Rebuilding Arsenal

Skuad Arsenal 2021/2022

Saya menulis series Transfer Window 2021/2022 dalam tiga artikel panjang yang mencoba memahami strategi transfer Arsenal musim ini. Artikel pertama saya tulis tanggal 25 Juli ketika Arsenal baru menyelesaikan transfer Tavares dan Lokonga, dan artikel terakhir dirilis tanggal 1 Agustus 2021, sehari setelah Arsenal mengumumkan Ben White. Silakan membaca kembali artikel-artikel tersebut untuk refreshing, jika berkenan.

Link Part 1 tentang aturan Home Grown dan kilas balik musim Arsenal 2019/2020

Link Part 2 tentang kilas balik musim Arsenal 2020/2021 dan kandidat marquee signing Arsenal

Link Part 3 tentang menghitung budget belanja Arsenal dan skenario prediksi akhir transfer window ini.

Mari kita lihat kembali skenario prediksi saya. Ada 2 versi, yang optimis dan realistis.

Skenario 1 – Optimis

Tabel 1 – Prediksi versi Optimis

Skenario 2 – Realistis

Tabel 2 – Prediksi versi Realistis

Dan yang akhirnya terjadi di akhir Transfer Window summer 2021 ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3 – Skuad Arsenal setelah Deadline Day TW Summer 2021

Prediksi yang tidak jauh meleset

Jika kita bandingkan, yang terjadi di akhir TW ini adalah sesuatu di antara skenario optimis dan realistis.

  • Jumlah pemain yang masuk sama dengan skenario realistis, yaitu 6 pemain baru. Bahkan posisi pemain barunya pun sesuai dengan prediksi.
  • Net spending Arsenal hampir sama dengan skenario optimis, yaitu sekitar 90 juta pounds, kalkulasi saya mengenai budget belanja pemain Arsenal ternyata tidak malu-maluin.
  • Penjualan yang terjadi di bawah perkiraan saya. Arsenal tidak mampu menjual beberapa pemain yang terpaksa hanya berakhir dengan loan tanpa obligation to buy (Nelson dan Bellerin) dan 2 pemain yang mestinya dijual gagal sepakat dengan klub pembeli akhirnya akan berstatus free transfer di akhir musim ini (Nketiah dan Kolasinac).
  • Jumlah pemain tim utama Arsenal sekarang menjadi 27, prediksi saya 26. Arsenal gagal melepas Kolasinac free transfer di akhir TW ini. 15 pemain non-HG (max 17) artinya Arsenal belajar dari musim lalu, kali ini semua pemain dapat didaftarkan untuk PL.
  • Willian di luar dugaan saya, akhirnya memilih memutuskan kontraknya dengan terhormat, tanpa kompensasi pesangon karena ia masih punya harga diri dan ingin bermain bola. Respect kepadanya yang lebih mementingkan pride daripada uang. Hal ini tentunya menguntungkan Arsenal yang dapat melakukan penghematan biaya gaji pemain sekitar 20 juta pounds untuk 2 musim!

Strategi Transfer Arsenal

Strategi ini sudah pernah saya tulis di Part 3 series Transfer Window Arsenal dengan kutipan sebagai berikut:

Saya pertebal pernyataan Edu dan Arteta bahwa usia Ben White sesuai dengan profil pemain tim yang sedang Arsenal bangun. Saat Arsenal terancam dan kemudian beneran tersepak dari Champions League, Arsenal memilih jalur pintas, shortcut untuk segera kembali ke Champions League lagi dengan membeli pemain yang lebih senior dan berpengalaman. Ini yang biasa disebut stopgap solution (solusi yang bersifat sementara). Pemain senior (di atas 26 tahun) yang dibeli antara lain mulai dari Aubameyang dan Mkhitaryan (di paruh musim terakhir Wenger), kemudian Leno, Sokratis, Lichtsteiner, David Luiz, Cedric Soares, Willian, dan Thomas Partey. Langkah ini terbukti tidak berhasil membawa kembali Arsenal ke level Champions League. Arsenal sudah tidak bermain di Champions League selama 4 musim. Alih-alih mengangkat moral tim dan mengubah mentalitas tim menjadi tim juara, sebagian besar pemain senior ini justru mengecewakan penampilannya dan bahkan Arsenal di musim lalu harus diselamatkan oleh pemain-pemain muda jebolan Hale End, seperti Bukayo Saka dan Emile Smith Rowe. Belajar dari pengalaman tersebut, Arsenal lalu mengubah strategi transfer untuk musim ini.

Transfer Window 2021/2022 – Saatnya Optimis? Part 3

Edu pun akhirnya memberikan wawancara kepada Skysports dan di Arsenal.com yang kurang lebih mengkonfirmasi soal strategi rebuilding tim dengan pemain muda di bawah 23 tahun dengan target panen jangka menengah (2-3 tahun) dan panjang (5 tahun ke atas). Edu menjelaskan saat ini Arsenal tertinggal jauh dari tim elit lainnya yang hanya cukup membeli 1-2 pemain di transfer window kali ini karena kualitas timnya sudah sangat baik (Chelsea, City, Liverpool) sementara Arsenal masih perlu memperbaiki kualitas tim di banyak posisi. Arteta mengatakan hal yang sama seminggu kemudian.

On top of that, we needed to recruit in a lot of positions. In order to do that, we had to spread the money and how it was spent wisely. Then we had to be very specific with the qualities, the targets we want that can reach the potential that is required at that level with the competition we have with other teams, to reach that [aim]. 

The whole strategy was around that, making those decisions as quickly as possible that could give us big margins of improvement in a short period of time.

Mikel Arteta – The thinking behind our transfer strategy

Karena KSE bukan bank yang cetak uang, 145 juta pounds miliknya dibelanjakan oleh Arsenal untuk 6 pemain muda yang akan meningkatkan kualitas tim, walau mungkin mereka butuh waktu lebih lama untuk memberikan dampak langsung. Bandingkan dengan City dan Chelsea yang belanjakan uang 100 juta pounds untuk seorang pemain elit. Edu berkata tujuan transfer kali ini adalah membangun pondasi. Di masa mendatang Arsenal mungkin hanya akan melakukan pembelian 1-2 pemain elit untuk melengkapi kualitas tim yang sudah cukup bagus. Tapi saat ini kita masih belum sampai ke sana. Seperti kata Arteta, kita perlu merekrut pemain di banyak posisi dari GK, RB, LB, CB, CM, AM, ST. Dari ketujuh posisi ini, enam terpenuhi dari transfer window ini dan yang lebih penting, keenam pemain ini memiliki kualitas (atau potensi) yang lebih tinggi daripada pemain yang akan digeser/ digantikan mereka di tim Arsenal.

  • Ramsdale -> Runarsson
  • Ben White -> Holding / Chambers
  • Tomiyasu -> Bellerin
  • Tavares -> Kolasinac
  • Lokonga -> Elneny
  • Odegaard -> meneruskan perannya sendiri di musim lalu

Keenam pemain muda ini tidak butuh waktu lama untuk integrasi ke timnya Arteta. Lima dari enam pemain ini langsung start melawan Norwich (Ramsdale, Ben White, Tomiyasu, Lokonga, Odegaard). Kemudian minus Lokonga, keempat pemain yang sama start lagi melawan Burnley. Hanya Nuno Tavares yang duduk di bangku cadangan sebagai pelapis Tierney. Kedua pertandingan berakhir dengan kemenangan 1-0 dan juga clean sheet. Untuk sementara ini, strategi rebuilding dengan target mid term dan long term ini juga memberikan dampak segera. Dari debut semua pemain baru ini, yang cukup mengejutkan adalah Ramsdale dan Tomiyasu. Kebanyakan fans Arsenal tidak mengira dampak positif instan dari penampilan mereka. Apalagi mengingat keduanya berasal dari klub yang lebih inferior daripada Arsenal (halo, spesialis degradasi…). Ini sebuah pelajaran buat kita bahwa pemain bagus ada di mana-mana, yang mungkin tidak terlalu terdengar di media dikarenakan keterbatasan dari pencapaian klub asalnya. Scouting Arsenal baik yang langsung di lapangan dan yang dari tim analisis statistik dan video patut diacungkan jempol karena keberhasilan mereka menemukan bakat-bakat terpendam ini.

Tomiyasu The Shield – source: @kazu_designs

Attiude and Character

Selain profil usia dan bakat pemain yang menjadi dasar pembelian pemain baru, hal lain yang dinilai dari tim perekrutan Arsenal adalah attitude dan character pemain. Di awal bergabungnya Arteta, saya menulis artikel The Arteta Way. Bagi Arteta, ada 4 hal penting yang ia inginkan sebagai pondasi dasar timnya: komitmen, akuntabilitas, agresi dan gairah untuk memainkan sepakbola dan mewakili klub ini.

The priority, as I said before, is what we are going to transmit on the team, is a reflection of the demands we are going to put on them every day in training. That’s commitment, accountability, aggression and passion to play this sport and to represent this football club.

This is the basic I am going to demand from them, and from there we can start to build things and improve all the things, obviously, that have to be done as quickly as possible, but if we don’t have this in the right manner, I think it will be difficult.

