umpan Cazorla yang bebas di depan kotak penalti kepadanya. Menarik untuk melihat bagaimana Wenger akan mempertahankan kombinasi Cazorla-Arteta di lini tengah ini di pertandingan-pertandingan berikutnya. Eksperimen yang wajib dicoba terutama dengan kembalinya Podolski di sayap kiri Arsenal.

Podolski dan Walcott

He has been out for four months, he has not played one game. I try to get him slowly back to competitiveness and he has shown he can have a huge impact because he can score and make goals – he can give assists. But on the pitch we had Podolski and Walcott and Giroud and Ozil and Cazorla you know when you lose the ball you can be a bit vulnerable but we had to go for it.

Perkataan Wenger di atas tentang Podolski menarik karena ia mengetahui Podolski dapat mencetak gol dan assist, namun ia juga tahu memainkan Podolski dan Walcott bersamaan berarti Arsenal lebih rentan terhadap serangan balik. Podolski dan Walcott tidak suka melakukan back tracking dan hal itu wajar bagi pemain berjiwa striker. Berbeda dengan pemain tengah, striker umumnya menyimpan energinya untuk kemudian meledak di beberapa periode vital. Pemain tengah umumnya mengeluarkan energi secara konstan, merata di sepanjang pertandingan sementara striker lebih eksplosif. Maka jangan heran striker top bisa terlihat diam dan tidak berkontribusi sepanjang pertandingan untuk kemudian tiba-tiba mencetak gol beruntun. Pengecualian untuk beberapa striker yang mengandalkan kecepatan seperti Suarez dan Henry, mereka akan terus terlibat sepanjang pertandingan karena kegemaran mereka melakukan dribbling bola.

Striker akan menyentuh bola jauh lebih sedikit daripada pemain tengah. Bila seorang pemain tengah dominan akan menyentuh bola sekitar 70-100 kali per pertandingan, seorang striker paling 15-30 kali. Waktu yang diberikan kepada seorang striker saat ia menerima bola juga jauh lebih sedikit. Bek lawan akan segera berusaha merebutnya dan ia praktis berada di area yang lebih ramai daripada seorang midfielder. Dalam kondisi demikian ia mesti menyimpan stamina dan konsentrasinya sepanjang pertandingan sambil menunggu kesempatan yang jarang tersebut untuk muncul, sehingga dalam waktu singkat tersebut ia bisa memberikan hasil maksimal. Oleh karena itu tracking back yang memakan energi banyak tidak disukai striker pada umumnya. Maka jangan kesal saat melihat Podolski dan Walcott berjogging ria saat tracking back mengawal fullback lawan. Itu adalah sifat alami striker murni.

Karena sifat ini pulalah yang disadari Wenger maka ia tahu riskan memainkan dua winger-striker murni di satu pertandingan. Wenger memilih untuk menyeimbangkannya dengan memainkan satu CM di sayap. Namun di saat tertinggal 1-0 di babak kedua dari West Ham, Wenger tak punya pilihan lain. Ia “terpaksa” berspekulasi untuk lebih menyerang dengan memasukkan Podolski. Kali ini spekulasinya berhasil. Walcott yang “hening” di babak pertama mendadak mencetak dua gol setelah Podolski masuk. Ini bukan kebetulan. Lawan terpaksa menyebar perhatian kepada tiga striker Arsenal sehingga Walcott mendapatkan ruang lebih banyak. Bukan kebetulan pula 2 gol terakhir di pertandingan ini melibatkan Walcott, Giroud dan Podolski.

Berbekal dari observasi pertandingan ini, tulisan saya berikutnya direncanakan soal kembalinya Podolski dan bagaimana secara taktik ia mungkin akan mengubah formasi Arsenal, atau mungkin juga tidak. Prospek kembalinya ke formasi 4-4-2 mesti dipertimbangkan Wenger karena tajamnya Podolski dan Walcott dan kurang tajamnya Giroud di depan gawang jangan sampai salah dikelola. Saat ini, suka atau tidak Giroud lebih berfungsi sebagai “bumper” untuk duo senjata utama Arsenal dalam mencetak gol: Podolski dan Walcott.

