Antara London dan Istanbul

Tadinya saya ingin menulis artikel preview musim 2014/2015, namun karena alasan waktu (klasik) dan belum selesainya aktivitas transfer Arsenal, tulisan tersebut saya tunda dulu. Untuk mengisi blog yang kosong ini dan karena permintaan beberapa follower Twitter @JalanArsenal maupun @benhan sementara Arsenal sudah memulai musim, saya akan mencoba menulis tulisan-tulisan singkat review atau preview pertandingan-pertandingan Arsenal di awal musim ini sambil mencoba menanggapi rumor tentang transfer pemain tentunya.

Arsenal 2 – Crystal Palace 1

Sabtu lalu, Arsenal memulai musim dengan tiga poin yang didapatkan dengan cukup sulit. Ketinggalan lebih dulu oleh Crystal Palace dari gol set pieces, Arsenal melakukan comeback lewat gol Koscielny dan gol injury time Aaron Ramsey (siapa lagi?). Ada kemiripan start awal musim ini dengan akhir musim lalu (final FA Cup), di mana Arsenal kembali membuat fans-nya deg-degan hingga akhir pertandingan. Namun saya pribadi cukup tenang dengan pertandingan pertama ini. Dalam hati ini seperti ada firasat Arsenal akan menang pada akhirnya. Possession yang sampai 75% dan Palace yang notabene tidak membuat peluang berarti selain dari gol Hangeland, serta mental juara Arsenal (hal baru) adalah kombinasi yang bisa menimbulkan kepercayaan diri para pemain Arsenal untuk mengambil hasil maksimal dari pertandingan ini. Dan kepercayaan diri tersebut ikut menular ke penonton, ke fans Arsenal.

Chambers

Yang menjadi sorotan dari pertandingan kali ini adalah penampilan cemerlang Chambers. Setelah tampil cemerlang di Community Shield dan Emirates Cup, Chambers membuktikan walau baru berusia 19 tahun, kualitasnya bukan KW dan ia pantas tampil di kompetisi level elit. Mengambil sementara posisi Mertesacker, kualitas BFG juga di-copy olehnya yang antara lain: kemampuan membaca pertandingan dan memenangkan bola-bola atas. Arsenal menduetkan bek tengah dengan dua kualitas yang berbeda: Mertesacker yang menyerang bola atas, memimpin Zonal Marking Arsenal, membaca serangan lawan, melakukan interception dan Koscielny yang lebih cepat bertugas marking man to man striker lawan (tidak ada yang lebih baik darinya dalam hal ini di EPL), recovery bola dan pemain yang lepas dari tackling atau offside trap. Duet pertahanan “attacking” dan “recovering” dalam sosok Mertesacker dan Koscielny ini demikian efektif sehingga pemain pelapisnya mesti bisa memainkan salah satu peran dengan sama baiknya. Untuk hal ini Vermaelen gagal, dan terpaksa dijual ke Barca. Chambers menurut saya lebih bisa dan cocok memainkan peran Mertesacker. Sekarang kita tinggal mencari pelapis Koscielny. Mungkinkah Kostas Manolas yang dirumorkan sebagai incaran Wenger berikutnya adalah pemain dengan tipe yang sama? Saatnya searching video di youtube. Kalau malas, paling tidak scouting report ini sekilas menyiratkan ia punya kualitas yang mirip dengan Koscielny:

What particularly caught our attention was his ability to recover into position. He was able to beat the attackers of Colombia, pace for pace, to ensure he didn’t lose possession from a through ball.

Sang Kapten

Selain penampilan cemerlang Chambers dan Koscielny, yang menarik juga adalah penampilan sang kapten baru Arsenal, Mikel Arteta. Banyak kritik pedas terhadapnya dari fans Arsenal yang menginginkan adanya DM baru untuk menggantikan Arteta. Sang kapten dirasakan lambat, dan tidak kuat lagi secara fisik sehingga tidak mampu mengemban tugas DM dengan maksimal. Namun di pertandingan melawan Palace, kualitas Arteta justru bersinar. Kemampuannya membaca serangan lawan membuatnya selalu ada pada posisi yang tepat di saat kritis. Dan seperti biasa distribusinya membuat Arsenal terus mendominasi permainan. Operan ke samping, belakang, dan depan dalam rangka mempertahankan “Order”, keteraturan dalam serangan Arsenal adalah kunci dari 75% ball possession tersebut. Dan sesuai filosofi Barca, ketika satu pihak menguasai bola, maka pihak yang lain tak dapat menyerang. Arteta tidak memberikan through ball fantastis karena memang bukan itu tugasnya. Tugasnya adalah merebut bola, melakukan interception, dan distribusi bola ke posisi aman. Dua pemain box to box dalam diri Ramsey dan Wilshere-lah yang berperan sebagai pencipta peluang Arsenal dalam pertandingan itu. Walaupun demikian Arteta sesekali ikut bergabung dalam serangan Arsenal. Di kala hampir semua pemain menyerang Arsenal mengoper dengan tidak akurat dalam pertandingan ini, Arteta selalu akurat. Tanpa dirinya, “Order” tak akan dapat dipertahankan dan Palace bisa menciptakan peluang berbahaya. Wenger selalu respek dengan kepemimpinan dan kualitas Arteta. Beberapa kutipan berikut dari musim lalu menjadi alasan mengapa Wenger mempercayakan Arteta menjadi kapten Arsenal walaupun kontraknya sisa setahun dan belum diperpanjang.