Mikel Arteta when he joined Arsenal as head coach, December 2019

Selama 1,5 tahun ini, Arteta melakukan perubahan tim dengan mengeluarkan pemain-pemain yang tidak memenuhi 4 kriteria di atas. Pemain yang tidak memiliki komitmen yang sama, tidak memberikan 100% di sesi latihan, dan tidak memiliki gairah untuk mewakili klub ini, silakan out!. Pemain yang melanggar nilai-nilai yang tidak dapat ditawar (non-negotiables) yang sudah ditentukan untuk tim juga out!. Revolusi mental memakan korban mereka yang tidak bisa ataupun yang menolak berpartisipasi. Mari kita lihat siapa saja para pemain tim utama warisan Wenger dan Emery yang sudah “dibuang” oleh Arteta:

  • Mkhitaryan
  • Emi Martinez (dijual untuk profit)
  • Sokratis
  • Mustafi
  • Ozil
  • Mavropanos
  • Guendouzi
  • Willock (dijual untuk profit)
  • Torreira

Bersih-bersih skuad ini tentunya juga bukan tanpa harga yang harus dibayar. Selain Emi Martinez dan Joe Willock, pemain lainnya dilepas murah dengan loan dan option to buy atau diputus kontrak. Arsenal jelas rugi dari segi potensi penjualan. Selain itu selama separuh musim 2020/2021 penampilan Arsenal sangat buruk yang notabene juga dipengaruhi faktor ketidakharmonisan di dalam skuad. Setelah bersih-bersih itu terjadi di bulan Januari 2021, praktis penampilan Arsenal jauh membaik (silakan baca Part 2 untuk lebih jelasnya)

Kemudian dari tim utama Arsenal saat ini, tersisa 10 pemain yang bukan hasil pembelian di masa Arteta, ataupun tidak/belum diberikan kontrak baru di masa Arteta, antara lain:

  • Kolasinac (sisa setahun)
  • Chambers (sisa setahun)
  • Elneny (sisa setahun)
  • Nketiah (sisa setahun)
  • Lacazette (sisa setahun)
  • Leno (sisa 2 tahun)
  • Pepe (sisa 3 tahun)
  • Maitland-Niles (sisa 2 tahun)
  • Bellerin (sisa 2 tahun)
  • Saliba (sisa 3 tahun)

Dari daftar di atas, kita kurang lebih bisa menebak jika di musim ini Arteta tidak memperpanjang kontrak pemain-pemain di atas, mereka adalah target berikutnya yang akan dijual/dilepas oleh Arsenal di TW mendatang. Hanya dalam waktu 2,5 tahun (di akhir musim ini) Arteta akan berhasil melakukan bersih-bersih skuad dan kemudian memiliki tim yang berisi pemain-pemain pilihannya sendiri, hasil seleksi alam 4 kriteria tersebut. Luar biasa dukungan board dan manajemen Arsenal untuk revolusi yang dipimpin Arteta ini. Praktis ia mengganti total tim warisan Wenger dan Emery dalam waktu yang relatif singkat.

Target Musim Ini

Satu hal menarik yang bisa kita perhatikan di wawancara Edu maupun Arteta adalah absennya penyebutan target Arsenal di musim ini. Masih kita ingat pernyataan kontroversial Willian yang menyebutkan bahwa Arteta membelinya untuk membawa Arsenal ke Champions League di musim pertama, dan keluar sebagai juara Champions League di musim ketiganya. Wow! Sayangnya pernyataan tersebut jauh dari kenyataan… Arteta dan Arsenal akhirnya menerima kenyataan bahwa kualitas timnya tidak bisa ditutup dengan satu dua pemain senior, dan sekarang Arsenal memilih jalur yang lebih terencana baik, dengan membangun pondasinya terlebih dahulu. Seperti yang sudah saya tulis di artikel sebelumnya:

Arsenal sepertinya sudah siap menempuh jalan yang lebih panjang agar peningkatan kualitas tim ini memiliki pondasi yang lebih kuat, beralih dari pembangunan tim instan dengan pondasi rapuh yang hasilnya terbukti mengecewakan. Arsenal memutuskan untuk membangun ulang tim. Pengalaman mengajarkan lebih sulit untuk “membentuk” pemain-pemain senior yang sudah “jadi” di klubnya masing-masing, apalagi untuk menyesuaikan diri mereka dengan style sepakbola yang berbeda yang diinginkan Arteta, seperti Positional Play yang menghasilkan sustainable pressure and possession

Transfer Window 2021/2022 – Saatnya Optimis? Part 3

Edu setelah berkonsultasi dengan manajemen Arsenal (Tim Lewis, Vinai) menginformasikan ke Arteta sekitar awal tahun ini rencana pembelian pemain dibawah 23 tahun sebagai bagian dari planning rebuilding Arsenal. Tentunya Arteta terkejut, karena ia tahu rencana ini butuh waktu lebih lama untuk berhasil sementara fans akan menuntut hasil jangka pendek pada dirinya. Namun manajemen meyakinkannya kalau ia akan diberi waktu untuk menggarap project ini. Mengembangkan tim muda ini menjadi tim yang bisa memainkan Positional Play tanpa target kembali ke Champions League segera. Dengan rencana baru ini baik Arteta dan Edu tidak lagi menyebut top four sebagai target finish musim ini. Mereka berusaha menurunkan ekspektasi fans. Di podcast yang menghadirkan Per Mertesacker sebagai pembicara (wajib ditonton), Per juga mengaku targetnya adalah dalam 2-3 tahun Arsenal bisa kembali ke Champions League dan bersaing serius untuk title Premier League.

Musim ini adalah soal meletakkan pondasi. Bagaimana tim ini bisa bermain dengan komitmen, akuntabilitas, agresi dan gairah mencerminkan tim Arsenal yang sesuai dengan reputasinya, by far the greatest team the world has ever seen. Memainkan sepakbola menyerang dengan pressing dan possession yang berkepanjangan. Tentunya Arsenal berharap bisa lolos minimal top six di akhir musim agar bisa kembali bermain di kompetisi Eropa namun saya yakin dalam hati Arteta dan pemain-pemain Arsenal, top four selalu menjadi incaran mereka (no pressure, team). Di akhir Desember nanti, kita bisa lihat sejauh apa posisi Arsenal dari top four, dibanding secara relatif dengan penampilan klub-klub lainnya.

Trust The Team

Terlepas dari keyakinan Anda terhadap kemampuan Arteta memimpin tim muda ini, Per Mertesacker mengatakan Trust itu sangat dibutuhkan dalam project rebuilding ini. Supporter mesti lebih sabar karena rencana ini memang akan butuh waktu, namun kita akan melihat indikasi adanya perbaikan sedikit demi sedikit seiring dengan waktu. Paling tidak gairah pemain-pemain muda berkarakter ini seperti Ramsdale dan Tomiyasu dalam membela tim ini akan sangat membanggakan. Tim ini akan mengalami masa-masa sulit juga seyogyanya tim yang berisi mayoritas pemain muda, dan di masa-masa sulit seperti itulah dukungan supporter sangat diperlukan. Trust the club and trust the team.

You always want the shortcut, you know, ‘bang’ straight back into the Champions League, straight back into being successful,

I think even myself, realising and working now with the academy, going more long term and developmental, I think we see kind of similar-ish traits in the first team, and I hope that Mikel gets the time that he needs.

I want to be successful tomorrow, I want to go back in the Champions League tomorrow, I want to speak to people and say, ‘listen, we have got the best club in the world who challenges for titles every single year’. That’s not the reality. I think the earlier we get on the train of ‘we are in a big, big transition still’ [the better].

To have sustainable success there needs to be some trust. I’m all for trusting people. Mikel Arteta, and I perceive him to be the right person, lets give him the trust and the development squad that he can take to the next level that will achieve Champions League football, maybe in two to three years.

From a club person, that’s my take basically at the moment, because I’ve worked with Mikel very very closely.

I know how much he wants it, I know his work ethic, I know how intense the squad works at the moment to get to a better level. I think we all have to swallow disappointment at the moment, which I’m keen to change, but the environments that we are going to deliver in the next years will be key for our success.

The stakes are very very high, and I understand that there is a lot of criticism, but some people need to swallow that and try and grow with it, and Mikel is someone that does that.

Per Mertesacker on The Beautiful Game Podcast

Kalaupun misalnya Mikel Arteta tidak berhasil membawa tim ini ke level yang diharapkan, pelatih berikutnya akan mewarisi tim dengan profil pemain yang lebih baik daripada Arteta. Lebih muda, berkarakter positif, berbakat, dan mampu memainkan sepakbola modern ala Positional Play. Arsenal tinggal mencari pelatih modern yang bisa menerapkannya lebih baik (tentunya tidak mudah mencarinya). Inilah hasil planning rebuilding Arsenal yang matang, bukan hasil tambal sulam dengan membeli pemain-pemain tua sebagai stopgap solution. Pada akhirnya klub tetap akan memetik hasilnya, siapapun manager-nya.

Untuk saat ini, mari kita menikmati mendukung Arsenal tanpa beban.

Menikmati aksi Ramsdale, Tomiyasu, Gabriel yang berjibaku dalam duel bola-bola atas…

Menikmati umpan terobosan jarak jauh dari Ben White, Partey dan Odegaard…

Menikmati crossing akurat dari Tierney yang sayangnya hanya satu dari lima yang berhasil dimanfaatkan striker-striker kita…

Menikmati one touch football The Smith dan Saka sambil diiringi chant baru Smith and Saka yang fantastis itu…

Menikmati twist and shout Sambi di lini tengah sambil melupakan sideway dan back pass Elneny…

Menikmati gocekan Pepe yang ketika berhasil biasanya dilanjutkan dengan assist ataupun gol-gol fantastis… Ketika tidak, suara ahhh akan terdengar bersamaan di stadion…

Menikmati momen pertama kalinya Balogun membobol gawang lawan sebagai striker utama… dan berakhir sebagai striker utama tim ini di akhir musim.

Menikmati larinya Martinelli yang meninggalkan Cristiano Ronaldo, idolanya, yang terjatuh ala Kante di lapangan hijau…

Sambil di dalam hati kita meyakini bahwa tim ini akan menjadi lebih baik lagi. Tim ini akan sampai ke sana… Pantai seberang yang sudah lama kita tinggalkan semenjak lengsernya The Professor. Mudah-mudahan kali ini anak-anak didiknya (Edu, Mikel dan Per) yang akan berhasil menggantikan perannya sebagai nahkoda kapal tercinta ini.