Pelajaran Mahal di Waktu yang Tepat

Manchester City 6 – 3 Arsenal 

Sebagaimana yang diprediksi, pertandingan antara dua tim yang terkenal dengan sepakbola menyerang ini berlangsung dengan tempo cepat dan permainan terbuka. Sayangnya satu tim tampil di bawah standar sehingga pertandingan berjalan berat sebelah. Bila di artikel preview saya menulis ini adalah Pertandingan antara Penyerangan Terbaik dan Pertahanan Terbaik, di akhir pertandingan sub judul yang lebih cocok adalah Pertandingan antara Penyerangan Terbaik dan Pertahanan Terburuk. Bagaimana Arsenal bisa bermain seburuk itu dalam hal yang justru merupakan kekuatan mereka musim ini? Mumpung masih panas di kepala, saya coba tuangkan satu-satu.

Axis Wilshere-Monreal

Line up Arsenal hampir sesuai dengan prediksi di artikel preview dengan satu perbedaan: Wilshere yang dimainkan bukan Cazorla. Dan itu ternyata menjadi kesalahan fatal Wenger. Axis Wilshere-Monreal menjadi titik lemah Arsenal dalam pertandingan ini dan dieksploitasi habis-habisan oleh Man City. Berbeda dengan dugaan awal kalau City akan menyerang sisi kanan Arsenal karena Walcott akan cenderung lebih maju, City malah menyerang sisi kiri Arsenal. Zabaleta berkali-kali memberikan crossing rendah yang efektif dan City mencetak 3 gol (satu secara tidak langsung dari CK) dari sisi tersebut. Tiga gol yang membuat posisi Arsenal tertinggal yang lalu terpaksa meninggalkan pertahanan demi mengejar ketertinggalan. Sayangnya gambling tersebut gagal dan berakhir dengan skor yang lebih buruk lagi.

Mengapa saya cenderung memainkan Cazorla di awal daripada Wilshere karena dua hal: 1. Cazorla lebih baik dalam ball possession sehingga ia lebih bisa mengatur tempo permainan Arsenal dan 2. Duet Cazorla-Monreal lebih baik daripada Wilshere-Monreal yang belum teruji. Permainan Wilshere adalah soal dribbling dan penetrasi. Dalam pertandingan ini sayangnya dribblingnya banyak yang gagal dan turn over sering terjadi berawal dari dirinya. City lalu menyerang balik dengan cepat dan Arsenal gagal mempertahankan penguasaan bola di tengah.

Kelemahan lainnya dari Wilshere yang berkontribusi pada gol adalah kecenderungannya untuk ke tengah karena secara natural ia adalah pemain tengah yang dikaryakan di sayap. Berbeda dengan Cazorla dan Rosicky yang lebih nyaman bermain di sayap, Wilshere jarang bergerak sepanjang sisi lapangan. Gol pertama dan kedua City notabene berawal dari jauhnya Wilshere dari garis tepi lapangan yang otomatis membuat ia juga berada jauh dari fullback City yang melakukan overlapping. Akibatnya City dapatkan corner kick dari serangan hasil overlapping Zabaleta dan Aguero mencetak gol pertama. Gol kedua terjadi saat Wilshere gagal lagi mengantisipasi overlapping Zabaleta.

Gol keempat City terjadi saat Monreal gagal menghalangi Navas memberikan crossing kepada Silva. Monreal dan Wilshere tampil buruk di pertandingan hari ini. Kombinasi keduanya membuat sisi kiri Arsenal sangat rentan setiap kali diserang.

Dilema Flamini-Arteta

Wenger drop Arteta dan memilih Flamini. Sayangnya Flamini tampil tidak sesuai harapan. Gol ketiga City terjadi karena kesalahan elementer yang dilakukannya. Umpan Ozil yang mestinya aman-aman saja gagal diantisipasinya dan Fernandinho memanfaatkannya untuk langsung mencetak gol. Perbedaan Flamini dan Fernandinho sangat terlihat di pertandingan ini. Bila City mempunyai pondasi batu kali kokoh di tengah dengan adanya Fernandinho dan Yaya Toure, Flamini dan Ramsey bak “pondasi tahu” yang gampang diterobos lawan.