He is very influential and he’s a leader – one of the leaders of the team and he’s a technical leader as well.

He didn’t get the credit Diaby or Cazorla received, but on the day I felt he was outstanding and played a very efficient, intelligent role.

He is a winner and he does what it takes to win, it’s as simple as that. If he sees that he has to sit to allow us to be efficient, he will do it.

If he needs to push forward, he will do it just because he wants to win. That’s why I made him vice captain.

I like Mikel Arteta because of his quality, his focus, his commitment and his winner’s attitude. I have big respect for what he has achieved this season. He is very conscientious, very professional and he has a couple of years left at the top.

Daripada membeli DM baru untuk langsung menggantikan peran Arteta, saya rasa Wenger akan memilih mencari DM muda untuk perlahan-lahan menggantikan Arteta dalam masa transisi satu-dua musim ini. Arteta jelas tidak akan jadi lebih muda, lebih kuat, lebih cepat, dan perannya perlahan-lahan akan berkurang. Ia masih punya kepemimpinan dan visi yang akan sangat berguna untuk pemain-pemain muda Arsenal. Namun penggantinya perlu mulai dicari musim ini. Beberapa rumor seperti Carvalho (yang tipenya agak berbeda, lebih physical), Schneiderlin (yang tipenya mirip), atau Rabiot (bakat muda yang masih perlu banyak diasah) dilansir sebagai target DM baru Arsenal. Kita tunggu dan setelah dua pertandingan lawan Besiktas, rasanya kita akan tahu siapa yang sebenarnya diincar Wenger.

Serangan yang Belum Klik

Alexis memperlihatkan kualitasnya sekilas namun operannya masih banyak yang tidak akurat. Cazorla, Wilshere, Ramsey, Chamberlain juga sering salah mengoper. Sanogo tampil di bawah standarnya sendiri. Ia tampak kikuk, dan first touch-nya tidak bekerja. Pertandingan hari itu dimenangkan oleh pemain bertahan. Koscielny berperan besar dalam dua gol Arsenal. Tampak sekali Arsenal belum siap secara fisik maupun teknik di pertandingan ini. Seperti kata Wenger, musim dimulai seminggu lebih awal. Mudah-mudahan melawan Everton nanti lini depan dan tengah Arsenal bisa lebih klik. Sayangnya sebelum itu, mereka harus siap melawan teror fans Besiktas di Istanbul, yang terkenal galak.

Saya akan lebih memilih memainkan Chamberlain daripada Alexis di sayap kanan Arsenal malam nanti. Alexis terlihat sangat tidak siap dan Chamberlain akan lebih mudah bekerja sama dengan pemain-pemain yang sudah dikenalnya. Ramsey dan Wilshere tetap di tengah bersama Arteta (atau mungkin Flamini), dan Giroud memimpin di depan. Cazorla tetap di sayap kiri dan backfour sama dengan Monreal menggantikan Gibbs yang cedera. Chambers akan baik-baik saja dan Koscielny tampaknya fit untuk malam ini. Maka formasi Arsenal vs Besiktas:

Formasi 4-1-2-3: 

Szczesny – Debuchy, Chambers, Koscielny, Monreal – Arteta – Ramsey, Wilshere – Chamberlain, Giroud, Cazorla

Tidak ada alasan untuk kuatir berlebihan di awal musim seperti ini namun dua pertandingan kualifikasi Liga Champions ini juga tak boleh dianggap remeh. Rekor 12-0 dalam babak kualifikasi UCL selama rezim Wenger mesti dipertahankan dan diperpanjang. Permainan Arsenal mesti lebih baik daripada Sabtu lalu dan saya yakin kita bisa. Seperti mesin diesel yang baru dihidupkan, semakin lama akan semakin panas, demikian juga Arsenal. Seiring dengan waktu, permainannya akan semakin baik karena pemain mulai makin tajam secara teknik dan makin fit. Kombinasi-kombinasi akan hadir kembali, bola akan dioper semakin cepat, dan peluang yang tercipta makin banyak. Mencetak gol tidak akan menjadi masalah buat kita apalagi setelah hasil bagus 3-0 di Community Shield. Ramsey bisa memikul beban ini sementara rekan-rekannya sedang beraklimatisasi.

Untungnya di tim Arsenal saat ini tidak ada pemain seperti Gerrard. Bisa dipastikan Demba Ba tidak bisa mengambil keuntungan dari pemain Arsenal yang terpleset oleh kulit pisang imajineri di lapangan malam ini.

Oh ya, media di Inggris sedang sibuk memuji Fabregas dan menjagokan Chelsea sebagai kandidat juara liga Inggris musim ini (setelah menang lawan Burnley, tim promosi paling lemah musim ini). Saya punya banyak catatan soal Fabregas tapi biarlah itu menjadi bahan untuk tulisan berikutnya. Kita mesti punya senjata rahasia dalam berbagai hal, bukan?

Jarak antara Harapan dan Kenyataan = Penderitaan

Mari kita mulai blog preview Arsenal vs Bayern Muenchen ini dengan satu pepatah filosofis lagi:

Jarak antara Harapan dan Kenyataan adalah Penderitaan.