Rebuilding Arsenal Part 2

Rebuilding Arsenal Part 3

Advertisement

Transfer Window 2021/2022 – Saatnya Optimis? Part 3 (The Final)

Terima kasih kepada para pembaca yang telah setia mengikuti serial ini sampai di Part 3 ini. Kita telah sampai ke penghujung “cerita”. Tenang saja, bagian final dari tulisan panjang yang mengulas Transfer Window 2021/2022 ini tidak akan saya buat menggantung. Tulisan ini akan saya tutup dengan prediksi saya mengenai akhir dari transfer window Arsenal ini, yang deadlinenya jatuh pada tanggal 31 Agustus nanti, tepat sebulan dari hari ini. Arsenal baru saja mengumumkan transfer Ben White kemarin, namun Arsenal belum selesai. Masih banyak pergerakan di TW yang akan terjadi dalam satu bulan ini dan semuanya akan diulas di bagian terakhir serial ini.

Ben White dan Profil Pemain Incaran Arsenal

Dear fellow Goonerettes, how’s Ben White, is he cute?

Mari kita coba pahami dulu mengapa Arsenal membeli Ben White seharga 50 juta pounds, nilai yang sangat tinggi untuk ukuran seorang CB di PL, apalagi untuk ukuran klub Arsenal yang bukan sugar daddy club. Hanya Pepe dan Aubameyang yang nilai transfernya lebih tinggi dari Ben White sepanjang sejarah Arsenal. Ini adalah statement of intent bahwa Arsenal punya uang dan serius untuk memperbaiki kualitas skuad musim ini.

“Ben has been a key target this summer. He has so many qualities which make us so excited he’s joining us. Ben’s a young English player with a great future. He’s very strong defensively, good on the ball with a great passing range. We’re delighted Ben’s signed and we look forward to him growing with us.”

Edu

“Ben was a top target for us and it’s great that we’ve completed his signing. Ben has been educated with two very good clubs, Brighton and Leeds, in recent seasons. He has benefitted well from two very good coaching set-ups and has shown with both Brighton and on loan with Leeds what a strong talent he is. 

Ben is an intelligent defender who is very comfortable with the ball at his feet and his style fits perfectly with us. And of course, he is still young, so his age and profile fits with what we are building here. We are all looking forward to Ben being central to our future long-term plans.”

Mikel Arteta

Saya pertebal pernyataan Edu dan Arteta bahwa usia Ben White sesuai dengan profil pemain tim yang sedang Arsenal bangun. Saat Arsenal terancam dan kemudian beneran tersepak dari Champions League, Arsenal memilih jalur pintas, shortcut untuk segera kembali ke Champions League lagi dengan membeli pemain yang lebih senior dan berpengalaman. Ini yang biasa disebut stopgap solution (solusi yang bersifat sementara). Pemain senior (di atas 26 tahun) yang dibeli antara lain mulai dari Aubameyang dan Mkhitaryan (di paruh musim terakhir Wenger), kemudian Leno, Sokratis, Lichtsteiner, David Luiz, Cedric Soares, Willian, dan Thomas Partey. Langkah ini terbukti tidak berhasil membawa kembali Arsenal ke level Champions League. Arsenal sudah tidak bermain di Champions League selama 4 musim. Alih-alih mengangkat moral tim dan mengubah mentalitas tim menjadi tim juara, sebagian besar pemain senior ini justru mengecewakan penampilannya dan bahkan Arsenal di musim lalu harus diselamatkan oleh pemain-pemain muda jebolan Hale End, seperti Bukayo Saka dan Emile Smith Rowe. Belajar dari pengalaman tersebut, Arsenal lalu mengubah strategi transfer untuk musim ini.

Saat Arsenal terancam dan kemudian beneran tersepak dari Champions League, Arsenal memilih jalur pintas, shortcut untuk segera kembali ke Champions League lagi dengan membeli pemain yang lebih senior dan berpengalaman. Stopgap solution.

Arsenal sepertinya sudah siap menempuh jalan yang lebih panjang agar peningkatan kualitas tim ini memiliki pondasi yang lebih kuat, beralih dari pembangunan tim instan dengan pondasi rapuh yang hasilnya terbukti mengecewakan. Arsenal memutuskan untuk membangun ulang tim. Pengalaman mengajarkan lebih sulit untuk “membentuk” pemain-pemain senior yang sudah “jadi” di klubnya masing-masing, apalagi untuk menyesuaikan diri mereka dengan style sepakbola yang berbeda yang diinginkan Arteta, seperti Positional Play yang menghasilkan sustainable pressure and possession. Terbukti dengan Mesut Ozil yang kesulitan beradaptasi dan terpaksa dibuang dari tim, padahal ia adalah superstar dan pemain terbaik Arsenal untuk beberapa musim.

Selain itu Arteta ingin membangun kultur baru di klub ini, hal yang sudah dikampanyekannya semenjak pertama kali bergabung sebagai head coach. Kultur klub yang siap mengorbankan apapun demi meraih prestasi. Setiap pemain harus siap menderita bersama, bermain untuk satu sama lain, untuk kemudian menikmati hasilnya bersama. Dengan demikian ia dapat membangun identitas tim yang sesuai dengan value Arsenal – Victoria Concordia Crescit yang dikombinasikan dengan value non-negotiables-nya klub yang siap berkompetisi untuk juara (saya bahas di tulisan The Arteta Way dan Revolusi Mental Arteta). Untuk mengubah mental pemain, memang lebih mudah dilakukan terhadap pemain yang lebih muda. Semakin muda, semakin bagus.

Maka tidak heran 3 pemain yang baru bergabung dengan Arsenal adalah pemain di kisaran usia 20-23 tahun, inilah profil pemain incaran Arsenal di TW ini. Demikian juga nama-nama yang diisukan di media saat ini, semua berada di kisaran usia tersebut. Dengan pemain-pemain baru yang lahir di tahun 1997 ke atas tersebut, Edu dan Arteta dapat membangun tim baru untuk jangka panjang, yang akan memuncak dalam 3-4 tahun ke depan. Konsekuensi dari pilihan strategis itu adalah sebagai fans, kita harus lebih bersabar dalam memanen hasilnya karena seperti kata Wenger, pemain muda akan lebih inkonsisten, lebih banyak membuat kesalahan, faktor kurangnya jam terbang (ingat speech fenomenal-nya tentang Rob Holding?). Perlu waktu lebih lama untuk menyaksikan tim muda menjadi sukses. Tidak ada jalan pintas kali ini dan mereka butuh waktu. Fans harus memberikan tim ini waktu. Setelah beberapa tahun bermain bersama, kita akan menyaksikan tim yang menjadi greater than sum of its parts, kualitas timnya lebih besar daripada kualitas masing-masing pemain dijumlahkan, berkat chemistry yang kuat, ditopang pondasi values yang sama dan identitas sepakbola yang sama.

I’m sorry he didn’t cost 55 million so he can not be good…

Arsene Wenger on Rob Holding

Project Youth Mark II

Masih ingat kemenangan Arsenal 2-1 atas Barcelona di tahun 2011? Kemenangan Arsenal di kandang AC Milan tahun 2012? Arsenal musim 2007/2008 dengan Fabulous Four – Fabregas Flamini Rosicky dan Hleb? Sayangnya Project Youth Wenger saat itu gagal mendatangkan gelar karena timnya terpaksa dibongkar-pasang ulang sebelum sukses tercapai karena pemainnya dibajak klub yang lebih kaya (Arsenal harus menjual pemain demi bayar utang pembangunan stadion). Padahal jelas ada tanda-tanda bahwa tim yang dibangunnya saat itu akan siap bersaing di gelar juara liga, jika dapat dipertahankan lebih lama dan mereka tumbuh bersama. Bukan layu sebelum berkembang.

Kali ini Edu dan Arteta ingin membangun kembali tim dengan pondasi pemain muda berbakat, namun dikombinasikan dengan panduan pemain senior yang “lolos” revolusi mental Arteta. Perhatikan bagaimana Arteta tidak lupa menyebutkan pengaruh para pemain senior ketika ia memuji Saka, dan The Smith. Karena ia tahu bahwa pemain-pemain muda ini lebih mudah besar kepala, kemudian tersesat, tanpa bimbingan yang tepat dari pemain seniornya. Di tim ini musim lalu, David Luiz, Granit Xhaka dan Lacazette sering disebut oleh pemain-pemain muda Arsenal sebagai pemain senior yang banyak memberikan bimbingan kepada mereka. Selain itu, Aubameyang juga dekat dengan pemain-pemain muda ini yang dicontohkan dengan hadiah kalung berliannya kepada Little Chilly. Diharapkan dengan adanya keseimbangan yang pas antara pemain muda dan senior, tim ini bisa melalui masa transisi development ini dengan lebih lancar, untuk kemudian dalam 3-4 tahun mendatang menjadi tim yang super kuat dengan pondasi tim yang kokoh – para pemain muda berbakat yang masing-masing telah menjiwai Arsenal DNA, VCC dan Arteta’s Non-negotiables.

Ben White, Sambi Lokonga, dan Nuno Tavares masuk dalam kategori pemain muda berbakat tersebut. Selain itu mereka juga berkarakter kuat, hal penting lainnya yang dituntut Arteta dari pemainnya. Latar belakang Ben White yang bermain di 4 divisi di Inggris, naik satu divisi per tahun setelah dilepas oleh akademi Southampton di usia 16 tahun, sangat luar biasa. Belum lagi masalah kesehatannya sejak ia lahir sampai berusia 7 tahun, dan dapat ia lalui lewat usaha keras, bisa menjadi inspirasi kita semua. Yang tertarik mengetahuinya, bisa cek di thread Twitter saya di bawah ini.

Sambi Lokonga sendiri sudah menjadi kapten Anderlecht di usia yang sangat muda, dipercayai oleh Vincent Kompany, yang sendirinya adalah mantan kapten teladan. Nuno Tavares memiliki sejarah kontroversial sendiri sebagai pemain yang sangat outspoken, tidak sungkan mengeluarkan pendapatnya, walaupun saat itu tindakan tersebut merugikannya (ribut dengan fans Benfica dan terpaksa dijual klub). Mudah-mudahan ia bisa belajar dari pengalaman tersebut dan kemudian berubah di Arsenal.

Perlu waktu lebih lama untuk menyaksikan tim muda menjadi sukses. Tidak ada jalan pintas kali ini. Beberapa tahun bermain bersama, kita akan menyaksikan tim yang menjadi greater than sum of its parts.

