Adios Bac, Cesc…

Selamat jalan Bacary Sagna. Best right back we’ve ever had. Pamitan Bac terkesan berkelas dengan posting tulus yang personal di Instagram (komplet dengan typo), tidak seperti surat terbuka yang direview dan diedit secara legal oleh lawyer ala Van Persie. Bac berkelas, dan memberikan salam terakhir serta ungkapan terima kasihnya kepada fans Arsenal, kepada Wenger, dari hatinya yang terdalam. Perasaan yang emosional darinya dapat kita rasakan ketika membaca pesan tersebut.

Perpisahan dengan Sagna ini sudah diprediksi. Ia menolak memperpanjang kontrak karena Arsenal tak dapat menyamai penawaran dari City. Hal ini dapat dimengerti. Sagna mungkin hanya punya 2-3 tahun tersisa untuk karir sepakbolanya di level elit, dan Arsenal tidak ingin memecahkan plafon gaji pemainnya dengan membayar Sagna dengan gaji mendekati level Ozil lalu tetap harus mencari penggantinya di 1-2 musim berikutnya. City berbeda kelas soal budget pemain. Walau dijatuhi denda oleh UEFA, mereka sanggup membayar Sagna berapapun yang ia mau. Sagna bisa mendapatkan bayaran besar untuk fase terakhir dari karirnya. Ia mesti memikirkan pensiunnya. Kita paham, dan kita merelakan Sagna yang selama ini tak pernah kurang dari 100% membela Arsenal.

Mengganti Sagna bukan pekerjaan mudah. Jenkinson rasanya belum sanggup menggantikan peran Sagna yang solid di belakang dan selalu menjadi outlet saat menyerang. Beberapa musim terakhir ini Sagna mengubah pola serangan Arsenal yang umumnya lebih berat ke kiri menjadi berat ke kanan. Jenkinson tidak memiliki positional awareness, dan kemampuan bertahan selevel Sagna walaupun crossing-nya mungkin lebih baik. Tidak heran rumor seputar calon RB baru Arsenal lebih kencang daripada posisi lainnya. Siapapun yang didapatkan Wenger nanti, ia punya pekerjaan rumah berat untuk menggantikan legenda Arsenal, Bacary Sagna.

The King is Dead, Long Live the King! 

Selain Sagna, hari ini juga saatnya fans Arsenal mengucapkan Adios untuk Cesc Fabregas. Walaupun ia bukan pemain Arsenal sebelum bergabung dengan the dark side of London, Cesc selalu dianggap sebagai seorang Gooner dan Arsenal adalah rumah keduanya setelah Barca. Yang membantu memunculkan persepsi ini adalah diselipkannya klausul buyback (lebih tepatnya first refusal option, bisa buyback kalau Barca berkenan) di kontrak Cesc Fabregas saat ia pindah ke Barca. Mungkin Wenger sudah memprediksi Cesc tak akan lama di Barca dan akan kembali lagi ke London suatu hari nanti. Sayangnya kepulangannya saat ini tidak di saat yang tepat. Arsenal menolak menggunakan klausul itu dan membiarkan Chelsea membelinya. Fans Arsenal mungkin perlu bersimpati kepada Cesc, ia ditolak dua klub yang mungkin benar-benar dicintainya saat ini, Barca dan Arsenal. Pilihannya kepada Chelsea mungkin mirip dengan pilihan saya kepada capres Pemilu nanti, milih lesser evil, bukan memilih the worshiped, loved one karena pilihan tersebut tidak tersedia.

Fans Arsenal mungkin perlu bersimpati kepada Cesc, ia ditolak dua klub yang mungkin benar-benar dicintainya saat ini, Barca dan Arsenal