Ini adalah kebenaran mutlak yang seringkali kita tolak untuk terima padahal nyata. Bila kita berharap atas sesuatu dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai harapan tersebut, maka terjadilah penderitaan. Seberapa besar penderitaan itu tergantung dari seberapa besar jarak antara harapan dan kenyataan. Misal kita berharap dibelikan mobil Ferrari pada saat ulang tahun kita (anggap saja anak gedongan), eh taunya sama bokap dibelikan sepeda ontel. Penderitaan yang terjadi saat itu mungkin tak terbayangkan. Speechless. Harapnya Ferrari dapatnya Ontel. Hal yang sama berlaku untuk ranking di kelas, pacar, popularitas, gaji, promosi jabatan, dan banyak hal lain lagi. Semakin tinggi kita berharap, semakin sulit harapan itu terwujud, sehingga semakin tinggi kemungkinan kita menderita. Sebaliknya semakin rendah kita berharap, semakin mudah harapan itu terwujud, semakin mudah kita berpuas diri, dan tidak menderita. Namun hidup tanpa berharap adalah hidup tanpa ambisi, hidupnya orang malas. Maka sangat penting mendapatkan keseimbangan antara penentuan harapan dengan kenyataan yang mungkin diwujudkan.

Lalu kembali ke Arsenal, bagaimana sepantasnya kita meletakkan harapan akan hasil pertandingan melawan tim terkuat di Eropa musim lalu dan mungkin juga musim ini: Bayern Muenchen?

Semua orang pasti punya standar harapan masing-masing akan pertandingan ini yang berbeda-beda, bahkan untuk fans Arsenal sekalipun. Tentunya setiap fans Arsenal sejati pasti berharap menang di pertandingan hari ini, namun dalam harapan untuk menang tersebut juga tersirat keragu-raguan. Keragu-raguan ini menyebabkan terciptanya harapan yang formalitas supporter sebuah klub, harapan yang tidak sungguhan. Berharap menang tapi tidak yakin menang. Karena di bawah sadar, kita mungkin telah sadar akan dampak dari harapan yang terlalu tinggi dan tidak terwujud: penderitaan. Apalagi melawan tim sekelas Muenchen.

Saya sendiri akan sharing harapan saya atas hasil pertandingan ini, yang realistis, yang tidak bombastis. Untuk setting harapan, tentunya kita mesti tahu medan. Seberapa kuat Bayern Muenchen dan seberapa kuat Arsenal, seberapa besar pengaruh kandang Arsenal, sejarah pertemuan kedua klub dan kondisi para pemain dan manager. Mari kita coba bahas satu-satu sebelum kemudian menyimpulkan harapan realistis seperti apa yang wajar kita letakkan di pertandingan ini.

Klub Terbaik Eropa

Jujur saya tidak mengikuti Bundesliga, maka analisa teknik sebaiknya diberikan kepada ahlinya. Namun tidak sulit menyimpulkan bahwa Bayern Muenchen adalah klub terbaik di Eropa saat ini, berdasarkan prestasinya musim lalu, dan prestasinya di liga dan UCL sejauh ini, di musim ini. Bila Muenchen sudah dominan musim lalu di Bundesliga, musim ini lebih gila lagi. Pep mengubah Muenchen menjadi tim yang sangat sulit dikalahkan musim ini (tak terkalahkan di liga dan hanya sekali kalah di UCL, oleh City). Ia mengubah Lahm dari fullback menjadi DM, dan memainkan formasi yang sangat menyerang dengan pemain-pemain bagus seperti Gotze, Muller, Kroos, Alcantara, Ribery (untungnya absen), Robben dan Mandzukic. Selain itu ia masih punya pemain tengah seperti Schweinsteiger dan Javi Martinez yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Di belakang ia punya Rafinha dan Alaba sebagai fullback, Boateng dan Dante sebagai CB, serta Neuer kiper timnas Jerman.

Di atas kertas, kualitas pemain Arsenal masih kalah dari Muenchen. Mungkin hanya Ozil, Mertesacker dan Koscielny yang bisa bersaing dengan nama-nama pemain Muenchen tersebut. Coba bandingkan Arteta, Flamini dengan Schweinsteiger dan Martinez. Gotze, Muller, Robben dengan Chambo, Cazorla, Podolski. Mandzukic dengan Giroud. Bila kita main CM atau FM, sudah hampir pasti rating pemain-pemain Muenchen di atas pemain Arsenal. Untungnya sepakbola bukanlah soal gabungan statistik personal pemainnya. The whole might be greater than the sum of its parts. Sebuah tim bisa lebih besar daripada jumlah dari setiap personilnya. Maka Arsenal bisa mengalahkan Muenchen di kandangnya musim lalu.

Tapi sebelum menyimpulkan Arsenal bisa kalahkan Muenchen, untuk bagian ini kita sebut saja secara kekuatan tim di atas kertas, Muenchen > Arsenal.