Diharapkan dengan adanya keseimbangan yang pas antara pemain muda dan senior, tim ini bisa melalui masa transisi development ini dengan lebih lancar, untuk kemudian dalam 3-4 tahun mendatang menjadi tim yang super kuat dengan pondasi tim yang kokoh – para pemain muda berbakat yang masing-masing telah menjiwai Arsenal DNA, VCC dan Arteta’s Non-negotiables

Kembalinya Granit Xhaka

Dengan bergabungnya Ben White dan berita bahwa Granit Xhaka disodori perpanjangan kontrak baru di Arsenal karena AS Roma yang tak kunjung meningkatkan tawarannya (Mourinho sekarang melatih klub miskin…), maka saya terpaksa mengubah tabel skuad Arsenal saat ini yang sebelumnya dimuat di Part 1. Dari ulasan di Part 1 dan Part 2 kita telah mengetahui mengapa pemain yang saya warnai merah dan kuning itu termasuk pemain surplus yang ditargetkan untuk dilepas dan sebagian akan diganti dengan pemain baru yang lebih cocok dengan filosofi sepakbola Arteta.

Granit Xhaka adalah kasus yang menarik. Kita jelas tahu Arteta ingin meng-upgrade lini tengahnya dengan menggantikan Xhaka dengan CM yang lebih mobile dan komplit dalam hal menyerang dan bertahan seperti Locatelli dan Bruno Guimaraes (lihat grafik). Namun di sisi lain, kehilangan Xhaka hanya untuk uang receh 12 juta pounds yang ditawarkan Roma dirasakan tidak layak bagi Arsenal. Selain Granit Xhaka adalah deep lying playmaker yang berkualitas (dengan kekurangannya), ia juga adalah pemimpin yang bisa diandalkan, kapten sejatinya Arteta di lapangan hijau. Perginya David Luiz telah menyisakan kekosongan di dalam leadership tim. Belum lagi rumor kepergian Lacazette yang juga memegang peranan penting dalam leadership di tim ini. Bila Xhaka dan Laca pergi, maka Arsenal hanya akan memiliki Aubameyang, Tierney dan barangkali Holding sebagai leader tim ini yang tentunya berbeda jauh dengan pengaruh yang dimiliki Xhaka, Luiz dan Lacazette di musim lalu. Berdasarkan perkembangan terakhir ini maka saya mengubah warna Xhaka dari merah menjadi hijau di Tabel 1.

Tabel 1 – Skuad Arsenal sekarang

Dari Tabel 1 di atas, terlihat skuad utama Arsenal cukup gemuk dengan 30 pemain. Arsenal tidak akan punya masalah Home Grown dengan komposisi pemain sekarang. Terlebih kalau kita lihat beberapa pemain non HG akan dijual sehingga akan tersedia slot yang cukup untuk pemain baru dan kita memiliki 6 pemain U-21 yang sudah dikategorikan pemain utama.

Sekarang kita ingin mengurangi jumlah skuad dari 30 pemain menjadi 24-26 saja karena Arsenal tidak berkompetisi di Eropa. Dari 6 pemain merah yang akan dikeluarkan, yang perlu dicarikan penggantinya adalah posisi GK, RB, dan CM (nomor 10). Bila 5 pemain kuning juga dikeluarkan, maka Arsenal perlu menambah 2 pemain lagi di posisi CM (box to box) dan CF. Jadi max total 11 keluar dan 5 masuk dalam satu bulan ke depan. Mari kita runut rumor nama-nama pemain baru untuk 5 posisi tersebut:

  • GK: Aaron Ramsdale (>30 juta pounds kalau Arsenal ingin go big and go young, kiper yang akan menggantikan Leno musim berikutnya), Sam Johnstone (12-15 juta pounds kalau Arsenal hanya mencari kiper kedua sebagai back up Leno). Keduanya berstatus Home Grown.
  • RB: Max Aarons (25 juta pounds), Mert Muldur (10 juta pounds)
  • CM: Manuel Locatelli (34 juta pounds), Bruno Guimaraes (35 juta pounds)
  • AMF: Martin Odegaard (35-40 juta pounds), James Maddison (60-70 juta pounds)
  • CF: Tammy Abraham (40 juta pounds), Lautaro Martinez (60-65 juta pounds)

Menghitung Budget Transfer Arsenal

Dengan banyaknya nama-nama yang perlu dibeli Arsenal, dan kurang lakunya pemain kita (contoh Xhaka) akibat berkurangnya kemampuan beli klub-klub di luar Premier League, maka kita akan bertanya-tanya darimana datangnya budget belanjanya, apalagi dengan owner yang terkenal pelit dan kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan klub masih rugi kurang lebih 120-150 juta pounds per musim (laporan keuangan full satu musim 2020/2021 belum diterbitkan). Mari kita lihat catatan dan estimasi laporan keuangan Arsenal dari Arsenal Supporters’ Trust (AST) di tabel berikut ini.

Tabel 2 – Summary Financial Performance Arsenal (source: AST)

Akibat absennya pendapatan dari tiket stadion, Arsenal menderita kerugian 54 juta pounds di musim 2019/2020 (1/3 musim stadion kosong) dan kira-kira 150 juta pounds di musim 2020/2021 (full musim stadion kosong). Kalau kita lihat posisi cash 2020 yang hanya menyisakan 110 juta pounds dan estimasi kerugian 158 juta pounds di akhir musim 2020/2021, jelas Arsenal butuh cash injection untuk menanggung kerugian musim lalu sekaligus untuk biaya operasional musim ini. Untuk keperluan itu Arsenal telah meminjam dana 120 juta pounds dari Bank of England di bulan Januari 2021 dengan skema keringanan pandemi, bunganya sangat rendah, namun harus dibayar di bulan Mei 2021. Arsenal kemudian melalui guarantor KSE, meminjam uang lagi dari Barclays Bank senilai 120 juta pounds untuk melunasi utang dari Bank of England tersebut dan utang baru ini akan dicicil pembayarannya dalam jangka waktu yang lebih panjang (tidak jelas sampai berapa tahun). Bila utang dari Bank of England (pandemic scheme) tidak boleh dipakai untuk membeli pemain baru atau menaikkan gaji pemain, utang dari Barclays Bank ini tidak memiliki persyaratan seperti itu karena ini loan privat biasa dan aset sang pemilik (KSE) yang tidak terbatas pada klub Arsenal saja cukup untuk menjadi jaminan. Intinya kalau Arsenal gagal bayar, aset KSE lainnya bisa juga disita bila aset klubnya kurang (seperti kita tahu, aset klub hanyalah stadion dan training ground sementara pemain adalah aset yang sifatnya movable bukan fixed). Kesimpulannya Arsenal bebas menggunakan utang ini untuk transfer atau kontrak baru pemain di musim ini selain menutup biaya operasional.

Di tahun 2020, KSE juga melunasi utang stadion Arsenal senilai 184 juta pounds dan menggantinya sebagai “pinjaman” dari KSE yang harus dicicil Arsenal. Tentunya karena ia adalah pemilik klub, kapan cicilan tersebut harus dibayar ya sesukanya pemilik (contoh lainnya Roman Abramovich meminjamkan uang pribadinya kepada Chelsea sebesar Satu Milyar pounds dalam 10 tahun dan Chelsea gagal bayar sehingga utang ini di-write off oleh Roman). Dengan cara ini, KSE mengurangi beban biaya Arsenal untuk nyicil utang stadion sebelumnya yang sebesar 36 juta pounds per tahun. Secara total, KSE bisa dikatakan “meminjamkan” Arsenal uang sebesar 300 juta pounds dengan 120 juta utang ke bank dijamin mereka, dan 180 juta pinjaman dari KSE sendiri. Sebagai perbandingan, harga klub ini sendiri ditaksir sekitar 1,8 sampai 2 milyar pounds. Jadi pinjaman owner ini sudah sebesar 15% dari nilai asetnya, bukan angka yang kecil. Jadi Kroenke tidaklah se-“pelit” sangkaan kebanyakan fans Arsenal.

Pertanyaan berikutnya, apakah KSE akan menambahkan lagi cash injection di atas 300 juta pounds pinjaman ini yang sudah diberikan demi budget belanja Arsenal musim ini? Mari kita periksa bersama.

Anggaplah pinjaman KSE itu tak perlu dibayar dalam waktu dekat maka operasional Arsenal musim ini tinggal tergantung balance pendapatan dan pengeluaran. Dari tabel di atas, hitung-hitungan simple (tidak akurat karena cost tidak sama dengan cash) bisa diasumsikan cash Arsenal 110 + utang 120 – loss 150 akan menyisakan cash di awal musim ini kira-kira sebesar 80 juta pounds, yang terendah dalam beberapa tahun terakhir. Cash ini tentunya tidak boleh lebih rendah lagi karena masih ada kewajiban pembayaran transfer pemain sebelumnya. Pendek kata, Arsenal tidak boleh rugi lagi di buku musim 2021/2022 jika tidak ingin klub kehabisan cash alias terancam bangkrut.

Pendapatan Arsenal di musim normal dengan Champions League itu sekitar 420 juta pounds. Hadiah karena berpartisipasi di Champions League untuk klub PL minimal 50 juta pounds dan tim juara bisa membawa pulang total pemasukan sampai 80 juta pounds. Sedangkan partisipasi di Europa League hanya akan memberikan pemasukan sekitar 10-20 juta pounds. Maka tanpa kompetisi Eropa sama sekali musim ini dan anggaplah fans boleh memenuhi stadion kembali, maka pendapatan Arsenal musim ini akan ada di kisaran 380 juta pounds bukan 320 juta pounds seperti yang di-estimasi AST.

