Memahami Artetaball

Tulisan singkat ini akan membahas foto yang satu ini dan sedikit soal Artetaball.

Atas: Gol ketiga Arsenal vs Fulham (Premier League 20/21, Bawah: Gol pertama Arsenal vs Liverpool (Community Shield 2020)

Tidak heran bila salah satu kelebihan Arteta sebagai pelatih sepakbola modern yang mengidolakan Marcelo Bielsa dan mendapatkan bimbingan langsung dari Guardiola adalah penguasaan taktik sepakbola yang dikenal dengan Positional Play (Juego de Posición).

Apa itu Positional Play? Mengutip dari Breakingthelines.com:

Positional Play is a style of play where the football pitch is divided into zones and each player is assigned to a zone. Each zone has a different role which means that each player has a different task to execute. If a player moves into another zone, a teammate has to take his place, which is what we call rotations.

The goal of Juego de Posición is that the zones and the tasks within them can be occupied and used by different players. Styles of play in football are like languages, and positional play, more than any other style of play, must be spoken in the same way by every player on the pitch.

Di artikel yang lain lagi, Positional Play bisa digambarkan dengan pola gerakan dan aksi yang dilakukan secara kolektif baik saat menyerang maupun bertahan, dengan tujuan menciptakan superioritas di lapangan dan kemudian mengeksploitasinya. Bagaimana sebuah tim bisa menguasai ruang yang menghasilkan superioritas di lapangan.

Untuk bisa mencapai superioritas di lapangan itu, semua pemain harus bergerak walaupun sedang tidak memegang bola. Off-the-ball movement menjadi sangat penting. Setiap gerakan akan membantu temannya yang sedang membawa bola ataupun yang akan menerima operan bola. Entah itu sebagai decoy untuk menjauhkan marking lawan, stretching formasi lawan untuk memberikan ruang kepada pembawa bola, positional play menciptakan “ruang” dan dengan sendirinya “waktu” bagi pembawa bola ataupun yang akan menerima bola.

Positional Play ini perlu dilatih sehingga para pemain dalam tim bisa mengerti tugas masing-masing ketika bola memasuki zone tertentu dan opsi-opsi operan yang akan dilakukan. Tentunya tidak mudah karena jarak dengan pemain lawan juga berpengaruh. Namun dari dua gol di bawah ini yang tergambarkan dengan baik dalam foto di atas, kita bisa melihat hasil latihan Positional Play Arsenal yang mulai sekarang kita namakan Artetaball.

Arsenal vs Liverpool – Community Shield, 1-0 gol Aubameyang.

Auba’s goal vs Liverpool

Gol tersebut dimulai dari Goal Kick setelah shoot Liverpool yang off target, melayang di atas gawang. Hanya butuh waktu 20 detik untuk bola meninggalkan kaki Emi dan bersarang di gawang Liverpool. Arsenal “menjebak” Liverpool dengan menarik pressing tinggi mereka ke dalam kotak penalti dan dengan cepat mengoper bola ke sayap kanan, dari Bellerin ke Saka yang kemudian mengumpan cross field ke Aubameyang di kiri yang mendapatkan posisi hotspot untuk melakukan tendangan kaki kanan akurat andalannya. Perhatikan juga gerakan lari Maitland-Niles dan Tierney untuk membingungkan lawan.

Fulham vs Arsenal – Premier League, 3-0 gol Aubameyang

Auba’s goal vs Fulham

Gol ini juga dimulai dari goal kick setelah serangan Fulham yang gagal. Kali ini butuh waktu 32 detik karena butuh waktu lebih lama untuk Fulham terpancing melakukan pressing tinggi di kotak penalti Arsenal. Xhaka memancing mereka dengan gerakan tangan yang mengisyaratkan bola akan dioper ke mana. Kemudian dengan cepat Bellerin mengoper ke Elneny yang first time pass-nya berhasil disambut Lacazette dengan two touches flick yang disamber Willian lagi-lagi dengan umpan cross-field ke Aubameyang di sisi kiri jauh. Perhatikan pergerakan Aubameyang, Maitland-Niles dan Tierney di dua gol yang mirip dalam dua pertandingan yang berbeda. Identik!

