Tukar Tambah Sukses Arsenal

Setelah menulis 2 artikel mengenai aktivitas transfer Arsenal musim panas kemarin, rasanya tidak elok jika saya tidak menyimpulkannya dengan artikel yang juga membahas transfer musim dingin ini. Kedatangan Aubameyang dan Mkhitaryan di luar prediksi kedua artikel tersebut, dan tentunya juga mengejutkan semua fans Arsenal. Hype fanbase Arsenal menyambut dibelinya Aubameyang sangat luar biasa dan akun Twitter Arsenal pun mengimbanginya dengan video yang tak kalah luar biasanya.

Diawali dengan kalimat “Yo Pi’erre, you wanna come out here?” (dari lagu Magnolia – Playboi Carti, yang terinspirasi dari adegan dengan kalimat yang sama di Jamie Foxx Show), dilanjutkan dengan musik tekno yang upbeat dan gemerlap lampu LED, video ini sesuai dengan karakter Aubameyang yang antusiastik, fun, dan penuh swagger. Selebrasi golnya dengan Mkhitaryan yang khas (skipping) tidak abai dimasukkan. Video ini membayar hype fans Arsenal yang sudah lama menunggu resminya transfer fenomenal ini. Bila Manchester United mencoba memperlihatkan sisi melankolis pemain barunya dengan video permainan piano Sanchez (yang terus terang tidak meyakinkan), Arsenal memilih dengan menampilkan video Aubameyang yang super fun, super hype, estatik, yang membuat debar jantung fans Arsenal jauh lebih cepat, otak merilis dopamine dalam jumlah banyak, sekaligus menetapkan harapan yang sangat tinggi terhadap pemain baru pemakai kostum legendaris No.14 ini.

Jujur, saya tidak mengira Arsenal akan mendapatkan Aubameyang musim ini. Setelah kecewa dengan aktivitas transfer Arsenal di musim panas, saya pikir lebih baik tidak berharap banyak agar tidak terlalu kecewa. Artikel saya sebelumnya memprediksi Arsenal akan menambahkan 1 atau 2 pemain di luar Lacazette dan Kolasinac. Mbappe dan Lemar dibicarakan. Kenyataannya nol. Keputusan mempertahankan Sanchez pun menjadi senjata makan tuan. Sanchez yang kecewa karena batal dijual di hari terakhir transfer window musim panas, ditambah dengan tidak lolosnya timnas Chili ke Piala Dunia, bermain tidak sebaik musim lalu dan mengacaukan suasana harmonis tim. Permainannya yang sangat individualis musim ini juga menyebabkan Arsenal bermain lebih buruk dari musim lalu. Alih-alih berkompetisi untuk juara liga, Arsenal terpuruk di posisi keenam musim ini.

Dengan kondisi demikian, siapa sangka Arsenal dapat membuat periode transfer Januari ini menjadi periode transfer terbaik Arsenal semenjak era Invincible? Artikel saya sebelumnya menyebutkan problem utama Arsenal adalah skuad yang gemuk, melebihi kuota 25 pemain yang dapat didaftarkan. Hal ini membatasi pergerakan transfer masuk. Pendek kata Arsenal mesti menjual pemain yang tidak dibutuhkan untuk dapat membeli yang baru. Tidak ada masalah dengan budget transfer. Namun saya tidak membahas aturan Premier League Short Term Cost Control (STCC) dalam artikel tersebut. Ternyata aturan STCC tersebut juga sangat berpengaruh terhadap kebijakan transfer Arsenal. Klub tidak boleh menaikkan pengeluaran untuk gaji pemain > 7% pengeluaran gaji tahun sebelumnya. Tujuannya agar pendapatan dari hak siar TV Premier League tidak digunakan untuk menaikkan gaji pemain seenaknya. Namun, klub boleh menaikkan pengeluaran gaji > 7% jika ekses di atas 7% tersebut dapat dijustifikasi dengan kenaikan pendapatan dari sisi komersial / sponsorship, tiket, profit jual pemain, dan bonus dari UEFA. Lihat flow chart di bawah ini.

pl20stcc202016-opt882x767o02c0s882x767

Nah Arsenal tidak menaikkan tiket musiman stadion, gagal menaikkan pendapatan komersial secara signifikan (hanya naik 10 juta pounds musim ini), dan juga tidak bermain di UCL musim ini. Arsenal menjadi klub top PL yang paling terkena dampak aturan STCC musim ini. Manchester City dan United bisa bermanuver dengan pendapatan komersial mereka. Yang satu sugar daddy club yang bisa di-inject dana dari Abu Dhabi kapan saja dan yang satu lagi memang super kaya karena pendapatan komersialnya. Liverpool dan Chelsea bermain di UCL musim ini, dapat extra pendapatan. Keempat klub punya fleksibilitas lebih dalam menaikkan budget untuk gaji pemain daripada Arsenal.