Sekarang mari kita mengenang masanya Cesc di Arsenal agar perpisahan ini paripurna. Setelah kepergian Thierry Henry, Fabregas mestinya menjadi Raja Baru Arsenal. Putera Mahkota, Pangeran Arsenal yang menjadi pusat permainan Arsenal ini hanya berhasil “nyaris” memberikan Arsenal trofi di musim 2007/2008 (memimpin di perburuan gelar juara liga) dan 2010/2011 . Walau minim gelar, semua fans Arsenal tahu betapa vitalnya Cesc dalam sepakbola Arsenal pasca Invincibles, pasca bubarnya The Three Musketeers (Henry, Vieira, Pires) dan pasca “pensiunnya” God Bergkamp. Wenger bahkan mengubah formasi 4-2-2 Arsenal ke 4-3-3, menjual Vieira ke Juventus, demi mengakomodasi Fabregas sebagai pusat sepakbola Arsenal. Wenger membelinya di usia 16 tahun, memainkannya di usia 17 tahun, dan terpaksa merelakannya kembali ke “kampung”-nya di usia 24 tahun, usia menuju puncaknya seorang pemain tengah. Sesungguhnya Wenger tidak rela sepenuhnya melepas Cesc, terbukti dengan masih sempatnya ia menyelipkan klausal “first refusal” ke kontrak transfer Cesc ke Barca. Klausal yang memungkinkan Arsenal membeli kembali Cesc dengan harga lebih murah dari harga jual aslinya bila Barca berniat menjualnya dan menerima tawaran dari klub lain.

Klausul ini pula yang sekarang menjadi sorotan utama di jendela transfer ini karena tersebar kabar Barca ingin menjualnya dan merenovasi susunan pemain di bawah manager baru mereka. Cesc menjadi bagian dari daftar surplus tersebut. Ironis mengingat Barca demikian susah payah mengambilnya dari Arsenal 3 tahun lalu. Cesc yang diprediksi menjadi pengganti Xavi malah duluan ditendang dari Barcelona daripada Song. Cesc yang dikatakan memiliki DNA Barca tidak pernah menjadi pusat di Barcelona. Ia mungkin bergabung di saat yang kurang tepat. Tiga pelatih berbeda di tiga musimnya bersama Barca dan tidak satupun benar-benar memahami posisi terbaiknya. Hanya Wenger yang mengerti betul bagaimana mengoptimalkan kemampuannya. Cesc bukan false nine, bukan pula second striker. Ia mestinya menjadi conductor di lapangan tengah. Di Arsenal ia memainkan peran ini dengan sangat baik, walaupun hanya ditemani pemain sekelas Denilson dan Diaby, atau Song. Bayangkan bila ia ditemani pemain sekelas Arteta saat itu. Cesc tidak pernah memiliki kesempatan bermain dengan pemain berpengalaman seperti Arteta di masa puncaknya. Ia mesti sendirian mengemban beban playmaker sekaligus beban sebagai kapten Arsenal. Ia pergi di saat Mertesacker, Arteta, pemain-pemain dengan jiwa leadership bergabung. Soal karir di sepakbola, Cesc mungkin termasuk pemain yang sial, tidak memiliki timing yang tepat, baik di Arsenal maupun di Barca.

Tiga pelatih berbeda di tiga musimnya bersama Barca dan tidak satupun yang benar-benar memahami posisi terbaiknya

Dan sekarang ia terpaksa bergabung dengan Chelsea, karena pacar dan bayinya tinggal di London.

Cesc tidak pernah benar-benar menjadi Raja di Arsenal. Henry, Bergkamp, Vieira, Adams adalah Raja di masa jayanya mereka. Semua menghantarkan trofi di puncak karir mereka. Semua menjadi pusat permainan Arsenal di karir mereka. Cesc menjadi pusat, namun tanpa trofi. Tim Arsenal yang saat ini sudah lebih beruntung daripadanya. Ramsey yang menjadi pusat permainan Arsenal musim ini, walaupun tidak sevital Cesc, berhasil mengantarkan trofi FA Cup. Tentunya Ramsey lebih beruntung. Ia memiliki Ozil, Cazorla, Arteta, Mertesacker, Koscielny bahkan Giroud di sekitarnya. Pemain-pemain matang yang di era Cesc sangat langka. Ramsey belum menjadi Raja, paling tidak belum untuk musim ini. Perebutan gelar Raja Arsenal baru untuk musim depan mungkin akan terjadi antara ia dan Ozil, atau dengan pemain baru Arsenal nantinya.