Sejarah Pertemuan

Musim lalu, Arsenal mengejutkan Muenchen dan dunia sepakbola dengan kemenangan 2-0 di kandang mereka, satu-satunya kekalahan telak Muenchen di kandang musim lalu. Mencetak gol cepat lewat sayap dari Walcott ke Giroud, Arsenal kemudian menambah satu gol hasil sundulan Koscielny dari tendangan sudut. Praktis sisanya Arsenal bertahan dari gempuran Muenchen. Sayang sekali satu kesempatan Gervinho gagal menjadi gol. Setelah gol Koscielny, Muenchen praktis membuang waktu di 10 menit terakhir untuk menjamin lolosnya mereka ke babak selanjutnya atas keuntungan aggregate. Muenchen dibatasi Arsenal untuk hanya melakukan tendangan-tendangan jarak jauh. Pertahanan Arsenal demikian solid malam itu, sehingga the whole is greater than the sum of its parts terjadi.

Pertemuan pertama di Emirates Stadium yang berakhir 3-1 ingin dilupakan hampir semua fans Arsenal. Namun dalam pertandingan tersebut, bukan berarti Arsenal menyerah begitu saja. Saat kedudukan 2-1 (setelah Arsenal mencetak gol), Arsenal sedang di atas angin untuk menyamakan kedudukan sebelum gol Mandzukic hasil serangan balik membuat mereka putus asa. Fakta ini diabaikan. Andai saja serangan balik tersebut tidak berhasil, bisa jadi sampai menit terakhir Muenchen akan digempur Arsenal. Bagi saya pribadi, dalam dua leg tersebut, walaupun Muenchen lebih kuat soal ball possession dan lebih banyak menciptakan kesempatan, Arsenal cukup dapat mengimbangi permainan klub terkuat Eropa tersebut. Dan kunci itu ada pada pertahanan yang super kuat di leg kedua.

Benteng Arsenal

Musim ini Emirates Stadium bisa dikatakan mulai menjelma menjadi benteng Arsenal. Selain kekalahan awal atas Aston Villa yang dapat diabaikan, dan kekalahan tipis atas Dortmund (pertandingan Capital One Cup lawan Chelsea sengaja diabaikan di sini), Arsenal tidak terkalahkan di kandang dan sangat sedikit kebobolan gol. Kuncinya ada pada duet Mertesacker dan Koscielny serta penampilan Szczesny. Selain itu pemain-pemain Arsenal seperti terobsesi dengan clean sheet di kandang. Mungkin perubahan sikap para fans Arsenal yang mulai lebih percaya pada tim ini sejak memuncaki klasemen menambah kepercayaan diri para pemain. Fokus dan konsentrasi di setiap pertandingan kandang terlihat berbeda musim ini. Hasil fluke seperti kekalahan 6-3 di Etihad, 5-1 di Anfield atau bahkan 1-0 di Old Trafford tidak akan terjadi di kandang. Menarik untuk menunggu apakah rekor pertahanan ini masih bisa bertahan saat kita menjamu Muenchen.

Pertarungan Taktik Dua Manager

Guardiola pernah kalah dari Wenger di Emirates (2-1 lawan Barca) dan Wenger selalu kalah dari Guardiola di Nou Camp. Namun yang perlu diingat adalah materi pemain kedua klub saat itu berbeda jauh. Wenger memiliki tim yang lebih lemah. Saat ini juga demikian walaupun penambahan Ozil dan makin matangnya beberapa pemain Arsenal membuat perbedaan kualitas tiap pemain semakin dekat daripada pertemuan-pertemuan berikutnya. Taktik Guardiola tidak sulit ditebak, demikian juga Wenger. Kedua pelatih ini adalah pelatih yang memprioritaskan strategi daripada taktik. Gaya permainan dominan daripada antisipasi gaya dan taktik lawan. Pep melatih pemainnya dengan obsesi terhadap positioning yang ketat, dan menekankan pada ball possession. Wenger melatih pemainnya untuk bermain sepakbola cepat satu dua sentuhan dan memberikan keleluasaan mereka untuk berimprovisasi di lapangan, terutama kepada para pemain tengahnya (lihat pergerakan Ozil, Cazorla). Di situ sedikit perbedaan kedua pelatih. Bila Pep lebih pada disiplin, Wenger lebih pada freedom. Demikian saya melihatnya.

Bila kita menyimak komentar Arteta (yang tidak akan bermain malam ini karena suspensi kartu) tentang Muenchen:

They are very creative, they can use the full backs to have people running behind, they have people who can hold the ball, running midfielders, they can shoot from outside the box.

They’ve got a complete team but again I think they face some issues at the back which I’m sure we can exploit.

maka jelaslah bahwa Wenger dan para pemainnya telah melakukan analisa terhadap calon lawannya ini. Mereka menyerang lewat fullback, tendangan jarak jauh, namun juga memiliki kelemahan di belakang yang dapat dieksploitasi. Sekali lagi karena saya tidak mengikuti Muenchen maka saya tidak tahu secara persis kelemahan apa yang dimaksud Arteta tersebut. Pertandingan Muenchen melawan City bahkan tidak dapat dijadikan sebagai referensi mengingat tidak pentingnya nilai pertandingan itu saat itu bagi Muenchen yang hampir pasti menjadi juara grup. Daripada berspekulasi tentang kelemahan Muenchen, lebih baik kita mencoba melihat apa kekuatan Arsenal yang dapat digunakan di pertandingan ini.