Karena skuad Arsenal juga gemuk, ditambah lagi keperluan memenuhi aturan STCC, maka satu-satunya cara Arsenal untuk bisa membeli pemain baru adalah dengan menjual pemainnya. Profit hasil jual pemain ini kemudian bisa digunakan untuk menaikkan pengeluaran gaji > 7% tanpa melanggar STCC.

Salah satu alasan Arsenal tak mampu memenuhi permintaan gaji Sanchez dan Ozil secara bersamaan di awal musim adalah aturan STCC ini. Kabarnya Sanchez minta gaji di atas 500K/week ke Arsenal, dan tentunya Ozil tidak akan menerima kurang dari itu. Arsenal memilih Ozil dan melepas Sanchez. Akhirnya Ozil bisa diperpanjang dengan gaji 350K/week. Timing perpanjangan kontraknya pun sangat tepat. Pertama Lacazette, Aubameyang dan Mkhitaryan diboyong dengan gaji di atas 150K/week, lebih tinggi daripada gaji Ozil saat itu. Setelah itu baru Ozil diberikan kontrak fantastis. Apabila hal ini terjadi sebelumnya, kemungkinan agent-nya Aubameyang dan Mkhitaryan akan lebih ngotot dalam negosiasi gaji pemain mereka. Hal lumrah sebagai manusia untuk melihat pendapatan orang lain sebagai alasan untuk dapat lebih. Kita pun begitu di lingkungan kerja. 🙂

Kenaikan pengeluaran gaji musim ini yang kemungkinan > 7% daripada pengeluaran gaji musim lalu hanya dimungkinkan karena profit dari jualan pemain Arsenal sangat tinggi. Profit = nilai penjualan – sisa nilai pemain setelah amortization nilai transfer. Contohnya begini: Coquelin dan Walcott adalah pemain Arsenal yang telah perpanjang kontrak mereka dari kontrak awal transfer pertama. Nilai transfernya sudah diamortisasi semua (misal transfer 10 juta, kontrak 4 tahun maka nilai amortisasi per tahun 2,5 juta). Maka hasil penjualan mereka otomatis dianggap profit semua. Melirik daftar pemain Arsenal yang dijual musim ini yang notabene adalah pemain lama kecuali Gabriel, bisa diperkirakan profit jual pemain Arsenal musim ini mencapai 100 juta pound. Laporan keuangan Arsenal musim ini akan membuat hijau mata para pemegang saham. Bisa dipahami kan sekarang kalau Stan Kroenke tidak akan melepas sahamnya yang sudah meningkat hampir 3 kali lipat sejak ia membelinya. Musim panen belum tiba tapi padi sudah terlihat menguning…

Tukar Tambah Sukses Arsenal

Tanpa bermaksud menghina, menukar Giroud ke Aubameyang itu bak upgrade dari mobil sedan ke mobil sport.

Setelah dua jendela transfer musim ini, Arsenal berhasil melakukan yang mereka inginkan, akhirnya. Tidak hanya membuang pemain yang sedang merajuk, Arsenal juga berhasil merampingkan skuad dengan membuang beberapa pemain cadangan (otomatis mengurangi pengeluaran gaji pemain klub) dan mendapatkan dua pemain top tipikal Arsenal, yang sudah menjadi idaman Wenger sejak lama. Aubameyang dan Mkhitaryan didapatkan lewat transaksi tukar tambah ribet yang melibatkan Sanchez dan Giroud. Kombo maut ini kemudian dilengkapi dengan perpanjangan kontrak Mesut Ozil dengan menaikkan gajinya lebih dari dua kali lipat. Semua itu dicapai dengan nett transfer spending minus (penjualan lebih besar daripada pembelian), dan tanpa melanggar STCC. Deal tukar tambah yang sempurna. Tanpa bermaksud menghina, menukar Giroud ke Aubameyang itu bak upgrade dari mobil sedan ke mobil sport.