Kedua gol ini adalah hasil positional play dengan pola yang sama. Crossfield dari kanan ke kiri dengan target Aubameyang menemukan posisi idealnya untuk mencetak gol tanpa lawan bisa melakukan blok karena terlambat dalam transisi dari pressing tinggi ke bertahan.

Ada satu lagi Positional Play favorit saya yang tidak menghasilkan gol namun layak ditonton berulang kali. Play ini terjadi di menit ke-77. Dalam waktu 22 detik sejak bola meninggalkan Leno, Aubameyang berada di kotak penalti lawan dan mestinya bisa melakukan first time shoot hasil umpan terobosan cantik Bellerin. Sayangnya ia memilih menggiring bola jauh dari kiper tanpa menyadari pemain belakang Fulham telah menjaga di garis gawang. Tembakannya berhasil diblok dengan sundulan lawan.

Auba’s chance vs Fulham

Build-up play kali ini sedikit berbeda. Leno mengoper ke kiri dan setelah beberapa operan di sayap kiri, Lacazette dan Elneny mengubah arah bola ke kanan dan Bellerin yang berlari kencang mampu mengoper bola ke tengah dengan sangat baik ke Auba.

Serangan cepat Arsenal ini bukanlah counter attack karena berawal dari Goal Kick. Namun dengan mengundang pressing tinggi lawan, serangan ini sama efektinya dengan counter attack dan secepat counter attack. Arteta “menemukan” pola serangan ini khusus untuk menghadapi tim-tim di Liga Inggris terutama yang tim besar yang sudah fasih melakukan high pressing. Tim-tim lawan akan menganalisa Artetaball ini dan saya rasa akan merinding dengan ancamannya. Mengapa? Hanya dari goal kick umpan pendek, Arsenal bisa mencetak gol dalam waktu 20-30 detik. Menyeramkan. Siapa yang tidak akan kuatir melawannya?

Bagaimana bila lawan tidak melakukan high pressing dan memilih low block? Nah itu akan menjadi tantangan level berikutnya dari Artetaball.

Datanglah Dani Ceballos. Untuk menghadapi lawan dengan low block, Arsenal gantian yang harus melakukan pressing tinggi dan memiliki pemain kreatif yang nyaman dalam dribbling dan ball retention di final third. Mari kita nikmati cuplikan video dan perhatikan gerakan Dani di rentetan operan di bawah ini.

Dani’s action in final third

Dalam waktu 65 detik semenjak bola di kaki Dani di dekat kotak penalti sendiri, Arsenal menciptakan dua peluang gol. Fulham memilih bertahan (mungkin kapok dengan jebakan Artetaball). Namun pressing tinggi Arsenal dan skill Ceballos yang sama nyamannya dalam mengoper dan men-dribble bola di kotak penalti lawan berhasil menciptakan peluang. Sekarang kita mengerti mengapa Arteta sangat menyukai Aouar dan saya yakin ia adalah target nomor satu Arsenal, bukan Partey. Aouar dan Dani bisa menjadi pemain kreatif yang dibutuhkan Arsenal untuk membuat Artetaball juga efektif menghadapi low block lawan.

Demikian dulu tulisan bagian pertama dari serial memahami Artetaball. Bila ada waktu lagi saya akan menulis bagian kedua dan seterusnya. Untuk sementara ini, silakan berikan komentar Anda, hasil observasi yang mungkin berbeda dari klip-klip di atas?

Preview Arsenal 2020-21 Season

LONDON, ENGLAND – AUGUST 29: Arsenal celebrate with the Community Shield Trophy following his team’s victory in during the FA Community Shield final between Arsenal and Liverpool at Wembley Stadium on August 29, 2020 in London, England. (Photo by Justin Tallis/ pool via Getty Images)

Arsenal mengawali musim 2020-21 ini dengan optimisme penuh setelah memenangi Community Shield 2020 dengan mengalahkan sang juara Premier League, Liverpool dengan meyakinkan, walaupun hasil akhir kemenangan didapatkan lewat adu penalti. Sepanjang pertandingan, setelah memimpin dahulu dengan gol Aubameyang, Arsenal tidak pernah terlihat sebagai tim yang inferior melawan tim juara. Saat bertahan, Arsenal terorganisir dengan baik dan setiap menyerang balik, barisan pertahanan Liverpool kelabakan. Serangan balik mungkin tetap akan menjadi senjata utama Arsenal musim ini, yang akan kita bahas sebagai bagian dari preview musim baru ini.