Nah sekarang perhitungan biaya. Biaya terdiri dari gaji pemain dan transfer pemain dan biaya operasional klub. Menariknya biaya transfer tidak dicatat full di satu musim. Contoh: bila sebuah klub membeli pemain senilai 50 juta pounds dengan kontrak 5 tahun, maka biaya yang dicatat di musim pertama adalah amortization-nya sebesar 50 dibagi 5 tahun = 10 juta pounds. Kemudian musim berikutnya juga sama akan dicatat 10 juta pounds, dan seterusnya sampai kontraknya berakhir. Dengan cara ini, bila Arsenal belanja pemain sebesar 200 juta pounds untuk musim ini dan rata-rata pemain barunya dikontrak 5 tahun, maka biaya belanja pemain untuk musim ini hanya akan dicatat sebesar 40 juta pounds, sebagai tambahan amortization di atas biaya amortization musim-musim sebelumnya. Kemudian setiap tahun Arsenal akan catat biaya amortization 40 juta pounds baru ini hanya sebagai akibat belanja pemain musim ini. Belanja pemain baru di musim berikutnya lagi akan menghasilkan biaya amortization tambahan di atas 40 juta yang dibebankan semusim. Saya menghitung dari daftar belanja pemain Arsenal dalam 5 tahun terakhir kira-kira biaya amortization dari transfer di musim-musim sebelumnya akan dicatat di musim ini sebesar 80 juta pounds, belum termasuk belanja musim ini. Ini yang menyebabkan Cost Arsenal naik semenjak musim 2017/2018 melebihi 400 juta pounds dan membuat Arsenal lebih besar pasak daripada tiang.

Karena biaya Arsenal dari amortization musim ini pasti nambah akibat belanja pemain baru, sederhananya kalau belanja 100 juta pounds maka amortization tambahannya 20 juta, belanja 150 -> 30 juta dan 200 -> 40 juta, 250 -> 50 juta maka untuk membalance biaya tambahan tersebut tanpa klub mengalami kerugian setiap tahunnya ada beberapa cara:

  1. Tingkatkan pendapatan dengan cara kembali ke Champions League, tambahan pendapatan otomatis sekitar 50-80 juta pounds. Menjadi juara Premier League juga akan mendatangkan tambahan hadiah uang 20 juta pounds untuk Arsenal dan efek domino pendapatan komersial yang akan nambah (sponsor lebih suka dengan klub juara).
  2. Kurangi beban biaya gaji. Dengan melepas pemain-pemain bergaji besar di musim lalu seperti Ozil, Mkhitaryan, Mustafi, Sokratis dan musim ini bila Arsenal juga menjual Lacazette dan melepas Kolasinac, saya prediksi akan ada penghematan dari segi gaji pemain sebanyak 30-40 juta pounds (Ozil sudah 18 juta pounds sendiri) sehingga biaya per tahun menjadi 400 juta pounds, belum termasuk amortization belanja pemain tahun ini. Biaya gaji pemain baru bisa di-offset dengan pemain lainnya yang akan dijual / loan out di musim ini juga dan karena Arsenal akan lebih banyak menjual pemain atau daripada membeli, saya asumsikan beban gaji pemain baru tidak akan menambah biaya per tahun ini.
  3. Pemasukan dari Profit penjualan pemain. Lihat baris Player Sales di Tabel 2, pemasukan ini dicatat terpisah dari Revenue. Ini sebenarnya dikategorikan sebagai non-operating profit. Cara hitungnya adalah harga jual dikurangi amortization yang tersisa. Contoh: Lacazette dibeli seharga 47,5 juta pounds, amortization per tahun 9,5 juta pound. Bila ia dijual sekarang (dengan sisa kontrak setahun) seharga 15 juta pounds, maka profit dari player sales menjadi 15 – 9,5 = 6,5 juta pounds. Yang dicatat di Player Sales menjadi 6,5 juta bukan 15 juta pounds. Tapi amortization cost-nya untuk musim ini juga menjadi 0 bukan 9,5 juta pounds. Untuk pemain muda jebolan akademi sendiri (tidak ada amortization cost) dan pemain yang sudah habis amortization costnya seperti Granit Xhaka, maka harga penjualan pemainnya akan dicatat langsung sebagai Profit from Player Sales.

Sekarang Anda sudah tahu resep rahasia menciptakan budget transfer Arsenal. Pertama, tingkatkan pendapatan sebagai rencana jangka panjang, big picture action. KSE menyimpulkan dengan mengangkat tim kembali ke Champions League, dan bersaing untuk juara PL, paling tidak Arsenal bisa menaikkan pendapatan sebesar 100 juta pounds dari 380 juta pounds musim ini ke level yang setara Liverpool dan Manchester City sekitar 460-480 juta pounds. Sangat realistis bila stadion penuh penonton. Dengan demikian hanya dalam waktu kurang dari 5 tahun, “pinjaman”-nya ke klub yang sebesar 300 juta pounds bisa dikembalikan. Sebaliknya, bila ia tak berbuat apa-apa sekarang, value klub akan semakin merosot (sudah dibuktikan oleh survey Deloitte terakhir) yang akan merusak nilai asetnya (investasinya rugi). Kemerosotan ini akan terjadi sangat cepat jika tidak dihentikan dan akan lama bagi Arsenal untuk bisa kembali bersaing di level top lagi (contoh Leeds United era 2000-an). Satu-satunya cara untuk kembali ke Champions League adalah dengan investasi yang tepat di tim pelatih dan pemain, tidak ada cara pintas lainnya.

Untuk jangka pendek, penghematan beban gaji yang sudah dimulai di musim lalu dan pemasukan dari profit penjualan pemain menjadi target Arsenal musim ini. Sayangnya kondisi lagi pandemi sehingga Arsenal harus cerdas agar potensial profit ini tidak tergerus oleh pasar yang terdepresi. Musim ini Arsenal berpotensi meraup profit Player Sales dari 80 juta pounds hingga 120 juta pounds. Supaya mudah hitungnya, saya anggap biaya amortization sisa pemain yang mau dijual tidak kita kurangi lagi di komponen biaya, sehingga profit from players sales bisa dihitung dari total harga jual pemain saja, untuk kesederhanaan estimasi. Sekarang kita coba kalkulasi sederhana:

  • Revenue = 380
  • Cost = 400
  • Operating Profit/Loss = -20
  • Finance Cost = minimal karena restrukturisasi utang KSE, anggap saja -15 per tahun untuk bayar ke Barclays Bank pinjaman yang 120 juta itu
  • Profit Player Sales = 80 (ambil yang minimum)
  • Maka Profit Sementara 2021/2022 = 380 – 400 – 15 + 80 = 45 juta pounds (sebelum biaya amortization baru dari belanja pemain musim ini)

Anggaplah Arsenal ingin balance di bukunya nol, maka kita bisa hitung budget belanja pemain (buying player, bukan net spending) musim ini dengan konversi Profit Sementara tersebut menjadi Amortisation per tahun, sehingga Budget Belanja musim ini menjadi 45 x 5 = 225 juta pounds. Mengejutkan? Apakah ini ilusi? Jelas tidak kalau Anda memahami rencana besar Arsenal dan mekanisme accounting klub sepakbola seperti yang saya jelaskan di atas. Namun ingat player sales sebesar ini tidak dapat terjadi setiap musim, sehingga di musim berikutnya biaya amortization sebesar 45 juta pounds ini harus ditutupi dengan pendapatan tambahan dari Champions League bukan dari player sales.

Prediksi Transfer Arsenal Berikutnya

Tentunya bila Arsenal memutuskan untuk belanja 225 juta pounds dan menjual minimum 80 juta pounds pemainnya sekarang, gambling ini hanya akan terbayar bila Arsenal masuk kembali ke Champions League musim depan. Saya yakin manajemen klub ini telah menjalankan hitung-hitungan ini dari musim lalu sehingga langkah-langkah seperti redundancies staff dan scout, melepas gratis beberapa pemain bergaji tinggi sudah dimulai dari musim lalu. Klub juga mencoba menaikkan pendapatan sebisa mungkin, termasuk lewat penjualan streaming game pre-season (haha segala cara mesti dimanfaatkan), dan kerjasamanya dengan token crypto untuk mendapatkan pemasukan baru dari global fanbase Arsenal. Namun semua ini hanya akan sukses bila skuad Arsenal musim ini dapat memanfaatkan absennya dari kompetisi di Eropa untuk fokus ke Premier League dan finish di top four. Kebangkitan di 24 pertandingan terakhir musim lalu (baca Part 2) dan keyakinan hadirnya perubahan positif yang telah dilakukan Arteta sejak ia bergabung di kultur dan atmosfer tim telah membuat manajemen klub dan pemilik Arsenal percaya dengan Arteta 100% dan memberikan ia cheque senilai 225 juta pounds untuk belanja pemain di TW ini. Angka ini tidak berbeda jauh dengan rumor yang sempat beredar bahwa KSE memberikan Arteta budget belanja musim mini hingga 250 juta pounds bukan? Selisih 25 juta pounds ini mudah saja tercapai jika Arsenal bisa mengoptimalkan penjualan pemain ke level 120 juta pounds.

Namun hitung-hitungan di atas juga berarti TW musim ini adalah spesial case dan tidak setiap musim ke depannya Arsenal bisa melakukannya. Jangan berharap Arsenal belanja 200 juta pounds lebih setiap musim, lebih realistik sekitar 100 juta pounds per musim (nambah sedikit kalau berhasil melangkah semakin jauh di Champions League). Arsenal melihat ini sebagai kesempatan emas di mana pasar terdepresi dan merupakan buyer market sehingga harga pemain pun turun dan persaingan berkurang untuk mendapatkan pemain. Ketika efek pandemi sudah berkurang, maka harga akan kembali normal. Selain itu dengan membeli pemain usia 21-23 tahun sekarang, dalam 2-3 tahun ke depan kita tidak terlalu membutuhkan banyak pemain baru, bisa lebih mengandalkan pada perkembangan pemain muda ini sebagai squad improvement yang terjadi secara natural.

Bisa kita katakan Arsenal benar-benar gambling di TW ini dengan Showdown ala poker di meja taruhan, dengan Arteta sebagai kuncinya. Luar biasa kepercayaan yang diberikan klub kepada manajer muda ini. Trust the process!

…dengan membeli pemain usia 21-23 tahun sekarang, dalam 2-3 tahun ke depan kita tidak terlalu membutuhkan banyak pemain baru, bisa lebih mengandalkan pada perkembangan pemain muda ini sebagai squad improvement yang terjadi secara natural.

