Musuh Terbesar Arsenal

Tulisan ini bukan preview pertandingan Manchester United vs Arsenal besok. Rasanya agak capek juga untuk menulis ulasan taktik yang panjang sehari setelah review panjang Dortmund vs Arsenal kemarin. Pembaca juga mungkin bosan bila lagi-lagi harus beurusan dengan statistik dan grafik. Jadi tulisan ini lebih soal opini ringan tentang Arsenal saja. Anggap saja prolog dari preview besok. Mudah-mudahan besok masih ada energi untuk menulis artikel preview yang lebih mendalam.

Perkembangan menarik di bulan November ini adalah, Arsenal mematahkan dua prediksi saya yang cukup realistis dengan hasil kemenangan lawan Liverpool dan Dortmund (predikat saya seri untuk kedua pertandingan tersebut). Dengan bekal dua kemenangan besar ini, Arsenal on track untuk mematahkan kutukan bulan November. Seperti yang ditulis dalam artikel November Rain Arsenal, perolehan poin rata-rata Arsenal selama 5 musim terakhir di bulan November hanya 1,56 per pertandingan. Saat ini nilai rata-rata perolehan Arsenal sudah jauh melebihi standar tersebut dengan 3 poin per pertandingan. Bila Arsenal bisa memenangkan pertandingan besok sekaligus menutup ronde pertama bulan November ini, maka ronde kedua setelah international break dapat dihadapi dengan tanpa beban tambahan.

Kepercayaan diri sedang memenuhi camp Arsenal saat ini. Bahkan saking pede-nya menghadapi pertandingan besok, Arsenal.com mengakhiri tulisan previewnya dengan kutipan berikut:

But victory would turn last week’s question by 180 degrees.

Not can Arsenal beat the ‘big teams’.

But can the ‘big teams’ beat Arsenal?

Bila Arsenal menang dari MU besok, pertanyaan di atas menjadi valid. Bukan lagi soal dapatkah Arsenal mengalahkan tim besar, tapi soal dapatkah tim besar mengalahkan Arsenal? Mungkin terdengar agak arogan, namun rasanya kita berhak untuk sedikit arogan, BILA kita menang besok.

Satu dekade silam, pertandingan antara MU vs Arsenal selalu dipenuhi drama, tensi tinggi baik di lapangan maupun di luar lapangan. Psy war akan dilakukan masing-masing manager sebelum pertandingan dan berlanjut hingga akhir pertandingan. Wartawan akan menemukan kutipan-kutipan menggigit untuk headline. Namun semenjak Arsenal pindah ke Emirates Stadium yang hampir bersamaan dengan invasi Sugar Daddies ke Premier League, rivalitas antara Arsenal dan MU meredup. Klub kaya baru seperti Chelsea dan Manchester City tampil di panggung utama dan Arsenal perlahan-lahan mundur ke balik layar. Chelsea dan Manchester City datang dengan budget belanja tak terbatas pemilik barunya, yang mencuci uang dengan membeli pemain-pemain top dunia, termasuk dari Arsenal. Tim Arsenal yang dibangun susah payah oleh Wenger perlahan-lahan dipreteli oleh rivalnya. Gaji double dari klub pesaing menyilaukan para pemain yang dibina sejak muda. Ashley Cole, Adebayor, Nasri contohnya. Terakhir yang paling memilukan adalah ketika sang kapten, pemain terbaiknya, dibajak oleh rival sejatinya, Ferguson.

semenjak Arsenal pindah ke Emirates Stadium yang hampir bersamaan dengan invasi Sugar Daddies ke Premier League, rivalitas antara Arsenal dan MU meredup

Bagi Gooners di North London, rival sejati Arsenal mungkin adalah sebuah klub kecil yang kebetulan exist di distrik yang sama, Tottenham Hotspur. Namun bagi Gooners seluruh dunia, yang kebanyakan mungkin mulai mendukung Arsenal sejak era Premier League, Manchester United-lah rival sejati Arsenal. Pertarungan yang dimulai sejak Wenger memenangkan double di musim penuh pertamanya yang mengancam dominasi MU yang baru ditancapkan Ferguson, berlanjut hingga era Invincibles tahun 2004, telah mengukir rivalitas sejati dua klub yang mungkin tak akan lagi terulang hingga sekarang. Dalam 7 musim tersebut (1997-2004), total Wenger memenangkan 3 gelar juara liga dan Ferguson 4 gelar juara liga. Musim 2004-2005 Mourinho masuk ke Chelsea dan dengan budget tak terbatas dari Abramovich mengganggu dominasi dua klub Premier League tersebut. MU sempat mengalami masa 3 musim tanpa gelar sebelum bangkit lagi ke atas sedangkan Arsenal lebih sulit untuk bangkit ke puncak karena budget yang dimiliki Wenger tak pernah mendekati budgetnya Ferguson, dampak dari pembangunan stadion baru.