Meroketnya Bintang Arteta

Kejatuhan Raul Sanllehi akibat skandal transfer (walaupun tidak diungkap jelas oleh klub) diimbangi dengan naiknya bintang Vinai Venkatesham dan Mikel Arteta. Vinai sekarang resmi menjadi CEO Arsenal, dan Arteta dipromosikan menjadi 1st team Manager, tak lagi sekedar Head Coach. Hanya dalam 2 tahun lebih semenjak Wenger lengser, Arsenal balik badan untuk kembali memakai struktur yang mirip dengan eranya, daripada warisan Gazidis. Mantan CEO Arsenal ini mencoba mengadopsi struktur klub sepakbola yang lebih modern dengan mengurangi peran manager (Wenger) dengan menghadirkan posisi Technical Director dan Head of Football Relations. Intinya adalah fungsi rekrutmen, transfer dan kontrak pemain tidak lagi melibatkan manager yang hanya difungsikan untuk melatih tim. Manager boleh meminta dicarikan pemain di posisi tertentu namun keputusan final untuk membeli, menjual pemain tak lagi ada di tangan manager. Hal itu dilakukan karena dirasakan Wenger menjadi penghambat transformasi Arsenal menjadi klub sepakbola modern.

Era Raul membawa Arsenal ke kutub ekstrem yang berlawanan. Bila Wenger enggan berurusan dengan super agent, Raul sebaliknya. Pembelian pemain-pemain lewat super agent Kia Joorabchian (David Luiz, Cedric Soares, Willian) dan juga Arturo Canales (Pablo Mari) dipertanyakan prosesnya. Kemudian rumor pemain yang akan dibeli pun tak jauh dari pemainnya Kia (Coutinho, Felipe Anderson, Kurzawa). Kontrak David Luiz diperpanjang, loan Mari dan Soares dipermanenkan, Willian dikontrak selama 3 tahun. Aksi-aksi yang mengundang pertanyaan apakah ini adalah keputusan yang bijak, ditambah dengan harga transfer Pepe yang di atas harga pasar (Raul adalah teman dekat GM Lille, Marc Ingla) akhirnya membuat KSE mengirim pengacara kepercayaan mereka Tim Lewis untuk melakukan review internal. Singkat kata hasilnya adalah Raul terdepak dari puncak kekuasaan eksekutif Arsenal.

Raul jugalah yang membalikkan arah pencarian suksesor Wenger dari Arteta ke Emery, yang diperkenalkan oleh Arturo Canales (yang kemudian menjadi agent-nya Emery sebelum ia dikontrak Arsenal). Satu setengah tahun kemudian, dengan enggannya Raul terpaksa menerima kalau Emery mesti didepak dan Arteta dilobi untuk mengisi posisi head coach. Yang menarik adalah utusan Arsenal untuk lobi Arteta di tengah malam tersebut tidak lain adalah Vinai Venkatesham, sang Managing Director yang berbagi tugas dengan Raul di tingkat eksekutif.

Arteta berhasil menstabilkan kapal yang sedang karam, dan membawa Arsenal ke pantai seberang terbaik yang bisa dicapai saat itu. Juara FA Cup berarti Arsenal bisa berkompetisi di Europa League dan mendapatkan suntikan dana 25-40 juta euro dari broadcast televisi, prize money dan ticket (tergantung Covid) yang amat penting untuk pembangunan skuad musim ini, terutama di tengah keterbatasan mendatangkan fans ke stadion akibat COVID-19. Di luar sisi finansial, prestasi Arteta ini membangkitkan suasana positif yang luar biasa di semua staff Arsenal dan pemain. Memberikan kepercayaan diri bahwa tim ini punya masa depan, terlebih dengan mengalahkan tim-tim besar di akhir musim (City, Chelsea, Liverpool). Ia pun diberikan pengakuan dan promosi menjadi Manager Arsenal, bukan lagi head coach. Arteta menjadi pewaris sejati manager Arsenal yang sebelumnya, Arsene Wenger.