Mengapa Wenger drop Arteta? Karena di dua pertandingan sebelumnya kekurangan kecepatan Arteta sangat terasa. Bahkan saat melawan Napoli dua kartu kuning diterimanya karena kekurangan kecepatan tersebut membuat ia harus melakukan foul. Wenger berpikir Flamini dan Ramsey cukup untuk menahan City. Sayangnya mereka berdua tidak memiliki kemampuan mengatur tempo ala Arteta. Arteta mungkin lemah dalam hal tackling dan penjagaan pemain yang lebih cepat, tapi soal ball retention, distribusi bola sambil mengatur tempo permainan, ia jauh lebih unggul. Arsenal terus terhanyut dengan tempo cepat yang menguntungkan City karena Ramsey dan Wilshere setiap mendapatkan bola langsung ingin membawanya ke depan, berakhir dengan kehilangan bola dan City menyerang kembali. Arteta akan mendistribusikannya secara horizontal, ke belakang, atur tempo baru menyerang. Inilah kekuatannya Arteta yang tidak dimiliki pemain-pemain muda Arsenal yang sering terburu nafsu. Lihat Wilshere yang beberapa kali kesal sendiri karena passingnya tidak menemukan rekannya atau tidak mendapatkan operan dari rekannya. Ketidakmatangan seperti ini dapat ditenangkan bila Arteta ada di lapangan.

Idealnya dalam pertandingan seperti ini Arteta berpasangan dengan Ramsey. Ramsey dengan jumlah tackling terbanyak di liga bisa menutup kekurangan kecepatan Arteta dan Arteta bisa mengatur tempo pertandingan saat Arsenal menguasai bola. Sayangnya faktor kelelahan dan jadwal yang padat tidak memungkinkan hal itu terwujud hari ini.

Setelah ketinggalan 4-2, Wenger terpaksa gambling untuk menyerang total, nothing to lose, kalah 4-2 dan 6-3 ya sama saja. Ia memasukkan Gnabry dan menarik Flamini yang tampil buruk keluar. Tanpa Flamini, lapangan tengah Arsenal bak karpet merah yang mengundang marching band City. City bisa mencetak beberapa gol tambahan di periode ini dan Wilshere serta Ramsey gagal sama sekali menjadi poros tengah. Bisa dimengerti keinginan Arsenal untuk mengejar ketertinggalan tapi naluri menyerang Wilshere dan Ramsey membuat mereka mengabaikan sama sekali pertahanan di lini tengah. Terjadinya gol kelima dan keenam City adalah akibatnya.

Kesalahan individu

Gol-gol City terjadi akibat kesalahan individu Arsenal dalam bertahan. Dari Koscielny saat gol pertama, Wilshere gol kedua, Flamini gol ketiga, Monreal gol keempat, Mertesacker gol kelima dan terakhir semua pemain tengah, belakang, kiper Arsenal untuk gol keenam. Kesalahan individu ada penjelasannya: konsentrasi yang kurang atau faktor kelelahan. Kombinasi keduanya mungkin yang menjadi penyebabnya kali ini. Walaupun tidak semua pemain tersebut bermain penuh di Napoli namun perjalanan yang harus ditempuh membuat mereka tidak memiliki waktu cukup untuk recovery. Kamis terbang dari Napoli ke London, Jumat istirahat dan mesti terbang Sabtu pagi ke Manchester. Bahkan waktu untuk latihan penuh pun tidak tersedia. City diuntungkan istirahat satu hari dan beberapa pemain intinya yang tidak dimainkan saat lawan Muenchen. Intinya persiapan City lebih baik di Arsenal dan mereka diuntungkan dengan tak perlu melakukan perjalanan jauh karena bermain di kandang. Hal kecil seperti ini sering jadi pembeda ketika dua tim kuat bertemu.

Faktor kelelahan ini juga yang mungkin membuat Wenger urung menurunkan Cazorla ataupun Rosicky yang bermain di Napoli kemarin. Rosicky dan Cazorla akan lebih cocok di formasi yang memainkan Walcott daripada Wilshere. Cazorla yang bermain berturut-turut perlu istirahat dan Rosicky tidak muda lagi. Wilshere dan Ramsey yang tidak memulai pertandingan di Napoli dirasakan akan lebih segar di pertandingan ini. Mungkin itu benar, namun taktik yang dimainkan Pellegrini mengeksploitasi posisi Wilshere yang tidak nyaman ini.