dalam 7 musim tersebut (1997-2004), total Wenger memenangkan 3 gelar juara liga dan Ferguson 4 gelar juara liga

Walaupun setelah musim 2004-2005 itu Wenger praktis tak punya budget untuk transfer pemain (net transfer spending-nya positif dari musim tersebut hingga musim 2012/2013 yang artinya lebih banyak menjual pemain daripada membeli), Arsenal tetap mencoba berkompetisi dengan dua klub Sugar Daddy dan satu klub status quo tersebut. Di musim 2007/2008 Arsenal pernah demikian dekat dengan gelar juara EPL, unggul 5 poin di atas MU di bulan Februari, sebelum kemudian terjun bebas semenjak kaki Eduardo patah di Birmingham City. Pemain-pemain yang usianya masih muda ditambah kepemimpinan kapten yang payah (Gallas) tidak dapat mengatasi shock mental akibat kejadian tersebut. Semenjak kejadian itu, Arsenal hanya berhasil meraih 8 poin dari 24 poin yang tersisa, dan akhirnya finish di posisi ketiga. Mental collapse yang monumental.

Satu kesempatan lainnya di mana Arsenal agak dekat dengan posisi puncak EPL adalah musim 2010/2011. Sempat memimpin klasemen di Tahun Baru dan akhirnya terpaut hanya satu poin dari MU sebagai pemimpin klasemen di akhir Februari, lagi-lagi Arsenal jatuh bebas di bulan Maret dan April dengan hanya meraih satu kemenangan di liga. Kali ini sebabnya bukan patah kaki pemain, tapi kekalahan tragis dari Birmingham City di League Cup (apa kebetulan? Lagi-lagi Birmingham City) dan cedera pemain yang terjadi silih berganti. Dua pemain andalan saat itu, Van Persie hanya bermain sebagai starter 19 kali dan Fabregas 22 kali, ditambah mereka jarang bermain bersama karena jangka waktu cedera yang berbeda. Musim itu pun berakhir tragis dengan pindahnya Fabregas dan Nasri di awal musim berikutnya. Fabregas kembali ke rumahnya karena beban yang terlalu berat sebagai kapten dan ia tidak melihat masa depan Arsenal yang mampu bersaing dengan tiga klub kaya lainnya sedangkan Nasri jelas karena nilai uang yang ditawarkan oleh klub sugar daddy baru, Manchester City.

Berdasarkan dua kejadian di atas, maka tak heranlah kalau baru-baru ini Rooney berkomentar kalau Arsenal biasanya akan jatuh bebas di bulan Februari-Maret. Ia tidak salah memang, namun mungkin perawatan penumbuhan rambutnya membuat ia mengingat tentang tim Arsenal yang salah. Sebagaimana tanggapan Ramsey dan Wenger atas komentar tersebut, tim Arsenal dua musim terakhir ini justru ngebut dalam pengumpulan poin di paruh musim kedua (sejak Natal). Bahkan jika hanya berdasarkan perolehan poin di kalender tahun 2013, Arsenal akan memimpin klasemen di akhir musim yang lalu.