Dengan peran sebagai manager, Arteta akan memiliki suara dalam hal perekrutan pemain, perpanjangan kontrak dan penjualan pemain. Ia akan bekerja sama dengan Edu yang secara teknis akan lebih sibuk dengan detail kontrak dan transfer dan pencarian bakat. Arteta bisa membangun tim yang diinginkannya, tentunya tergantung dengan kemampuan finansial Arsenal. Pendek kata, pengangkatan dirinya menjadi Manager Arsenal ini sebagai bukti dukungan penuh CEO dan board Arsenal, terutama keluarga Kroenke.

Transfer Pemain

Arsenal bergerak cukup cepat di jendela transfer ini. Tentunya tidak ada yang bisa mengimbangi Chelsea. Willian direkrut dengan free transfer, Gabriel bergabung tepat waktu sehingga sempat berlatih 2 minggu, dan Ceballos juga didatangkan kembali dengan status pinjam, juga tepat waktu. Di sisi penjualan pemain, Arsenal sedikit terseret, karena lesunya peminat dan bedanya nilai valuasi antara pembeli dan penjual. Hanya Mkhitaryan yang sudah dilepas secara free sampai sejauh ini. Daftar pemain yang digosipkan akan dilepas sebelum jendela transfer berakhir:

  1. Torreira (£20-25 juta)
  2. Sokratis (£5 juta / free)
  3. Kolasinac (£10 juta / loan)
  4. Elneny (£5 juta / loan)
  5. Chambers (£10 juta / loan)
  6. Holding (£10 juta / loan) atau Mustafi
  7. Emi Martinez (£20 juta)
  8. Bellerin (£30 juta)
  9. Maitland-Niles (£20 juta) bila Bellerin tak jadi dijual
  10. Guendouzi (ga ada peminatnya)

Menjual pemain dengan baik sangat penting untuk bisa membiayai pembelian baru. Di luar uang yang didapatkan dari hasil penjualan, penghematan gaji juga akan signifikan. Dari daftar penjualan di atas saja, Arsenal bisa menghemat gaji pemain sekitar £25-30 juta per tahun. Angka ini setara dengan budget pembelian seorang Aouar / Partey beserta gajinya (pembelian pemain biayanya masuk dalam amortisation yang dibebankan per tahun sampai kontraknya selesai). Ini belum menghitung nilai hasil penjualan pemain itu sendiri. Singkat kata bila Arsenal bisa meraup £60 juta nett saja (+penghematan gajinya) dari penjualan 7-8 pemain di atas, maka budget untuk pembelian Gabriel, Aouar dan Partey telah terpenuhi dengan sendirinya.

Mengingat Saliba dan Gabriel masih perlu adaptasi dengan Premier League dan kemampuan bahasa Inggris mereka yang masih terbatas, saya memprediksi Holding akan dipertahankan oleh Arteta. Bila Arsenal bisa menjual 6 pemain sebelum Bellerin dan Maitlan-Niles dengan total nilai £60-70 juta (best scenario) maka Bellerin ataupun Maitland-Niles tak perlu dijual. Sekarang kita mengerti mengapa Emi Martinez walaupun sangat bagus, perlu dijual untuk membiayai pembelian Aouar / Partey. Ia saat ini menjadi pemain Arsenal yang paling mudah dijual, gajinya pun tidak tinggi sehingga tidak memberatkan klub pembelinya.

Dari daftar di atas, saya pribadi tidak ingin melihat Bellerin dan Maitland-Niles pergi. Bellerin adalah role model yang sangat baik untuk klub ini dan ia mulai kembali ke penampilan terbaiknya setelah cedera. Maitland-Niles sendiri adalah atlet super yang menurut saya bisa menjadi the next Vieira bila Arteta bisa mengasah kemampuan passing dan visinya. Ia memiliki fisik dan kecepatan yang mumpuni untuk posisi tersebut.

Untuk pemain baru incaran, saya memilih Aouar daripada Partey. Ulasannya ada dalam taktik berikut ini.