Mari kita lihat komposisi skuad Arsenal setelah transfer Lacazette dan Kolasinac, sebelum dimulainya musim 2017/2018:

GK (4): Cech, Ospina, Martinez, Szczesny

DF (12): Mertesacker, Koscielny, Mustafi, Gabriel, Holding, Chambers, Monreal, Bellerin, Gibbs, Debuchy, Jenkinson, Kolasinac

MF (8+1): Ramsey, Wilshere, Ozil, Chamberlain, Cazorla, Xhaka, Coquelin, Elneny, Jeff (U21)

FW (8+1): Sanchez, Perez, Giroud, Walcott, Iwobi (U21), Welbeck, Campbell, AkpomLacazette

Skuad di atas awalnya berjumlah 32 pemain + 2 U21. Dengan bergabungnya Mkhitaryan, Aubameyang, Mavropanos (U21) dan dijual/dipinjamkannya pemain-pemain yang dicoret di atas, komposisi tim utama Arsenal mengutip Arsenal.com menjadi sebagai berikut:

GK (2): Cech, Ospina

DF (8+1): Mertesacker, Koscielny, Mustafi, Holding, Chambers, Monreal, Bellerin, Kolasinac, Mavropanos (U21)

MF (7+1): Ramsey, Wilshere, Ozil, Cazorla, Xhaka, Elneny, Ainsley Maitland-Niles (U21), Mkhitaryan

FW (3+1): Iwobi (U21), Welbeck, Lacazette, Aubameyang

Skuad menjadi jauh lebih ramping dengan 20 pemain + 3 pemain U21. Tidak tanggung-tanggung, 12 pemain senior “dibuang” Arsenal musim ini. Pemain Home Grown Arsenal memang berkurang, tinggal 6 pemain (Holding, Chambers, Bellerin, Ramsey, Wilshere, Welbeck) tanpa mengikutkan pemain U21. Namun jumlah pemain “asing” Arsenal juga berkurang menjadi tinggal 14 orang, menyisakan 3 slot untuk rekrutmen pemain “asing” senior musim depan. Clearance sale yang berhasil!

Berkurangnya jumlah pemain Home Grown juga menjelaskan mengapa Arsenal begitu ngotot mengejar Jonny Evans. Selain sebagai bek senior berpengalaman, ia juga pemain Home Grown. Dengan bergabungnya Evans, Arsenal bisa memburu lebih banyak pemain “asing” tambahan musim depan tanpa harus terganggu dengan aturan kuota Home Grown (syarat aturan Home Grown adalah max 17 pemain asing dari slot 25 pemain). Musim depan kesiapan Arsenal untuk belanja pemain akan jauh lebih baik daripada musim ini. Kok bisa? Ini alasannya:

  1. Dana untuk transfer akan tersedia banyak karena nett transfer surplus musim ini. Operasi tukar tambah yang sukses menyisakan banyak amunisi untuk musim depan.
  2. Kuota pemain tidak akan menjadi masalah. Pensiunnya Mertesacker dan dilepasnya Cazorla akhir musim ini akan menyisakan slot 5 pemain baru dari luar Liga Inggris.
  3. Aturan STCC juga tidak akan menjadi kendala Arsenal musim depan. Bila musim ini aturan itu bisa diatasi Arsenal dengan profit penjualan pemain, maka musim depan STCC tidak akan menjadi masalah karena faktor berikutnya ini.
  4. Kenaikan pendapatan komersial Arsenal musim 2018/2019. Kemungkinan besar musim depan sponsorship kostum Arsenal akan pindah dari Puma ke Adidas. Arsenal akan buyback sponsorship Puma sebesar 30 juta pound/musim yang tinggal setahun musim depan dan menggantikannya dengan sponsorship dari Adidas. Rumor mengatakan Adidas siap membayar 90 juta pound/musim, naik 3 kali lipat dari jumlah yang dibayar Puma sekarang. Sebagai info, Chelsea, City dan United memiliki nilai deal sponsorship kostum yang jauh lebih besar daripada Arsenal saat ini.

So musim depan beli Jan Oblak, Max Meyer, Malcom dan Kostas Manolas? Silakan bermimpi… Mungkin kali ini mimpi Gooners lebih dekat dengan kenyataan berkat bergabungnya transfer guru Raul Sanllehi dan Sven Mislintat. Keempat faktor di atas dan suksesnya pembelian Aubameyang + Mkhitaryan setidaknya meniupkan angin optimisme baru dalam hal rekrutmen pemain.