Nah sekarang kita sampai pada bagian prediksi transfer saya. Ada dua skenario yang saya buat. Yang pertama adalah versi Optimis yaitu Arsenal sukses mengeksekusi semua rencananya di satu TW saja, dalam sisa sebulan terakhir menjual 9 pemain dan membeli 5 pemain baru. Skenario kedua adalah yang mungkin lebih Realistis, mengingat sulitnya penjualan pemain. Di sini saya prediksi Arsenal akan berhasil menjual 7 pemain dan membeli 3 pemain baru di sisa satu bulan ini. Kemungkinan sisanya akan dilakukan di Januari atau malah di musim depannya lagi.

Skenario 1 – Optimis

Tabel 3 – Prediksi versi Optimis

Player Sales senilai kurang lebih 120 juta pounds, sehingga budget belanja (buying power) Arsenal meningkat drastis sampai level 250 juta pounds, bahkan Tammy Abraham di daftar ini bisa diganti dengan Lautaro Martinez dengan tambahan 20-25 juta pounds, masih cukup. Kuncinya tentu ada pada kelihaian Edu dan Garlick untuk menjual Joe Willock di 25 juta, AMN dan Nelson di masing-masing 15 juta, dan Nketiah di 20 juta. Lacazette barter dengan Bruno Guimaraes + 25 juta cash. Bellerin barter dengan Lautaro Martinez dengan tambahan 45-50 juta cash. Kemudian Lucas Torreira dijual dengan minimal harga 10 juta pounds saja mengingat lesunya pasar Italia sekarang.

Untuk pemain yang dibeli, Odegaard harus dinego habis ke level 35 juta pounds dan Ramsdale dibeli dengan adds-on, basic transfer 25 juta pounds. Mert Muldur hasil hadiah dari Sassuolo karena kita membantu mereka agar tidak di-bully Juventus saat transfer Locatelli. Apabila Lautaro Martinez tidak berhasil digaet, maka Tammy Abaraham seharga 40 juta pounds dengan status homegrown dan ceiling yang tinggi juga atraktif. Apalagi ia memiliki atribut yang tidak dimiliki striker Arsenal sekarang (target man, heading, driving to the box, attacking the box).

Jumlah pemain menjadi 26 orang dengan komposisi 15 non HG dengan Tammy atau 16 non HG dengan Lautaro Martinez. Musim depan Nuno Tavarez akan makan jatah non HG maka penting buat Arsenal menyisakan minimal satu slot non HG sekarang. Kuota HG tidak masalah karena kita masih memiliki beberapa pemain U21 yang di musim-musim mendatang akan masuk ke kategori HG. Mau lebih jelas tentang aturan HG, silakan kembali baca Part 1.

Sementara itu Willian dan Cedric jika dijual tidak akan membutuhkan pengganti pemain baru, dan skuad akan menjadi lebih ramping dengan 24 pemain. Saya juga tidak mengharapkan pemasukan banyak dari penjualan kedua pemain ini namun cukup signifikan untuk penghematan biaya gaji pemain.

Skenario 2 – Realistis

Tabel 4 – Prediksi versi Realistis

Dengan basis yang sama dengan Skenario 1 namun di sini saya prediksi Arsenal gagal menjual Willock di harga yang diinginkan sehingga pemain ini dipertahankan. Kemudian swap Lacazette dan Bruno Guimaraes gagal karena Arsenal juga tidak berhasil mendatangkan striker baru. Yang masuk Odegaard, Ramsdale dan Mert Muldur. Pertimbangannya tentunya dengan kembalinya Granit Xhaka, Arteta mungkin merasa dengan adanya 4 CM saat ini dan Sambi sepertinya cukup meyakinkan untuk tampil di Premier League, CM baru belum diperlukan, bisa disimpan untuk winter TW atau musim mendatang. Demikian juga untuk Lacazette yang walaupun kontraknya tersisa satu tahun, namun leadershipnya yang bagus dan form-nya yang sedang baik-baiknya rasanya sayang dijual hanya demi pendapatan 10-13 juta pounds saja.

Pertimbangan lainnya dengan terlalu banyaknya perombakan skuad, bisa jadi tim bukannya menjadi harmonis, malah membutuhkan waktu lama untuk membangun ulang. Dengan skenario ini pun, Arsenal sudah kedatangan 6 pemain baru (satu pemain baru rasa lama dalam wujud Odegaard) sehingga angka 5 pemain baru ini masih terhitung ideal. Dengan total belanja sekitar 142 juta pounds, maka tambahan amortization setahun adalah 142 / 5 = 28.4 juta pounds saja, tidak terlalu membebani anggaran klub musim ini dan menyisakan budget belanja musim depan untuk modal tim yang berkompetisi di Champions League (semoga).

Dengan skuad versi skenario realistis ini, selama Partey tidak cedera dan Lacazette, Aubameyang bisa tampil lebih baik daripada musim lalu, saya optimis Arsenal bisa masuk ke top four di akhir musim ini. Kita sudah melihat indikasinya saat kita mengulas performa musim lalu di Part 2. Di pre-season ini saja kita bisa melihat The Smith yang makin berpengaruh terhadap tim, makin percaya diri. Pepe dan Partey yang semakin sharp. Tierney kembali menunjukkan agresivitasnya dan Sambi mengindikasikan pemain dengan prospek cerah, Partey versi muda. Belum lagi ditambah dengan Ben White dan Odegaard yang tentunya akan menambah daya gedor Arsenal. Malam ini kita bisa menyaksikan kesiapan tim ini memulai Premier League dalam friendly lawan Chelsea.

Apabila diperlukan pun, Arsenal masih bisa menambah daya gedor di TW Januari nanti dengan adanya amunisi yang masih tersedia.

Penantian dan Harapan

Satu bulan ke depan menjadi penentuan berhasil tidaknya gerakan Arsenal di jendela transfer ini. Pembelian ketiga pemain yang telah terjadi dengan nilai transfer signifikan, rumor yang beredar dan pernyataan dari jurnalis yang mengutip sumber dari dalam klub semua menunjukkan pada indikasi Arsenal akan belanja besar untuk musim ini. Tidak heran Pep Guardiola juga mengatakan Arsenal will invest next season, tentunya ia sudah bicara dengan Arteta dan rencana ini sudah dibuat sejak musim lalu, bukan karena reaksi instan KSE terhadap protes fans seputar Super League. Langkah ini sangat bisa dimengerti sebagai reaksi natural untuk memproteksi nilai asetnya dari kemerosotan lebih jauh. Kroenke tidak terlalu peduli dengan kritikan fans, bisa dilihat dengan niatnya memindahkan sebuah klub (The Rams) dari satu kota ke kota lain karena alasan komersial. Ia tak peduli protes penduduk satu kota sekalipun. Namun selama langkah ini membuat tim ini menjadi lebih baik dan Josh Kroenke ingin menggunakannya untuk PR dirinya di hadapan fans, kita sih setuju-setuju saja. Janganlah menjadi fans yang naif dan reaktif, jadilah fans yang mau berpikir lebih jauh dan memahami realita, maka Anda akan lebih berkurang penderitaannya dalam mendukung sebuah tim sepakbola.

Saya sangat gembira melihat rencana Arsenal (dan KSE) mendukung Arteta dengan tindakan yang ambisius ini dan bahwa Arsenal kembali mengandalkan pemain muda dalam proses rebuilding tim. Keberhasilan Arsenal mengikat masa depan pemain-pemain muda ini seperti yang telah terjadi pada Bukayo Saka, Gabriel Martinelli, Folarin Balogun, Kieran Tierney dan Emile Smith Rowe yang semuanya menandatangani kontrak 5 tahun menjadi bukti Arsenal tidak akan mengulangi kesalahan masa lalu di mana Project Youth buyar karena kegagalan Arsenal mempertahankan pemain-pemain muda seperti Hleb, Fabregas, Nasri, Adebayor, Song, dari incaran tim kaya.

Kita sebagai fans, juga mesti sabar dengan pemilihan jalan yang tidak pintas ini. Target pertama masuk ke top four dahulu karena selisih sekitar 14 poin dengan top four dari perolehan poin Arsenal musim lalu cukup jauh untuk dijembatani dalam satu musim. Safe number untuk top four adalah 75 poin sedangkan Arsenal hanya meraih 61 poin musim lalu. Kemudian musim-musim berikutnya barulah berusaha ke level angka 85-95 poin (naik lagi 10-20 poin, tidak mudah bukan?) yang artinya bersaing dengan kandidat juara PL. Namun kita juga tahu bahwa tim muda, semakin sering bermain bersama akan tumbuh bersama dengan satu tujuan – menjadi manifestasi sebuah tim sepakbola yang hebat, di mana the whole is greater than the sum of its parts.

Arsenal sekarang terlihat lebih punya planning matang dan lebih tahu cara mengeksekusi planningnya dengan benar. Satu visi dan solid dari manajemen atas hingga ke tim pelatih dan semua pemain. Mantan pemain Wenger memegang posisi-posisi penting di klub seperti Edu, Mertesacker dan Arteta. Hilang sudah outsiders seperti Raul cs dan saya optimis manajemen Arsenal sekarang bisa upgrade Arsenal DNA warisan Wenger dengan menjadi klub yang lebih kompetitif tanpa meninggalkan The Arsenal Way, Jalan Arsenal.

Semoga sebelum tepat ulang tahun ke-20 diabadikannya The Invincibles warisan terhebat Sang Maestro, Gooners di seantero jagat sudah bisa kembali merasakan Arsenal mengangkat trofi Premier League, di bawah pimpinan murid-murid andalannya. Bak sebuah cerita silat klasik.

Transfer Window 2021/2022 – Saatnya Optimis? Part 1

Sebagai fans Arsenal yang cenderung mengerem diri supaya tidak terbuai dengan hype seputar rumor transfer pemain baru di setiap transfer window (TW), sepertinya akan sulit untuk menahan diri kali ini. Bila pada musim-musim sebelumnya fans Arsenal sering merasa kena PHP isu transfer pemain, musim 2021/2022 ini tidak sedikit Arsenal fans mulai merasa optimis dengan TW Arsenal kali ini. Apakah kita sudah boleh optimis? Yuk kita analisa.