Tim Arsenal yang sekarang berbeda dengan tim 2008 dan 2011. Belajar dari kesalahan memasang pemain-pemain muda di semua lini, Wenger mengubah strategi transfernya dengan membeli lebih banyak pemain-pemain berpengalaman. Mertesacker, Arteta, Podolski, Giroud, Cazorla, Monreal dibeli pada usia di atas 25 tahun, usia matang pemain bola. Musim ini ia menambah dengan Viviano, Flamini dan Ozil. Pemain muda masih dibeli, tapi tidak menjadi andalan utama. Pemain muda seperti Chamberlain, Ryo, Gnabry, Zelalem dan Sanogo akan diintegrasikan perlahan-lahan ke tim inti, tanpa beban yang di luar kapasitasnya. Maka usia rata-rata pemain Arsenal naik jauh dari yang biasanya 22-23 beberapa tahun lalu menjadi 27-28, usia matang sebuah tim.

tim Arsenal dua musim terakhir ini justru ngebut dalam pengumpulan poin di paruh musim kedua

Kematangan dan pengalaman pemain yang lebih dewasa sangat membantu dalam mencegah terjadinya mental shock akibat tragedi. Membantu tim menemukan respon yang tepat terhadap tekanan. Wenger mengatakan bila timnya berusia lebih muda saja saat bertandang ke Dortmund kemarin, mereka akan pulang dengan kekalahan telak. Ini bukti nyata pengaruh dari kedewasaan pemain Arsenal di tim sekarang ini.

Tidak hanya pemain baru yang dewasa, pemain Arsenal peninggalan era sebelumnya pun semakin dewasa. Rosicky, Sagna, Koscielny, Vermaelen masuk kategori ini. Sedangkan Walcott, Wilshere, Ramsey, Gibbs dan Szczesny masuk kategori pemain muda yang akan terbantu dengan adanya pemain-pemain senior di sekitarnya. Faktor mental tak lagi menjadi kelemahan Arsenal. Terbukti dalam dua musim terakhir ini, perjuangan mereka untuk tetap finish di posisi empat besar walaupun tertinggal jauh di awal musim bisa dianggap sebagai bukti kelulusan dari ujian mental terberat.

Dua musim terakhir ini problem Arsenal bukanlah pada faktor mental pemainnya. Problem ada pada kepergian pemain-pemain terbaiknya di awal musim. Nasri dan Fabregas dua musim sebelumnya dan disusul Van Persie serta Song musim lalu. Kepergian pemain andalan mengganggu stabilitas tim sedangkan pemain baru butuh waktu untuk beradaptasi. Maka dua musim lalu, Arsenal langsung kehilangan poin di paruh musim pertama. Musim ini hal itu tak terjadi, pemain terbaik berhasil diikat dan dead wood dijual. Pemain baru yang masuk tidak terlalu dibebankan untuk berkontribusi. Stabilitas yang ada dari musim sebelumnya sangat membantu mereka berintegrasi dengan tim. Lima poin unggul di puncak keasaman saat ini menjadi pembeda pendekatan baru Arsenal ini.

Maka Rooney mestinya lebih berhati-hati dengan komentarnya jika ia punya ingatan yang baik. Tim Arsenal yang akan bertandang ke Old Trafford besok adalah tim yang tidak memiliki masalah mental, tim yang berpengalaman dan tahu persis bagaimana merespon kekalahan atau kemerosotan form. Tim ini mungkin akan mengalami kekalahan di masa depan, namun mereka tahu persis caranya untuk bangkit. Sudah terbukti waktu mengalami kekalahan atas Villa, Dortmund dan Chelsea di kandang.

Sejarah mengatakan bila sedang dalam level teknik terbaiknya (musim 2007/2008 dan 2010/2011), musuh terbesar Arsenal bukanlah Tottenham ataupun United, tapi adalah diri sendiri. Tekanan mental, shock akibat kekalahan tragis atau cedera horor rekannya, menjadi hambatan untuk kedua tim itu. Tim Arsenal musim ini bisa dikatakan selain memiliki level teknik yang tinggi juga memiliki kematangan mental. Maka musuh terbesarnya kali ini bukanlah kemampuan mengatasi tekanan mental, tapi complacency.

Yang dimaksud complaceny adalah arogansi, rasa berpuas diri yang terlalu dini. Sudah terbang tinggi ke langit lupa kembali ke bumi. Ini ujian baru untuk Arsenal karena tim ini belum pernah memimpin klasemen dengan selisih 5 poin di bulan November. Bila Ramsey yang sudah mencetak 11 gol dan juga pernah mengalami cedera patah kaki, bisa tetap rendah hati dan menganggap perjalanan ini masih panjang, maka hasil apapun yang diraih besok tidak akan berpengaruh banyak terhadap jalan Arsenal untuk meraih gelar di akhir musim.

Your own self is your worst enemy.

Advertisement