Kekuatan Pondasi Arsenal

Kekuatan Arsenal musim ini bukan pada kualitas penyerangannya. Serangan yang dibangun Arsenal tidak segencar dan sesering City atau Liverpool misalnya. Arsenal bisa bertengger di puncak klasemen EPL demikian lama musim ini dan hanya terpaut satu point saat ini dari puncak karena pondasi yang dibangun pada pertahanan, sejak awal Maret tahun lalu (tepatnya setelah kekalahan dari Spurs di liga, dan saat pertandingan leg kedua melawan Muenchen). Pondasi tersebut bertahan hingga hampir setahun, dan masih kokoh. Masuknya Ozil dan Flamini memberikan keseimbangan baru pada pondasi tersebut. Tidak hanya bertahan dan menang 1-0, Arsenal juga cukup kuat dalam melakukan serangan cepat karena pengaruh Ozil. Sayangnya Walcott dan Ramsey yang menjadi mesin gol Arsenal musim ini masih cedera. Bila mereka berdua fit, Muenchen akan menghadapi lawan yang jauh berbeda. Walaupun demikian, pondasi pertahanan Arsenal tetap dapat diandalkan di pertandingan ini.

Maka tidak sulit untuk mengira bahwa Wenger akan memainkan taktik sebagaimana saat melawan Liverpool. Solid di belakang dengan fullback yang sedikit ditahan untuk maju, dan mengandalkan serangan cepat yang dibangun oleh Ozil dan pemain sayap. Giroud perlu sedekat mungkin ke kotak penalti lawan sebagaimana Sanogo kemarin, dan kecepatan Chamberlain serta Podolski perlu dieksploitasi oleh kecepatan pikiran Ozil. Arsenal mesti nyaman dengan menyerahkan ball possession kepada Muenchen, dan mereka telah nyaman melakukannya musim ini. Arsenal bisa restart serangan di periode-periode kritis pertandingan seperti 10 menit awal dan akhir babak pertama dan kedua, dan sisanya bertahan dengan tidak memberikan ruang pergerakan untuk pemain Muenchen, sesuatu yang sangat kita kuasai musim ini. Tentunya memilih untuk tidak menguasai bola memerlukan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi daripada menguasainya. Namun tingkat konsentrasi yang tinggi ini sangat membantu untuk tidak melakukan kesalahan, dan sangat berpengaruh dalam melakukan serangan balik yang efisien.

Demi terciptanya gol lewat serangan balik, maka saya prediksi Wenger tetap akan memainkan Chamberlain di pertandingan ini dan mungkin Podolski bila ia yakin dengan kemampuan tracking back Podolski. Bila ia tidak terlalu yakin, maka ia akan memilih Rosicky. Namun dengan demikian artinya kehilangan satu ruang untuk Cazorla. Keputusan sulit untuk Wenger. Flamini akan menggantikan posisi Arteta dan Wilshere kemungkinan akan menemaninya di tengah. Kalau saya pribadi, mungkin akan memilih memasang Chamberlain dan Podolski di sayap, serta Rosicky, Ozil dan Flamini di tengah. Pressure yang bisa diberikan Rosicky lebih baik daripada Wilshere ataupun Cazorla dan ia lebih jarang kehilangan bola daripada keduanya, hal yang sangat penting untuk pemain poros tengah. Kedua pemain ini bisa disimpan untuk babak kedua, ketika Arsenal ingin pindah gigi lebih tinggi dan menyerang penuh.

Namun sepertinya Wenger akan berpikir terlalu riskan memainkan dua pemain penyerang di pertandingan ini. Maka ia besar kemungkinan akan memilih menyimpan Podolski dan memainkan Cazorla.

Prediksi line ups: Szczesny – Sagna, Mertesacker, Koscielny, Gibbs – Flamini, Rosicky, Ozil – Cazorla, Giroud, Chamberlain.

Sub: Fabianski, Monreal, Jenkinson, Podolski, Sanogo, Gnabry, Wilshere.

Tidak banyak pilihan pemain penyerang untuk Wenger karena cedera Ramsey dan Walcott. Untungnya pemain bertahannya yang bisa dipasang adalah pilihan-pilihan utama.

Setelah analisa amatiran di atas, seberapa tinggi harapanmu atas pertandingan ini? Bila sebelum pertandingan lawan Liverpool di FA Cup saya sangat yakin Arsenal menang, maka di pertandingan ini harapan saya terletak pada kemenangan 1-0 atau seri. Terus terang sulit berharap kita menang telak dari klub terkuat Eropa yang sedang di atas angin dan kondisi kita sendiri yang belum stabil dengan cederanya beberapa pemain inti. Tapi tetap tersisa harapan untuk mencuri kemenangan bila game plan Wenger bisa diterapkan dengan apik oleh pemain-pemainnya dan dibantu oleh kharisma benteng pertahanan Arsenal yang baru: Emirates Stadium.

Pesan terakhir, ingat pepatah di atas. Jika kita kalah dalam pertandingan ini, jangan terlalu sedih. Karena harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Peace out and just enjoy the game! 🙂

Persepsi ≠ Kenyataan

Pikiran adalah Pelopor…

Sebuah kalimat dari Dhammapada yang terkenal itu akan menjadi bahan blog hari ini. Lho kok bukan tema sepakbola? Tenang, kita akan sampai di sana. Karena tulisan juga adalah buah pikir, dan tulisan tentang sepakbola, tentang Arsenal, tentu juga dipelopori oleh pikiran. Anggap saja “perjalanan” kali ini lewat rute yang sedikit berbeda, rute yang sedikit filosofis.