Arsenal dikaitkan dengan beberapa nama besar di TW kali ini. Beberapa media sepakbola mainstream dan jurnalis dengan reputasi reliable seperti David Ornstein sendiri sudah mengatakan Arsenal akan belanja besar musim ini walaupun klub tetap harus melakukan penjualan pemain. Ambisi Arsenal musim ini adalah meningkatkan kualitas skuad, membuat tim menjadi lebih seimbang dan sesuai visi sang manager dengan tujuan utama masuk kembali ke top four (Champions League money, baby). Arsenal sadar saat ini (di tengah pandemi Covid-19) adalah momen terbaik untuk investasi besar-besaran di tim atau terancam terus bercokol di papan tengah, turun derajat dari imej big club. Seorang businessman hendaknya tahu pentingnya melindungi nilai asetnya, tidak membiarkan nilainya terus merosot. Kroenke sebagai pebisnis yang memulai dari bisnisnya dari real estate, tentunya sangat paham hal ini.

Akibat hilangnya pemasukan dari stadion, dan banyaknya hak siar TV yang tidak terbayarkan di luar Premier League, banyak klub terpaksa harus menjual pemainnya sedangkan tidak banyak klub yang memiliki kemampuan finansial untuk membeli pemain baru. Kondisi ini menjadikan TW kali ini buyer market. Pembeli menjadi raja. Kita menyaksikan sendiri bagaimana Arsenal bisa membeli Nuno Tavares senilai 8 juta Euro dan Albert Sambi Lokonga senilai 17,5 juta Euro (sebelum adds-on) yang mana di musim normal akan membutuhkan dana 1,5 sampai 2 kali lipat. Setelah mengamankan kedua pemain ini, Arsenal diberitakan akan membeli Ben White dari Brighton & Hove Albion senilai 50 juta pounds (tampaknya pandemic great sale tidak berlaku untuk pemain dari klub Premier League).

Di sisi lain kita juga kesulitan untuk menjual pemain surplus. Mavropanos dan Guendouzi hanya bisa “dijual” dengan sistem loan dahulu di musim ini dan obligation to buy di akhir musim dengan harga yang relatif murah, di bawah ekspektasi Arsenal. Total deal Mavropanos dan Guendouzi jika semua syaratnya terpenuhi adalah masing-masing 5.5 juta pounds dan 10 juta pounds, hanya separuh dari ekspektasi Arsenal.

William Saliba, pemain terfavorit (untuk kategori belum pernah debut) fans Arsenal akhirnya dipinjamkan ke Marseille selama satu musim penuh dengan harapan ia akan berkembang menjadi pemain yang lebih baik dan siap untuk tampil di Premier League musim depan. Dengan 3 pemain keluar dan 2 pemain masuk, plus sejumlah pemain loan dan pemain habis kontrak dirilis akhir musim lalu, seperti inilah skuad Arsenal sekarang.

Tabel 1 – Skuad Arsenal Sekarang

Aturan Home Grown

Dari tabel di atas, bisa dilihat sekarang Arsenal tidak memiliki masalah Home Grown lagi. Tidak seperti musim sebelumnya yang berakibat Mesut Ozil dan Sokratis tidak bisa didaftarkan ke Premier League.

Demikian bunyi aturan Home Grown Premier League:

Each Premier League club have submitted a squad list for the 2020/21 season.

Each squad contains no more than 17 players who do not fulfil the “Home Grown Player” (HGP) criteria.

The rest of the squad, up to a total of 25 players, must be “Home Grown”.

Each club squad list is below as well as an additional list of each club’s registered Under-21 players who are eligible over and above the squad limit of 25 players. 

What is a Home-Grown Player?
A “Home-Grown Player” means a player who, irrespective of nationality or age, has been registered with any club affiliated to The Football Association or the Football Association of Wales for a period, continuous or not, of three entire seasons, or 36 months, before his 21st birthday (or the end of the season during which he turns 21).
Rules on U21 players
Under-21 players are eligible over and above the limit of 25 players per squad. For the 2021/22 campaign Under-21 players will have been born on or after 1 January 2000.

Singkatnya jumlah pemain tim utama max 25 orang dengan syarat Non HG max 17, dan sisanya HG. Bila HG kurang dari 8, artinya pemain tim utama yang bisa didaftarkan menjadi kurang dari 25 orang, tidak termasuk pemain U-21 yang tidak memiliki batasan jumlah.

Tim utama Arsenal saat ini terdiri dari 29 pemain dengan komposisi 16 Non HG, 7 HG dan 6 U-21. Nuno Tavares bisa dikategorikan U-21 hanya untuk musim ini karena ia lahir di tahun 2000. Musim depan, ia akan masuk kategori Non HG. William Saliba bila kembali ke Arsenal musim depan nanti akan masuk kategori HG, karena Arsenal membelinya dan mendaftarkan izin kerjanya di Inggris sebelum ia berusia 18 tahun. Tahun depan, ia akan genap menyelesaikan 3 musim dengan status legal sebagai pemain Arsenal sebelum ia berusia 21 tahun, sehingga memenuhi syarat untuk menjadi pemain Home Grown.

Kesimpulannya, sampai saat ini skuad Arsenal telah memenuhi persyaratan aturan Home Grown.

Surplus Pemain

Di tabel di atas saya juga mewarnai pemain dengan warna merah, kuning dan hijau berdasarkan penampilan mereka musim lalu. Merah itu untuk pemain surplus, yang menurut saya akan dibuang Arteta, hijau untuk pemain yang kelihatannya akan dipakai di musim ini, dan kuning untuk pemain yang mana statusnya belum jelas, bisa dipertahankan, bisa juga dijual atau pinjamkan tergantung dengan penampilan selama pre-season dan tawaran dari klub lain. Anda boleh bikin tabel versi sendiri tapi saya rasa tidak akan berbeda jauh dengan tabel versi saya ini.

Ada 8 pemain merah yang terdiri dari 5 pemain Non HG dan 3 pemain HG. Menjual atau loan out 8 pemain dalam satu transfer window (TW) tentunya hal yang sangat sulit, belum ditambah dengan membeli penggantinya. Saya tidak yakin seluruh 8 pemain surplus ini dapat dikeluarkan dari klub di TW ini. Arsenal juga tidak mau menjual pemainnya terlalu murah di market yang sedang depresi ini. Opsi lain adalah loan out semusim, dengan obligation to buy sebagaimana yang terjadi dengan Dino dan Guen. Dari 8 pemain tersebut hanya Granit Xhaka yang hampir pasti ke Roma. Bellerin masih dirumorkan ke Inter Milan yang hampir bangkrut, yang hanya dapat menawarkan opsi loan tanpa obligation to buy. Runarsson, Kolasinac, Torreira, dan Willian belum memiliki peminat sejauh ini.

Pundi uang Arsenal ada pada para pemain muda Inggrisnya yaitu Nketiah dan Nelson. Joe Willock dan Ainsley Maitlaind-Niles pun bisa dimasukkan dalam daftar jual jika tawaran menarik ada yang masuk. Nketiah hanya punya sisa kontrak setahun sedangkan tiga pemain lainnya masih memiliki sisa kontrak 2 tahun. Arsenal (dan pemain) harus memutuskan apakah memperpanjang kontrak mereka atau menjual mereka berempat di TW ini karena pemain dengan sisa satu tahun kontrak notabene berpeluang besar untuk memilih free transfer, dilema yang dialami Arsenal saat ini untuk Lacazette dan Nketiah.

Perubahan Filosofi

Mari kita sedikit flashback untuk memahami mengapa sebagian pemain Arsenal sekarang dianggap surplus dan perlu diganti. Mengutip kalimat bijak dari Machiavelli:

“Whoever wishes to foresee the future must consult the past; for human events ever resemble those of preceding times. This arises from the fact that they are produced by men who ever have been, and ever shall be, animated by the same passions, and thus they necessarily have the same results.”

Machiavelli

Melihat masa lalu untuk memprediksi masa depan. Saya akan mencoba mengurai langkah-langkah yang diambil manager kita, Mikel Arteta di satu setengah musim yang lalu dan mencoba memprediksi visi sepakbola Arsenalnya di musim ini dan masa mendatang, termasuk tipe pemain yang akan didatangkannya.

Di setengah musim pertama Arteta (2019/2020), begitu menggantikan Ljungberg yang saat itu menjabat sebagai head coach sementara setelah pemecatan Emery di bulan November 2019, ia memiliki satu fokus utama yaitu memperbaiki lini pertahanan. Arsenal kebobolan 27 gol hanya dalam 18 pertandingan (1.5 gol per match) sebelum Arteta bergabung, dengan catatan hasil pertandingan W5 D8 L5. Kebobolan 1.5 gol per match ini jika diekstrapolasi untuk satu musim sama dengan kebobolan 57 gol per musim (standar tim papan tengah). Bandingkan dengan musim lalu di mana Arsenal hanya kebobolan 39 gol (1.03 gol per match).

Menarik sekali melihat kembali statistik dan line-ups Arsenal di musim itu karena apa yang ada di ingatan saya ternyata tidak sesuai dengan fakta sejarah. Arteta masih menggunakan formasi 4-2-3-1 saat ia mulai menukangi Arsenal. Pasangan CB Arsenal utama saat itu di bawah Emery adalah David Luiz dan Sokratis. Pasangan ini tidak bertahan lama di bawah Arteta. Dari 20 Premier League match tersisa yang dipimpin Arteta, David Luiz dan Sokratis hanya diduetkan sebanyak 3 kali. Arteta kemudian lebih banyak memasangkan David Luiz bersama Mustafi. Ketika salah satu cedera, maka Holding atau Mari yang masuk, tapi tidak sering. Jika dijumlahkan, dalam 26 pertandingan tersisa musim itu (20 PL + 6 FA Cup, kompetisi yang lain tidak saya anggap karena faktor tim B), Luiz dan Mustafi berduet selama 12 kali. Luiz sebagai LCB dan Mustafi RCB. Ketika Arteta kemudian mengganti formasi ke 3-4-3, Luiz di tengah dan Mustafi sebagai RCB.