Mungkin kali ini mimpi Gooners lebih dekat dengan kenyataan berkat bergabungnya transfer guru Raul Sanllehi dan Sven Mislintat.

Auba dan Micki

Mari kembali ke masa kini. Kemenangan gemilang 5-1 atas Everton akhir pekan lalu menunjukkan langsung nyetelnya kedua pemain terbaru Arsenal. Mkhitaryan seperti kembali pada formnya saat bermain di Dortmund, setelah kebebasannya dibatasi Special One, sang supir bus yang jago parkir. Dua dari tiga assist-nya diberikan untuk Aaron Ramsey, pemain yang baru bermain bersamanya sekitar 30 menit pekan lalu. Kecerdikannya mengisi kantung di antara lini tengah dan belakang lawan sangat berbahaya bagi lawan. Ozil menemukan pemain yang dapat mengimbanginya dalam playmaking. Selain itu umpan silangnya juga sangat akurat, 2 kali dilepaskan dari sisi kanan dan 2 kali pula menemukan Ramsey. Ia juga memiliki skill dribble yang mumpuni, namun seperti Ozil ia adalah tim player yang mengutamakan kecepatan passing dan operan satu sentuhan daripada berlama-lama menggocek bola ala Sanchez.

Micki juga bertukar posisi dengan Iwobi dan Ozil dengan luwesnya. Di awal ia bermain di kiri, Iwobi di kanan. Setelah gol kedua Arsenal, Micki pindah ke kanan dan Iwobi ke kiri. Namun keduanya sering bertukar posisi dengan Ozil di tengah dan fleksibilitas ketiganya membingungkan taktik man-marking Everton.

Bila Micki dengan umpan akurat dan kostum nomor 7-nya mengingatkan kita pada Rosicky dan Pires, nomor 14 Arsenal yang baru memberikan kesan Thierry Henry yang bermain kembali. Kecepatannya dalam counter attack, lepas dari jebakan offside lawan dan kemudian mencetak gol dengan tenangnya sudah lama tak kita jumpai dalam striker-striker Arsenal pasca era Henry. Bahkan si Judas yang punya tembakan akurat tidaklah secepat Aubameyang. Auba juga memperlihatkan kemampuannya dalam link-up play dengan operan vitalnya ke Micki untuk gol pertama Arsenal. Mungkin ia tidak memiliki skill dribble ala Henry, namun saya rasa ia memiliki kelebihan lain sebagai goal poacher, fox in the box yang bisa mengendus bola akan berakhir di mana di kotak penalti lawan. Saat Koscielny menyundul masuk gol kedua, Aubameyang sudah siap menyambar di belakangnya. Di Dortmund, ia terkenal dengan spesialisasinya menyambar bola umpan silang di tiang gawang jauh, posisi yang sangat berbahaya untuk kiper dan bek lawan karena merupakan blind spot mereka. Bermain di depan dua pemain top kreatif yang sangat senang mengumpan bola akan membuatnya makin berbahaya. Bahkan Aaron Ramsey dapat memanfaatkan kelengahan lawan yang tersita perhatiannya oleh pergerakan Aubameyang di kotak penalti.

…nomor 14 Arsenal yang baru memberikan kesan Thierry Henry yang bermain kembali.

Loyal Servant

Kita tentu sedih dengan berpisahnya pemain-pemain setia Arsenal seperti Giroud, Walcott dan Coquelin (mungkin untuk yang satu ini banyak fans yang tidak sepakat), namun akal sehat harus mengalahkan perasaan dalam hal ini. Ketiga pemain tersebut sayangnya tidak dipercaya lagi oleh Wenger musim ini. Mereka hanya bermain sebagai tim B musim ini, di Europa League dan Carabao Cup. Bahkan Wenger lebih percaya kepada Welbeck, Iwobi dan Elneny untuk start di Premier League daripada ketiga pemain ini. Daripada membayar gajinya per-minggu (tidak murah, kurang lebih 100K/week per orang) tanpa jam bermain yang cukup dan semakin hari nilai jualnya semakin mengecil, menggantikan mereka dengan seorang Aubameyang sambil menyisakan slot pemain untuk masa depan adalah langkah yang rasional.