Perkembangan Taktik Arteta

Arsenalnya Arteta masih mengandalkan serangan balik untuk memenangkan pertandingan. Tidak salah mengingat kelemahan dan kekuatan tim ini (lemah di lini tengah dan kuat di lini depan yang juga cepat). Namun variasi menuju serangan balik ini yang berbeda dengan Arsenal di bawah Emery. Arteta melatih tim ini sehingga mereka memiliki build-up play dari belakang yang percaya diri dan cukup efisien untuk mengundang high-pressing tim lawan dan kemudian menggunakan sektor sayap untuk melancarkan serangan balik cepat. Manchester City, Chelsea dan Liverpool menjadi makanan empuk taktik Arteta ini. Namun berhadapan dengan Aston Villa yang enggan melakukan pressing dan memilih bertahan dengan low block, Arsenal kehilangan cara. Untuk itu, datanglah peran Willian.

Dalam beberapa musim terakhir, Arsenal kehilangan pemain yang mampu dribble bola dan ball retention tinggi. Pemain seperti Hleb, Rosicky, Wilshere, Nasri, dan Cazorla menjadi kunci sepakbola menyerang Wenger yang sangat nyaman melakukan operan-operan dan take-on di depan kotak penalti lawan, karena kemampuan ball retention dan dribble-nya yang tinggi. Tanpa pemain seperti ini, Arteta terpaksa memilih jalur sayap untuk menyerang, yang tidak efektif bila kita tidak memiliki penyerang di kotak penalti yang jago menyambut bola atas. Willian akan memainkan peran ini. Bak Point Guard NBA, ia akan membawa bola dengan trick-nya, melewati satu dua pemain dan mengoper ke kotak penalti lawan dengan akurat. Dan kita tahu, kita memiliki tiga striker yang sangat tajam dalam soal finishing.

Willian juga bisa menjadi mentor yang baik untuk Saka dan Emile Smith Rowe. Namun kedua pemain ini masih sangat muda sehingga performanya akan naik turun sepanjang musim. Oleh karena itu, membeli Aouar menurut saya menjadi lebih penting daripada Partey musim ini. Terlebih dengan kesulitan tim ini meraih poin melawan tim-tim papan tengah dan bawah, daya kreativitas serangan Arsenal sangat perlu ditingkatkan musim ini. Kita tidak memiliki kesulitan untuk meraih poin melawan tim papan atas, sehingga jelas penampilan melawan tim yang memilih bertahanlah yang harus kita tingkatkan musim ini. Aouar bisa menjadi jawaban tambahan selain Willian.

Soal pertahanan, bila Gabriel dan Saliba beradaptasi dengan baik, mereka bisa menjadi bek yang agresif melakukan pressing dan marking terhadap penyerang lawan yang lolos dari lini tengah. Di luar itu, untuk duet pivot, Xhaka dan Ceballos sudah melakukannya dengan sangat baik di akhir musim lalu. Pelapis mereka adalah Willock dan sayangnya Guendouzi yang menurut saya belum ada peminatnya untuk musim ini. Bila Thomas Partey bisa direkrut musim ini, tentunya transfer window Arsenal menjadi sempurna. Semuanya tergantung suksesnya penjualan Arsenal dalam 3 minggu mendatang.

Prediksi Final Skuad:

Depan (7): Aubameyang, Lacazette, Pepe, Nketiah, Nelson, Saka, Martinelli

Tengah (9): Willian, Ozil (mudah-mudahan bisa integrasi musim ini), Xhaka, Ceballos, Willock, Guendouzi, Emile-Smith Rowe, Aouar, Partey.

Belakang (10): Luiz, Saliba, Gabriel, Mustafi, Holding, Mari; Bellerin, Tierney, Maitland-Niles, Soares

Kiper (2): Leno, Raya

Total 28 pemain dengan komposisi 17 non-HG, sisanya HG dan U-21. Pas ya?