Nah maksud dari pepatah di atas adalah pikiran mendahului segalanya. Segalanya di sini termasuk: ucapan, tindakan, dan bahkan formasi mental. Formasi mental seperti perasaan sedih, senang, suka, tidak suka, benci, percaya diri, ragu, dan lain-lain terbentuk oleh pikiran. Lalu pikiran itu sendiri apa? Tidak akan dibahas di sini supaya tetap relevan dengan tema blog ini, tapi singkat kata ada pikiran sadar dan bawah sadar. Kedua bagian dari pikiran ini dibatasi oleh batas tipis yang namanya kesadaran, namun mereka akan saling “menyeberang” batas, berinteraksi dan saling mempengaruhi. Apa yang ada di bawah sadar ini saat kondisi tertentu terpenuhi, akan naik ke atas dan membentuk pikiran yang menjadi awal dari formasi mental. Maka manusia memiliki disposisi mental. Disposisi atau lebih mudahnya disebut bias pikiran ini yang membuat kita misalnya melihat sesuatu secara subjektif dan tidak sama satu sama lain. Misalnya kita yang fans Arsenal memiliki bias terhadap Arsenal. Kita akan merasa klub ini lebih baik dalam satu dan banyak hal dibanding klub lain dan fans lain yang memiliki bias yang berbeda tidak akan sependapat. Bias ini juga dapat menjelaskan mengapa ada AKB dan WOB di antara fans Arsenal.

Label adalah wujud yang lebih konkrit dari bias. Label AKB dan WOB yang menyederhanakan kelompok fans Arsenal yang berbeda pendapat menjadi dua kutub ekstrim: kelompok yang mendukung Wenger dan kelompok yang anti Wenger. Saat klub ini menang terus dan bertengger di puncak klasemen, label AKB-WOB akan lenyap sementara karena kelompok-kelompok fans Arsenal ini sedang menikmati tujuan bersama dan punya musuh bersama: 19 klub lainnya. Mereka akan bersatu. Ketika Arsenal mengalami kekalahan telak seperti saat melawan Liverpool kemarin dan turun ke peringkat kedua, label ini kembali muncul. Ingat yang di atas: kondisi tertentu terpenuhi, bias yang berada di bawah sadar akan naik atas dan membentuk formasi mental ini. Grup WOB akan muncul lagi dan mencela taktik Wenger, mental pemain, dan kebijakan transfer klub. Karena “kondisi tertentu” (baca: kekalahan) tersebut dipenuhi. Walaupun Arsenal sebenarnya masih berada sangat dekat dengan puncak klasemen.

Saat klub ini menang terus dan bertengger di puncak klasemen, label AKB-WOB akan lenyap sementara karena kelompok-kelompok fans Arsenal ini sedang menikmati tujuan bersama dan punya musuh bersama…

Bias pikiran di bawah sadar ini saat muncul di permukaan sadar, menjadi Persepsi. Persepsi yang adalah kumpulan bentuk-bentuk pikiran, dan menjadi sumber kita saat berpendapat, menulis, berucap, bertindak. Problemnya adalah persepsi tidak selalu sama dengan kenyataan. Persepsi bahkan sering menarik kita jauh dari kenyataan. Kenyataan yang kita ciptakan dalam pikiran kita tidak sama dengan kenyataan yang terjadi di dunia. Persepsi ini adalah apa yang ada di pikiran, bukan apa yang ada di kenyataan. Kita gagal melihat kenyataan ketika pikiran kita dipenuhi persepsi. Seperti saat kita memakai kacamata hitam, seluruh dunia akan terlihat bergradasi hitam, sehingga persepsi kita: dunia itu hitam. Kita tidak akan tahu dunia ini begitu berwarna bila kita terlalu terikat dengan persepsi dan lupa melepas “kacamata hitam”.

Bingung? Mari kita berikan contoh yang lebih konkret.

Persepsi: Arsenal in crisis! Kekalahan telak Arsenal dari Liverpool membuyarkan mimpi mereka menjadi juara! Arsenal tidak pantas menjadi juara EPL!

Demikianlah headline media setelah kekalahan telak tersebut.

Kenyataan: Arsenal bertengger di peringkat kedua klasemen, hanya selisih satu poin dari Chelsea dan masih di atas Manchester City. Dua klub ini dipercaya mutlak hampir semua media sebagai calon kuat juara, sementara Arsenal berada di antaranya tapi tidak dianggap sama sekali. Dan dengan hasil seri Chelsea kemarin melawan WBA, Arsenal bisa dengan mudah naik lagi ke peringkat pertama jika mengalahkan MU malam ini.

Persepsi akan membesar-besarkan sesuatu sesuai bias kita. Bila memang mereka tidak percaya Arsenal tidak punya kans menjadi juara sejak awal musim ini, mereka cenderung akan memiliki bias tersebut sampai akhir musim, sampai kenyataan Arsenal memegang trofi juara terjadi. Maka ketika kekalahan telak tersebut terjadi, persepsinya bahwa Arsenal bukan tim kandidat juara tiba-tiba menemukan sebuah pendukung yang kuat. Nah apa gue bilang, Arsenal mana mungkin bisa jadi juara, dibantai Liverpool gitu. Dalam sekejap mereka mengabaikan hasil di 24 pertandingan sebelumnya yang mengantarkan Arsenal di posisi nomor satu tersebut. Satu kenyataan yang mendukung persepsinya akan dibesar-besarkan dan 24 kenyataan yang tidak sesuai persepsinya akan dikecil-kecilkan. Demikianlah cara kerja pikiran.