Bagaimana dengan Lacazette? Banyak fans Arsenal yang mempertanyakan di mana Lacazette akan bermain dengan bergabungnya Aubameyang? Hal seperti itu tak perlu kita khawatirkan mestinya. Paling tidak sekarang Arsenal punya opsi dua top striker. Saat melawan Swansea, Lacazette bermain amat buruk, terburuk dalam musim ini. Bila Aubameyang sudah bergabung saat itu, maka ia bisa digantikan dan mungkin gaya bermain Arsenal bisa berubah menjadi lebih efektif. Jangan lupa pula kalau Aubameyang tidak bisa bermain di Europa League.

Tidak pula menutup kemungkinan mereka bisa bermain bersama bila Arsenal mengubah formasi atau saat mengejar ketinggalan kedudukan. Mungkin hal ini tidak akan sering terjadi (mudah-mudahan kita tidak sering tertinggal). Namun, seperti kata Wenger, kompetisi hanya akan membuat pemain lebih baik lagi. Kita tak perlu peduli dengan perasaan Lacazette, Arsenal bukan sinetron. Semua pemain adalah profesional. Justru persaingan akan memberinya motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Tim secara keseluruhan akan menjadi lebih baik karena adanya tantangan internal. Yang justru perlu kita khawatirkan adalah bila kita tak punya pilihan striker, sebagaimana Arsenal di era Giroud, era nrimo apa adanya.

Menariknya, setelah jendela transfer musim dingin ditutup, kekhawatiran fans akan jatuhnya klub ke titik nadir akibat kehilangan serempak Sanchez dan Ozil tidak terjadi. Arsenal menjadi tim yang lebih ramping namun lebih harmonis. Applause harus diberikan kepada kerja keras tim manajemen Arsenal dalam hal ini Gazidis dan tim barunya (Sven Mislintat, Huss Fahmy). Ironisnya, Wenger yang tidak suka dengan winter transfer window, mungkin akan diselamatkan oleh hal yang sama. Rumor Gazidis mencari pengganti Wenger bukan asap tanpa api. Bila Arsenal tidak berakhir dengan trofi apapun musim ini, dan tidak lolos UCL, kemungkinan besar Wenger akan diganti. Keberhasilan Gazidis merekrut Mislintat dan Sanllehi bisa menjadi cerminan standar rekrutmen manager Arsenal pasca Wenger. Keduanya adalah orang-orang top yang berhasil di klub lamanya dan diincar banyak klub lain. Dampak Mislintat sudah mulai terlihat dengan direkrutnya Mavropanos yang mengesankan Wenger dan ditariknya dua pemain eks Dortmund yang juga ditemukannya sendiri 5 tahun silam. Sanllehi akan bergerak di musim panas nanti, kabarnya ia mengincar Malcom dan Oblak. Bila kedua orang ini menjadi standar perekrutan manager Arsenal berikutnya, kita sebagai fans boleh lega, lebih optimis dengan masa depan klub tercinta.

Sekarang kembali ke Wenger. Aubameyang dan Mkhitaryan direkrut Gazidis dan timnya untuk Wenger dan juga masa depan Arsenal. Ia telah diberikan pemain idamannya, dan kesempatan untuk membuktikan apakah ia masih pantas memimpin tim ini atau tidak. Final Carabao Cup di depan mata, posisi keempat semakin dekat dengan selisih 6 angka, dan Europa League memberikan jalur Plan B untuk masuk Liga Champions musim depan. Dengan skuad yang lebih ramping, prospek sponsorship kostum yang lebih atraktif (Adidas akan tawarkan kontrak yang lebih menarik jika Arsenal lolos UCL), Arsenal siap menyongsong masa depan yang lebih baik. Namun semuanya ditentukan terlebih dahulu oleh mampu/tidaknya Wenger membawa tim ini masuk ke Liga Champions kembali, lewat jalur top four trophy ataupun Europa League trophy.

Bila Wenger tidak mampu, sebagaimana loyal servant lainnya yang dilepas Arsenal musim ini, tampaknya Arsenal juga tidak akan ragu menyongsong masa depan tanpa manager terbaik sepanjang sejarahnya ini.

Bila Wenger mampu, untuk kesekian kalinya, kembali menjadi Houdini yang lepas dari cengkeraman maut di detik-detik terakhir, maka sudah seyogyanya kita memberinya kembali kesempatan. Kesempatan untuk memenangi trofi yang sudah lama menjauhinya, dengan pemain-pemain terbaik yang mampu diberikan klub kepadanya.

Advertisement