‘The Rosicky’ adalah sebutan pemain-pemain Arsenal untuk passing unik Rosicky yang mengandalkan sisi luar dari kakinya. Silakan cek golnya ke gawang Sunderland minggu lalu. Rosicky melakukan ‘The Rosicky’ dua kali saat ia mengoper bola pertama ke Cazorla, lalu menerima bola dari Wilshere, ia melakukannya lagi ke Giroud. Dan hebatnya lagi Rosicky melakukannya sambil ‘slalom’ (skiing) dari sisi kanan lapangan, ke tengah lalu ke depan. Ia adalah wujud sempurna dari permainan Give-and-Go, tipikal permainan tim yang sulit diantisipasi lawan.
Dengan mengoper menggunakan sisi luar kaki, Rosicky bisa melakukan operan-operan pendek dengan ringan namun memiliki ‘weight’ yang sempurna. Akibatnya, pemain yang menerima bolanya tinggal mengarahkan arah bola untuk mengembalikan bola yang sama sempurnanya dalam hal kecepatan dan akurasinya. Rosicky menjadi partner sempurna untuk Giroud di kala absennya Ramsey dan Walcott. Giroud yang lebih suka bermain dengan posisi membelakangi gawang akan menjadi ‘bumper’ sempurna untuk ‘slalom’-nya Rosicky dan reboundnya ‘The Rosicky’. Giroud menjadi poros pergerakan Rosicky ke dalam kotak penalti lawan. Berbekal link up play dan hold up ball yang memadai, mereka bisa menjadi pasangan sempurna bila terus melatih permainan Give-and-Go seperti gol lawan Sunderland tersebut.
Kabar baiknya untuk fans Arsenal adalah Rosicky yang dulu dikenal sebagai Little Mozart telah setuju untuk perpanjangan kontrak setahun sampai akhir musim depan. Wenger pun memuji pemain yang beberapa tahun lalu menyihir dunia persepakbolaan Eropa dengan kemampuan tekniknya.
When he arrived, he was less a tactical player and more the Mozart from Prague. He was purely a creative, offensive player. But today, he is a real organiser as well. He gives a real structure to the team.
He is one of the players who plays the game of give-and-move and he is a great accelerator of the game. He always makes things happen, not with individual dribbling but with individual acceleration of his passing and his runs.
His goal was one of the top goals we have scored.
Saya masih ingat saat Rosicky bergabung dengan Arsenal di awal musim 2006/2007 dari Dortmund. Kegembiraan yang dirasakan mungkin sama dengan fans-fans Arsenal saat ini ketika Ozil memilih bergabung dengan Arsenal. Saat itu Rosicky berumur 25 tahun (sama dengan Ozil saat ini) dan ia mengenakan kostum nomor 7 milik Robert Pires yang legendaris itu. Berbekal nickname Little Mozart, sang playmaker dari Dortmund tersebut diharapkan fans Arsenal dapat menggantikan peran Robert Pires, yang sangat fenomenal kontribusinya saat Arsenal meraih juara liga musim 2001/2002 dan 2003/2004. Ia terkenal dengan tendangan jarak jauhnya yang akurat dari luar kotak penalti lawan (mungkin sekarang seperti tendangan Kroos), dan dribbling serta operannya sebagai playmaker utama. Sebagai referensi betapa melegendanya Rosicky di Dortmund, The Little Mozart adalah pemain idola Reus, pemain muda Dortmund yang sekarang sudah berkelas dunia, incaran klub-klub elit Eropa.
Musim berikutnya setelah ia bergabung, Rosicky bersama Hleb, Fabregas dan Flamini lalu membentuk kuartet midfield Arsenal yang mendominasi lini tengah Arsenal dan liga Inggris hingga bulan Februari 2008 saat kejadian horror patah kakinya Eduardo. Saat itu lini tengah Arsenal demikian baiknya memainkan give-and-go. Dari Rosicky ke Fabregas, ke Hleb lalu berakhir dengan salah satu dari mereka masuk ke kotak penalti lawan dan mencetak gol. Fabregas yang paling menikmati partnership keempat pemain tersebut dan mencetak gol terbanyak saat itu. Namun peran Rosicky, Hleb dan Flamini serta pertemanan keempat pemain tersebut di luar lapangan sangat berpengaruh terhadap prestasi Arsenal musim itu, sebelum dihantam oleh cedera Eduardo. Rosicky yang berkesempatan menjadi pemain terbaik di Liga Inggris, bila Arsenal juara saat itu, gagal mewujudkannya. Ia hanya diingat oleh fans Arsenal yang masih menyimpan memori akan kenangan pahit musim tersebut. Harapan yang sangat tinggi yang tidak terwujud.
The Little Mozart adalah pemain idola Reus, pemain muda Dortmund yang sekarang menjadi incaran klub-klub elit Eropa

The Midfield Quartet
Hleb pergi, Flamini pergi dan akhirnya Fabregas pergi, Rosicky tinggal sendiri. Cedera panjang membuatnya tak bisa pindah ke klub lain dan juga tak bisa berbuat banyak untuk menolong Arsenal di masa kelam tanpa trofi tersebut. Saat ini Rosicky mendapatkan partner lini tengah baru yang tak kalah hebatnya dengan musim 2007/2008 tersebut. Flamini kembali, masuk Ozil, dan Cazorla menjalani musim keduanya. Ditambah lagi Ramsey dan Wilshere yang makin matang. Banyaknya pemain tengah Arsenal yang bertipe sama tidak memungkinkan kelima pemain tersebut dimainkan bersamaan. Rosicky tergeser ke barisan pelapis oleh pemain yang lebih muda. Ia mesti merelakan posisi playmaker utama kepada Ozil. Di posisi CM di samping Flamini/Arteta ia mesti bersaing dengan Wilshere dan Ramsey (yang sekarang cedera). Untungnya Rosicky bisa bermain di berbagai posisi. Di sayap ia bersaing dengan Chamberlain, Podolski dan Cazorla. Rosicky mesti menerima perannya yang berubah dari playmaker menjadi pemain back up serba bisa, utility player. Perubahan ini mesti ia terima karena umurnya yang tidak muda lagi, 33 tahun. Penambahan umur ini juga membuat ia lebih taktikal, seperti kata Wenger. Ia lebih memperhatikan posisinya saat menyerang maupun bertahan. Mengatur nafas dan tempo permainan. Ia menjadi pemain yang lebih taktis, seperti Arteta. Mereka mampu beradaptasi dengan cerdik terhadap intensitas liga Inggris walaupun usia sudah tidak muda lagi.
Walaupun bergeser sebagai pemain pelapis, Rosicky memiliki keunikan yang tidak dimiliki Ozil, Cazorla, Ramsey dan Wilshere. The Rosicky dan keistimewaannya dalam melakukan Give-and-go. Tidak ada pemain Arsenal yang lebih baik dan berani lagi saat melakukan one-two di area lawan. Rosicky selalu mencari lubang di pertahanan lawan, menekan lawan untuk melakukan kesalahan (terbaik dalam memimpin pressure dari depan), dan menerobos lini belakang lawan dengan ‘slalom’-nya. Yang membedakannya dengan Robert Pires hanyalah trofi juara liga. Di luar itu, The Little Mozart tidak perlu merasa inferior terhadap legenda-legenda playmaker Arsenal sebelumnya.
Di musim ini Rosicky akan berlari dan terus berlari (dengan taktis tentunya) tanpa mempedulikan usianya. Ia berlari mengejar mimpinya yang tertunda di usia puncaknya. Memegang trofi juara liga di akhir musim.