Kenyataan bahwa Wenger memberikan 3 gelar juara liga di masa lampau, dan kenyataan bahwa tim yang juara EPL setelah itu adalah tim yang memiliki budget belanja terbesar di liga (satu klub super kaya dan dua klub sugar daddy) diabaikan begitu saja.

Tentunya kita tidak bisa menyalahkan mereka, hal seperti ini terjadi bukan tanpa dasar. Delapan tahun tanpa trofi dan sembilan tahun tanpa gelar juara liga menjadi jejak rekam yang akan ikut membentuk persepsi ini. Apalagi untuk WOB yang anti Wenger. Pengalaman masa lalu di mana tim-tim Wenger pasca Highbury yang selalu nyaris juara tapi tak pernah juara membentuk persepsi mereka yang kuat bahwa tim di bawah Wenger tak mungkin lagi juara. Kenyataan bahwa Wenger memberikan 3 gelar juara liga di masa lampau, dan kenyataan bahwa tim yang juara EPL setelah itu adalah tim yang memiliki budget belanja terbesar di liga (satu klub super kaya dan dua klub sugar daddy) diabaikan begitu saja. Dalam hal ini persepsi mengalahkan kenyataan.

Nah mari kita coba membahas seobjektif mungkin apa itu kenyataan dalam kekalahan 5-1 dari Liverpool akhir pekan lalu.

1. Dua set pieces yang mengubah arah pertandingan

Konsentrasi tidak penuh pemain Arsenal di awal pertandingan berbuah fatal. Ketinggalan 2-0 demikian cepat membuat mereka harus keluar menyerang dan menjadi sasaran empuk kecepatan striker Liverpool. Bila kita cermati pertandingan Arsenal musim ini, tim ini cenderung bermain tenang tapi disiplin di babak pertama dan baru mencetak gol di babak kedua. Modalnya adalah pertahanan kokoh. Dalam sekejap duet CB terbaik musim ini diporak-porandakan oleh Liverpool karena konsentrasi lemah di awal pertandingan dan strategi Arsenal harus berubah. Mereka harus menyerang di babak pertama untuk mengejar ketertinggalan dan malah tertinggal lebih jauh.

2. Kelambanan yang dieksploitasi oleh kecepatan

Duet CB Arsenal walau terkokoh bukan yang tercepat di liga. Dan dua fullback yang dipasang malam itu juga bukan pemain yang larinya cepat. Gibbs dan Jenkinson umumnya lebih cepat daripada Monreal dan Sagna. Hal ini dieksploitasi oleh Liverpool yang memasang tiga striker cepat: Suarez, Sturridge dan Sterling. Kalau masih kurang yakin, bahkan inisial nama ketiganya adalah Trio S, Speed. Bila Arsenal hanya punya satu Walcott dan itu sudah ditakuti Barcelona, Liverpool punya 3 Walcott, bahkan dalam bentuk versi yang lebih mutakhir. Gol ketiga dan keempat Liverpool berawal dari Ozil yang kehilangan bola dan salah mengoper, namun tidak kurang kontribusinya juga adalah dua fullback yang sedang di posisi maju, dan kelambanan Arteta, Mertesacker dan Koscielny dibanding pemain penyerang Liverpool.

Kecepatan Liverpool sebenarnya bisa di-counter dengan memperlambat tempo permainan. Namun ketinggalan dahulu membuat pemain Arsenal tidak sabar dan meninggalkan rencana itu.

3. Pressing dan semangat memulai pertandingan yang berbeda

Arsenal bisa kehilangan bola di tengah lapangan karena pressing pemain Liverpool yang intens, yang mirip dengan gegenpressing Dortmund. Arsenal mungkin memulai pertandingan ini bukan dalam kondisi mental yang sebaik saat melawan Dortmund. Mungkin karena pernah mengalahkan Liverpool di kandang dengan cukup nyaman, pemain-pemain Arsenal di pertandingan ini sedikit nyantai. Tidak ada pressing tinggi di awal pertandingan, Giroud yang biasanya mengejar lawan terlihat santai, demikian juga pemain lainnya. Setelah tertinggal, Arsenal bermain terburu-buru untuk mencetak gol. Tidak ada passing-passing santai sambil mencari celah. Keterburu-buruan itu dikombinasikan dengan pressing tinggi dan intens Liverpool berbuah dua counter attack yang menghabisi peluang Arsenal untuk kembali di pertandingan ini.

Singkat kata, Arsenal bertemu bogey team-nya malam itu dalam bentuk Liverpool. Seperti api yang ketemu air, taktik dan formasi Arsenal diredam dengan cerdik oleh Liverpool. Ditambah dengan turunnya performa dan semangat beberapa pemain Arsenal, telaklah kekalahan yang didapatkan.

Arsenal bisa memenangkan pertandingan ini bila mereka tidak tertinggal lebih dahulu, perlahan membangun dominasi dan bermain lebih dalam. Menunggu Liverpool lelah dan frustrasi di babak kedua dan kemudian menyerang pertahanan mereka yang tidak terkenal kokoh. Namun dua set pieces tersebut mengubah segalanya.