Mesin Gol Arsenal

Kenyataan ini terwujud sedikit tertunda dari artikel saya sebelumnya: “Kembalinya Mesin Gol Arsenal”. Satu-satunya hal positif dari pertandingan ini adalah tajamnya Theo Walcott. Gol pertamanya diambilnya dengan sangat baik, tendangan mendatar namun terarah dan dengan sedikit bending sehingga kiper City tak mampu bergerak, terhipnotis. Gol kedua ala Henry, di posisi kiri dan bending ke pojok jauh kanan gawang. Mungkin semasa ia rehabilitasi, ia dapat satu dua petunjuk dari King Henry yang masih berlatih di training ground Arsenal. Penampilannya hari ini otomatis mengamankan posisi sayap kanan untuk dirinya di pertandingan melawan Chelsea.

Perbedaan kualitas striker City dan Arsenal begitu ketara saat Aguero dan Negredo mencetak gol dari sedikit peluang yang tersedia sementara Giroud gagal menyundul crossing Sagna, offside saat menembak (dan bolanya masuk) dan gagal mengumpan dengan kaki kanannya di depan gawang. Giroud mesti lebih efektif lagi di depan gawang jika ia tak ingin Wenger mencari striker utama di Januari nanti. Link up play dan holding up-nya memang bagus namun ia butuh lebih clinical di depan gawang sebagai striker utama. Sudah lama ia tidak mencetak gol dari open play dan kini saatnya ia lebih ganas dan egois di depan gawang. Walcott bisa mengejar jumlah golnya bila ia terus tampil seperti ini. Kegeraman Wenger terhadapnya terlihat saat ia sudah diganti Bendtner di menit ke-75. Wenger seakan memberikan sinyal kalau ia lebih percaya kepada Bendtner daripada Giroud untuk dapat mencetak gol di 15 menit terakhir (dan memang ia lakukan hanya sayang masih offside gara-gara ukuran sepatunya yang demikian besar).

Sembilan Hari

Walaupun kekalahan ini menyesakkan dada dan akan membuat orang-orang kembali meragukan kemampuan Arsenal menjadi juara liga, banyak hikmah yang masih bisa kita petik. Kita beruntung sudah menabung poin dari hasil melawan tim-tim papan tengah dan bawah sebelumnya sehingga pertandingan ini hanya membuat City selisih 3 poin, belum menyusul Arsenal. Hal lain adalah walaupun kalah telak, kesalahan-kesalahan Arsenal di pertandingan ini tidak sulit untuk diperbaiki dan secara permainan Arsenal sebenarnya masih dapat mengimbangi City dengan beberapa serangan yang gagal menjadi gol dan tiga gol yang dicetak dengan cukup indah. Kekalahan ini membuka mata akan kelemahan Arsenal yang masih perlu dibenahi dan untungnya ini terjadi masih di paruh musim pertama. Masih banyak waktu untuk membenahinya. Dan untungnya untuk pertandingan berikutnya kita masih punya waktu sembilan hari untuk memulihkan diri dari kelelahan fisik dan mental.

Sembilan hari ini mesti digunakan Wenger dan para pemain dengan maksimal. Menganalisa kelemahan di pertandingan hari ini, memperbaiki komunikasi tim, mengasah permainan yang mengandalkan kecepatan Walcott, dan Giroud bisa latihan tembakan dengan Henry setiap hari. Dengan hasil buruk melawan Everton dan City, tidak ada hasil lain yang dapat diterima sembilan hari kemudian selain menang melawan Chelsea. Pelajaran mahal dari City ini mestinya mencambuk para pemain untuk bermain lebih baik lagi. Lebih konsisten, lebih fokus, lebih haus dan ganas. Bila kita melihat beberapa penampilan terbaik Arsenal musim ini (bukan di pertandingan ini), Arsenal bisa menang atas Chelsea yang tak lebih baik daripada City selama hal ini selalu diingat: kemenangan akan lahir dari suasana yang harmonis. Kemarahan Mertesacker kepada Ozil di akhir pertandingan yang tampak frustrasi dan menolak ke arah penonton tandang tidak perlu dibesar-besarkan. Itu hanya tanda betapa pemain sangat kecewa dengan kekalahan ini. Mertesacker mempunyai hati yang besar dan mengerti perasaan fans Arsenal setelah kekalahan besar ini, sedangkan Ozil terlalu kecewa dengan dirinya sendiri dan dengan kekalahan kali ini. Keduanya terhanyut dengan emosi setelah kekalahan. Besok mereka akan bertemu kembali di training ground dan akan kembali harmonis. Tugas Wenger selama 9 hari ini untuk mengembalikan tim ke kondisi fisik dan mental terbaik sebelum melawan Chelsea.

Victoria Concordia Crescit