Di posisi fullback, Matiland-Niles menjadi andalan RB Arsenal karena cederanya Bellerin dan Cedric. Ia bermain selama 5x di RB di semua match awal Arteta, kemudian 1x sebagai RWB dan 3x sebagai LWB di 26 pertandingan tersebut. Bellerin kemudian mulai dimainkan ketika ia pulih dari cedera, bergantian dengan Sokratis (terpaksa, Chambers dan Cedric juga masih cedera) di RB. Kemudian di akhir musim Cedric dan Bellerin bergantian mengisi posisi RWB (formasi 3-4-3).

Di tengah, Arsenal memainkan dua pivot bergantian antara Xhaka, Torreira, Guendouzi dan Ceballos. Awalnya Arteta memasang Xhaka-Torreira. Kemudian beberapa kali mencoba Xhaka-Guendouzi dan belakangan ia mempertahankan Xhaka-Ceballos. Urutan kombinasi duo pivot yang tersering dipasang saat itu: Xhaka-Ceballos 11x, Xhaka-Torreira 6x, Xhaka-Guendouzi 4x dan kombinasi lainnya hanya 2x dan 1x.

Kemudian Ozil start sebagai nomor 10 di seluruh 10 pertandingan PL di bawah Arteta saat itu, sebelum kemudian break (Maret – Juni) akibat pandemi Covid-19. Terjadi sesuatu selama masa rehat itu (PR ga dikerjakan, masalah pay cut, fokus di training, dll) yang mengakibatkan Arteta tidak pernah lagi memainkan Ozil semenjak Project Restart, ketika PL kembali bergulir di bulan Juni. Match pertama di bulan Juni tersebut, Manchester City membantai Arsenal 3-0. Di pertandingan berikutnya, Arteta mengganti formasi dari 4-2-3-1 menjadi 3-4-3, melawan Brighton yang sayangnya juga diakhiri kekalahan 0-1.

Perubahan formasi menjadi 3-4-3 itu tidak hanya terjadi di Premier League tapi juga di FA Cup. Sejak saat itu hingga akhir musim, Arteta menggunakan formasi 3-4-3 selama 11x (8x di PL dan 3x di FA Cup) dan 4-2-3-1 hanya 1x. Perubahan formasi ini membawakan hasil yang lebih baik bagi Arteta. Dalam 11 pertandingan PL dengan formasi 4-2-3-1 (Ozil main di 10 pertandingan tersebut), hasil pertandingan Arsenal adalah W4 D5 L2 dengan point per game (ppg) 1.54. Ketika ia mengganti formasinya menjadi 3-4-3 sampai akhir musim, hasil yang didapatkan membaik, menjadi W5 D1 L3, ppg 1.78. Alhasil rata-rata ppg di bawah Arteta menjadi 1.65. Sebagai perbandingan peringkat keempat musim tersebut memiliki 66 point, yang artinya ppg-nya 1.74. Pergantian formasi ke 3-4-3 tersebut selain memperbaiki hasil Arsenal di PL, juga menjadi kunci untuk Arsenal mengalahkan Manchester City dan Chelsea yang lebih diunggulkan di semifinal dan final FA Cup. Hasil yang berbuah trofi pertama Arteta yang didapatkan hanya dalam separuh musim sejak ia bergabung.

Ada dua faktor yang membuat Arteta mengubah formasi dari 4-2-3-1 menjadi 3-4-3. Pertama adalah timnya tidak bisa melakukan high pressing sehingga ia menerima fakta tersebut lalu memilih melakukan low block yang dikombinasikan dengan build up play yang cepat dari sayap sehingga ketika lawan stretched akibat terpancing untuk pressing, serangan Arsenal sama efektifnya dengan counter attack yang cepat. Padahal serangan tersebut diawali dari operan kiper ke pemain belakang, bukan dari hasil perebutan bola.

Faktor kedua adalah di-dropnya Mesut Ozil semenjak Project Restart. Tanpa Ozil, 3-4-3 menjadi formasi natural Arsenal karena double pivot akan menyalurkan bola ke sayap dan kedua wing back akan berkombinasi dengan winger serta CF Arsenal. Yang lebih menarik lagi adalah Aubameyang tidak pernah sekalipun dipasang sebagai CF di musim tersebut, ia selalu main sebagai LWF atau terkadang RWF. CF yang dipasang hanya dua, bergantian antara Lacazette dan Nketiah. Kedua striker ini bisa drop deep untuk hold up ball dan link up play dengan pemain tengah dan winger, style yang berbeda dengan Aubameyang yang lebih suka run ins behind.

Timnya tidak bisa melakukan high pressing karena CM yang dimilikinya saat itu termasuk lamban dibandingkan rata-rata tim di PL. Semua CM saat itu baik Xhaka, Ceballos, Torreira, dan Guendouzi bisa dengan mudah dilewati lawan dengan dribbling dan setelah itu kesulitan mengejar lawannya. Karena mobilitas dan akselerasinya yang rendah, otomatis intensitas pressing-nya pun berkurang dan lawan dengan mudah bisa lolos dari pressing CM Arsenal. Ditambah lagi pasangan CB Arsenal saat itu bukanlah CB yang tergolong pemain yang cepat. Mustafi sering salah positioning, terlalu maju sendirian sedangkan David Luiz tidak berani terlalu maju karena ia sadar akan kemampuan larinya kalau di-counter lawan. Akibatnya lahirlah gap yang besar antara lini tengah dan lini belakang, dan juga antara Luiz dan Mustafi ketika Mustafi sedang sok jagoan ke depan (ingat gol lawan gara-gara ini?). Saling menyalahkan dan saling menunjuk ketika Arsenal kebobolan gol (dengan aktor utama Mustafi dan Guendouzi) menjadi pemandangan yang biasa di musim itu.

Untuk membuat tim compact tanpa banyak celah, formasi 3-4-3 dan low block adalah solusi, namun itu juga artinya melupakan agenda high pressing terhadap tim lawan. Di luar kekalahan telak lawan City dan kemudian menyusul kekalahan dari Brighton, formasi 3-4-3 ini berhasil membenahi pertahanan Arsenal sehingga hanya kebobolan 7 gol di 8 pertandingan PL sisa.

Tabel 2 – Hasil Pertandingan di bawah Arteta 2019/2020

Namun formasi 3-4-3 ini juga bukan taktik sempurna. Ada satu kali Arteta mengganti formasi kembali ke 4-2-3-1 musim itu, saat melawan Watford di pertandingan terakhir PL. Di pertandingan sebelumnya 3-4-3 nya Arsenal mengalami kebuntuan melawan low block Aston Villa dan akhirnya harus menderita kekalahan 0-1. Kembali ke formasi 4-2-3-1 dengan Willock bermain sebagai No 10 saat itu akhirnya menghasilkan kemenangan lawan Watford walaupun dengan skor yang tidak begitu meyakinkan (3-2). Arsenal finish di peringkat ke-8 namun tetap lolos ke Europa League berkat trofi FA Cup.

Fakta menarik lainnya adalah apabila di bawah Emery (& Ljungberg) Arsenal kebobolan 27 gol dalam 18 match (1.5 gol pm), Arsenalnya Arteta hanya kebobolan 21 gol dalam 20 match (1.05 gol pm). Angka ini kalau diekstrapolasi ke 38 match akan menjadi 40 gol. Ingat 39 gol kebobolan Arsenal musim lalu? Ternyata itu bukan fluke.

Kesimpulannya, kita semua tahu sebagai mantan muridnya Pep Guardiola dan filosofinya sendiri tentang sepakbola menyerang, formasi favorit Arteta adalah 4-3-3. Namun ia harus pragmatis dengan kualitas skuadnya yang ada saat itu dan target utamanya yaitu membangun kembali kepercayaan diri tim dan lolos ke turnamen Eropa (UEL). Arteta terpaksa mengandalkan formasi 3-4-3, melupakan filosofi sepakbolanya yaitu high pressing dan possession football, namun setidaknya ia masih bisa meminta timnya untuk berani memainkan build up from the back yang bisa dikatakan cukup berhasil di akhir musim tersebut.

Bagaimana dengan musim berikutnya? Ternyata solusi di atas tidak berlangsung lama…

Fun Facts Arsenal 2019/2020

  • Arteta tidak pernah menggunakan Aubameyang sebagai CF, peran tersebut dijalankan Lacazette dan Nketiah bergantian.
  • Emery menggunakan Luiz-Sokratis sebagai duet CB, perlahan duet ini diganti Arteta dengan Luiz-Mustafi dan Sokratis hanya bermain sebagai RB saat Bellerin dan Cedric cedera, bergantian dengan Maitland-Niles .
  • Maitland-Niles mendapat banyak kesempatan sebagai fullback maupun wingback di musim tersebut, total 9x start (PL dan FA). Sementara Nelson start 4x sebelum break pandemi dan hanya 2x setelah break pandemi, di PL dan FA.
  • Arteta say goodbye to Mesut Ozil semenjak PL dimulai kembali setelah break Covid-19. Ia tak pernah dimainkan sama sekali, sementara di 10 pertandingan PL sebelumnya dengan formasi 4-2-3-1, Ozil selalu start.
  • Duo pivot kepercayaan Arteta adalah Xhaka – Ceballos. Torreira mulai di-phase out perlahan seiring dengan berjalannya musim.
  • Poin per game yang diraih Arteta dengan formasi 4-2-3-1 adalah 1.54 sementara dengan formasi 3-4-3 ppg-nya 1.78. Di musim tersebut 1.74 ppg cukup untuk finish top four.
  • Arsenal hanya kebobolan 21 gol selama 20 match PL di bawah Arteta. Kalau diekstrapolasi ke satu musim, ini sama dengan 40 gol. Sounds familiar?

…bersambung ke Part 2