Kenyataannya adalah Arsenal kalah telak lawan Liverpool. Kalah taktik dan kalah semangat. Tiga poin gagal didapatkan. Selain itu tidak perlu ada bumbu lainnya. Arsenal tetap di peringkat kedua, bisa kembali di peringkat pertama malam ini, dan masih berpeluang di perebutan juara liga musim ini. Walau kalah dari Liverpool, peringkat Arsenal masih di atas Liverpool dengan beda perolehan poin yang cukup signifikan. Arsenal tim yang lebih baik sepanjang musim tapi lebih buruk malam itu. Selain itu adalah persepsi belaka, ciptaan bias pikiran masing-masing.

Manchester United

Persepsinya adalah ini tim juara bertahan, punya mental juara. Kenyataannya adalah tim ini masih bertengger di peringkat ketujuh dan masih kesulitan menemukan form musim lalu. Tim ini sesungguhnya adalah team in crisis. Karena bila United tidak lolos ke UCL musim ini, maka semakin sulit bagi mereka merekrut pemain-pemain top Eropa. Kecuali jika mereka mau membayar gaji pemain barunya dua kali lipat ala City beberapa musim lalu. Namun kondisi keuangan MU yang dililit utang akibat pembebanan pribadi dari Glazers tidak memungkinkan itu. Moyes mesti berjuang untuk bisa finish di peringkat keempat, namun hal itu semakin hari semakin sulit. Apalagi melihat performa klub-klub top four saat ini, yang lebih kuat daripada musim sebelumnya.

Nah melawan United malam ini, Arsenal mesti melupakan kekalahan melawan Liverpool secara mental tapi mengingat jelas kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat itu. Kenaifan taktik di lapangan tentu telah diulas Wenger sebelum pertandingan ini. Mereka tidak boleh kecolongan dari set pieces lagi. Konsentrasi mesti 110% saat bertahan dari set pieces. Gol semata wayang United paruh musim ini juga dari set pieces. Selain itu Arsenal mesti mengantisipasi crossing United karena sepertinya itulah satu-satunya taktik permainan tim Moyes. Mereka bermain lewat sayap yang memberikan umpan lambung ke dalam kotak penalti.

Kembali ke basic, bermain tenang seperti saat melawan klub-klub papan tengah, tidak terpengaruh dengan persepsi tim juara bertahan. Selama Arsenal bisa menempatkan calon lawannya ini di tempatnya yang pas (tim papan tengah saat ini), tidak terlalu takut dengan mantan kapten Judas-nya, maka Arsenal bisa meraih tiga poin malam ini. Bukannya meremehkan, tapi kenyataannya tim ini kalah oleh Stoke City di awal Februari dan sudah kalah delapan kali di liga musim ini. Kapan lagi saat yang tepat untuk membuktikan kepada si pembelot bahwa “arah dan ambisi” klub ini sudah benar, tidak seperti yang ia duga. Siapa yang menyangka kalau “arah dan ambisi” klub barunya itu ternyata malah tidak sesuai “persepsi”-nya setelah bergabung satu musim.

Selama Arsenal bisa menempatkan calon lawannya ini di tempatnya yang pas (tim papan tengah saat ini), tidak terlalu takut dengan mantan kapten Judas-nya, maka Arsenal bisa meraih tiga poin malam ini

Soal Ozil, malam di Anfield tersebut tentunya adalah malam terburuk baginya musim ini. Namun itu tidak serta merta membuatnya menjadi pemain buruk. Untuk seorang pemain baru, penampilannya musim ini termasuk relatif mulus kecuali malam itu. Setiap pemain pasti akan mengalami masa seperti itu. Yang perlu dilakukan fans dan sudah pasti dilakukan manager dan rekan-rekannya adalah memberikannya kepercayaan penuh dan terus mendukungnya. Mudah-mudahan kita berharap ia akan memberikan penampilan terbaiknya malam ini. Dan mulai mencetak gol, seperti harapan Wenger.

Untuk formasi lainnya, sebagaimana kata Wenger sendiri, saya prediksi tidak akan perubahan berarti.

After a big disappointment like that you always sit there, thinking, ‘Do I make five or six changes or do I give them a chance to show it was just an accident?’ And most of the time you give the players a chance, especially if they have done well before.

If there is a continuity of a bad patch you have to change things, but if it is just one game, most of the time you give the players a chance to [put things right].

Back four yang sama mungkin akan dipertahankan dan mungkin Gibbs masuk menggantikan Monreal. Arteta tetap dipasang karena Flamini masih dilarang bermain. Wilshere akan menemaninya di tengah dan satu-satunya kemungkinan penggantian pemain adalah posisi Chamberlain. Wenger bisa memilih Rosicky, Gnabry ataupun Podolski. Bila Wenger memilih Rosicky, kemungkinan Cazorla akan diganti Podolski di kiri. Namun rasanya Wenger akan memilih stabilitas dan performa Cazorla yang semakin membaik sebelum pertandingan melawan Liverpool tersebut.

Prediksi line up: 

Szczesny – Sagna, Mertesacker, Koscielny, Gibbs – Arteta, Wilshere, Ozil – Chamberlain, Giroud, Cazorla

Subs: Fabianski, Jenkinson, Monreal, Rosicky, Bendtner, Podolski, Sanogo