Kayanya pemain tengah ofensif di Arsenal saat ini menjadi satu-satunya alasan Arsenal menolak Cesc. Kita baru saja membeli Ozil dengan rekor transfer 42 juta pounds musim lalu. Ramsey, Wilshere dan Chamberlain sedang memperebutkan satu posisi di CM dan posisi DM sendiri akan diperebutkan Arteta, Flamini dan bakal pemain baru. Tentunya Cesc tidak kalah bagus dengan semua pemain tersebut. Namun saat ini dana sebesar 30 juta pounds lebih baik digunakan Arsenal untuk membeli pemain di posisi yang dibutuhkan: Striker, DM, RB daripada membeli tambahan pemain yang tidak akan mengubah banyak kualitas tim, karena posisi lini tengah yang sudah cukup berkualitas. Misalkan dana 30 juta pounds itu digunakan untuk membeli pemain sekelas Javi Martinez misalnya, kualitas tim akan jauh berubah. Atau untuk striker sekelas Benzema, Balotelli, Arsenal akan menjadi tim yang jauh lebih menakutkan. Membeli Cesc seperti menukar mobil Panther dengan Kijang, sedangkan membeli seorang striker atau DM baru seperti mengganti mobil Panther tersebut dengan mobil SUV 3000 cc yang baru.

Namun saat ini dana sebesar 30 juta pounds lebih baik digunakan Arsenal untuk membeli pemain di posisi yang dibutuhkan: Striker, DM, RB daripada membeli tambahan pemain yang tidak akan mengubah banyak kualitas tim, karena posisi lini tengah yang sudah cukup berkualitas.

Dengan bergabungnya Cesc ke Chelsea, fans Arsenal bisa menutup satu babak tentang pemain favorit mereka yang satu ini. Hilang sudah klausul buyback tersebut, hilang sudah pintu kembali untuk Cesc, paling tidak sebagai seorang pemain bola (ia sangat mungkin menjadi manager yang baik). Saya pribadi memiliki ikatan emosional yang cukup dalam terhadap Cesc. Meneteskan air mata ketika ia memilih kembali ke Barca dan memprediksi masa sulit Arsenal setelah ditinggalkannya. Cesc bagi saya adalah pemain sekelas Bergkamp, Henry, Vieira dan Pires. Di usia yang sangat muda, ia sudah jauh meninggalkan rekan-rekan angkatannya. Golnya di Milan dan pelukannya kepada Wenger saat itu tak mungkin terlupakan. Saat ia memimpin comeback melawan Barca di Emirates. Saat ia grogi dan akhirnya melakukan kesalahan di Nou Camp dan kita harus kalah. Saat ia mengumpan tanpa melihat, dengan ujung kaki, samping kaki, atau bahkan dengan tumit kaki, matanya seakan ada di semua bagian kakinya. Cesc the football quarterback, the master of time and space. Tidak ada conductor Arsenal yang se-influential dirinya, baik di masa lampau maupun di masa kini.

Cesc mungkin termasuk pemain yang sial, tidak memiliki timing yang tepat, baik di Arsenal maupun di Barca

Mungkin kembali ke Barca adalah kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan di dalam hidupnya. Kita selalu mengerti dan memaafkannya, menyimpan harapan untuk ia kembali suatu hari nanti, sebagai pemain Arsenal. Namun pertimbangan logis mengenai masa depan Arsenal dan komposisi skuad Arsenal saat ini mengharuskan kita mengabaikan perasaan emosional ini. Bergabungnya ia dengan Mourinho, specialist in failure, akan memudahkan kita memutuskan ikatan emosional ini. Cesc bukan lagi calon legenda Arsenal. Ia hanyalah seorang pemain yang pernah bermain di Arsenal dan ia sekarang bermain untuk tim musuh. Ia telah mati di memory saya, sebagai pemain Arsenal.

The King is Dead… Adios Cesc Fabregas!

Advertisement

Resolusi 2014 Arsenal: Lebih Baik daripada 2013

Sebelumnya mohon maaf tidak sempat blogging di akhir Desember dan awal Januari tentang Arsenal karena berbagai hal yang sifatnya pribadi. Ayah yang sakit, sidang pribadi saya (silakan googling kasus hukum @benhan) dan project baru di kantor tidak meluangkan sejam-dua jam bagi saya untuk menulis sebuah artikel review maupun preview. Nonton Arsenal tentunya tidak boleh dilewatkan namun menulis artikel yang perlu sedikit memutar otak terpaksa saya lewatkan. Sekali lagi maaf bagi yang sudah menunggu-nunggu… 🙂 Sungguh senang ada yang mengapresiasi blog ini.