Next Rising Stars

Musim ini, pemain yang akan menjadi rising stars menurut saya adalah Saka dan Nketiah. Kedua pemain ini sangat dekat menjadi nomor satu di posisinya musim lalu. Keduanya punya karakteristik yang berbeda dan akan menjadi aset termahal Arsenal dalam beberapa musim ke depan. Kesamaan keduanya adalah ketenangannya dalam mengeksekusi operan ataupun tembakan ke gawang di final third lapangan. Saka dalam hal ini mungkin lebih baik daripada Nketiah dari segi jumlah assist dan gol-nya. Namun Eddie berkali-kali mendapatkan kepercayaan Arteta untuk memimpin lini depan daripada Lacazette dan saya yakin dengan perkembangan usianya yang makin matang, ia akan menjadi striker utama Arsenal di 2 musim ke depan, bila ia bisa mengembangkan dirinya dengan baik di musim ini.

Musim ini juga menjadi penentu untuk Reiss Nelson dan Emile Smith Rowe yang berusia 20 tahun. Di usia yang sama Jadon Sancho sudah demikian sukses di Bundesliga dan berpotensi menjadi pemain termahal PL musim ini. Kedua pemain ini tentunya ingin membuktikan dirinya di liga musim ini. Kesempatan terbuka lebar untuk mereka mengingat padatnya kompetisi musim ini, yang lebih ringkas sebulan. Arteta akan merotasi pemain lebih sering dan keduanya harus membuktikan diri setiap diberikan kesempatan.

Di lini belakang, potensi Gabriel dan Saliba tidak diragukan lagi. Pertanyaan yang tersisa hanyalah seberapa cepat mereka bisa beradaptasi dengan PL, tanpa mengalami cedera berat.

Target Akhir Musim

Kebanyakan pundit masih tidak menganggap Arsenal sebagai tim top four musim ini. Tentunya mereka tidak mengikuti Arsenal secara dekat dan hanya melihat dari fakta bahwa kita duduk di peringkat kedelapan musim lalu. Namun kita yang mengikuti Arsenal dengan giat tahu persis kalau tim ini sedang terbang tinggi, satu-satunya jalan ke depan hanyalah naik dan mereka belum merealisasikan potensinya secara penuh.

Bila kita berhasil mendatangkan Aouar dan Partey, saya merasa peringkat ketiga dan bahkan kedua musim ini bukanlah impian. Arteta adalah manajer yang luar biasa dan saat ini ia mendapatkan kepercayaan penuh semua pemainnya. Bila mereka bisa memberikan 100% dalam setiap pertandingan, musim ini Arsenal bisa menjadi luar biasa. Semi-final dan Final FA Cup adalah teaser atas apa yang bisa dilakukan Arsenal musim ini. Ditambah dengan pemain baru yang direkrut musim ini yang jelas adalah perbaikan dari pemain yang sudah ada, Arteta memiliki semua bahan yang dibutuhkannya untuk mengangkat tim ini lebih tinggi lagi. Dan ia memiliki kepercayaan diri yang luar biasa tinggi (tanpa menjadi arogan). Saat meyakinkan Willian, ia berujar: “Saya butuh kamu untuk menempatkan kami di Champions League, dan mengakhiri karirmu dengan menjadi juara Champions League.” Dalam hanya 3 tahun dari sekarang, Arteta berambisi untuk membawa klub ini menjadi juara Champions League. Wow. Tidak ada satupun fans Arsenal saat ini yang berani berandai-andai seperti ini.

Untuk menjadi juara liga musim ini, mungkin masih terlalu dini. Namun peringkat dua (diiringi dengan kejatuhan Manchester City) atau tiga jelas bukan hal yang mustahil. Sebagai pembanding, di musim pertama Wenger (1996-97) yang tidak penuh, Arsenal finish di peringkat ketiga (dengan nilai yang sama dengan peringkat kedua, kalah selisih gol). Di musim keduanya yang juga menjadi musim penuh pertamanya, Wenger membawa Arsenal menjuarai Premier League dan FA Cup. Saat itu liga didominasi oleh Manchester United, Newcastle United dan Liverpool. Akan menjadi skrip yang sempurna bila Arteta bisa mengulangi prestasi mentornya ini di musim penuh pertamanya. Semoga.

Untuk sementara ini, mari kita jangan bermimpi dahulu dan kembali kita ikuti perjalanan Arsenal musim ini. Setiap pertandingan pasti akan menjadi sangat menarik karena sentuhan Arteta dan optimisme timnya. Mari kita memulai musim dengan kemenangan pertama melawan Fulham malam ini.

Come On You Gunners. Up The Arsenal!