Back to business, Arsenal tercatat sebagai tim terbaik di tahun 2013 di Inggris. Baik dari posisi puncak sementara di kompetisi 2013/2014 ataupun dari prestasi sepanjang tahun kalender 2013, Arsenal tak dapat dibantah lagi memperoleh poin terbanyak. Hanya satu kata yang dapat melukiskan prestasi tanpa trofi ini: “Konsistensi”. Tim Wenger yang satu ini berhasil mematahkan kutukan inkonsistensi tim Arsenal lainnya sejak era Invincibles, hanya sayangnya belum dilakukan pada durasi waktu yang tepat. Dari Januari ke Desember daripada dari Agustus ke Mei tahun berikutnya. Tantangan untuk membuktikan konsistensi tim ini ada pada paruh musim kompetisi ini: bagaimana dalam waktu 5 bulan tim ini bisa menjaga konsistensinya. Sejauh ini, lumayan.

Hanya satu kata yang dapat melukiskan prestasi tanpa trofi ini: KONSISTENSI

Arsenal memulai tahun baru 2014 dengan memberikan fansnya kemenangan demi kemenangan. Tanpa Ozil, Ramsey dan Giroud yang menjadi tiga pemain paling berpengaruh di paruh musim pertama, Arsenal tetap menang di dua kompetisi. Bahkan Tottenham yang baru saja memecat pelatih yang membelanjakan (walaupun yang belanja sebenarnya duet Baldini dan Levy) 100 juta pounds dana hasil penjualan Bale (You Sold Bale, We Signed Mesut Ozil, Mesut Ozil, Mesut Ozil – chant) dikalahkan dengan meyakinkan. Tiba-tiba model tim dengan manajemen Director of Football dan Head Coach dicela oleh para pundit yang sebelum musim ini dimulai memuji-muji model tersebut (dan mencela era tradisional ala Arsenal-Wenger). Para pundit itu memang tidak konsisten, maka abaikanlah prediksi mereka akan inkonsistensi Arsenal. Tidak mungkin kita percaya pada “maling yang teriak maling” bukan?

You Sold Bale,

We Signed Mesut Ozil, Mesut Ozil, Mesut Ozil.

Analisa taktik menjadi insignifikan ketika sebuah tim bermain konsisten. Tim yang sedang dipenuhi kepercayaan diri akan bermain dengan sepakbola dominan gaya mereka dan menghancurkan lawan yang berimprovisasi seperti apapun. Strategi > Taktik. Tim seperti Barcelona, Muenchen melakukan itu. Arsenal sedang ke arah tersebut. Arsenal yang dulu bisa dikalahkan dengan taktik ala Stoke City misalnya, dan selalu enggan bertandang ke klub-klub di utara sana yang terkenal dengan permainan fisiknya. Arsenal tahun 2013 konsisten mendulang poin justru dari tim-tim yang mengandalkan fisik dan taktik long ball untuk melawan strategi attacking football dengan mengandalkan operan cepat Arsenal. Arsenal hanya kalah dari Villa (kontroversi wasit), United (kelelahan fisik setelah melawan Liverpool dan Dortmund) dan City (lagi-lagi kelelahan fisik setelah dua pertandingan melawan Everton dan Napoli). Dua kekalahan Arsenal tersebut punya kesamaan: sama-sama setelah partai tandang Champions League, dan secara kebetulan sama-sama setelah menjamu klub Merseyside (hehe yang ini bisa diabaikan). Jadi bukan masalah taktik, tapi lebih soal kelelahan satu tim (akibat minim rotasi) yang dieksploitasi oleh tim lain yang memiliki lini depan maut secara penuh.

Secara pribadi saya merasa kekuatan Arsenal terutama di lini tengah dan belakang setara atau sedikit lebih kuat dibanding rival terkuat seperti City dan Chelsea. Di lini depan mungkin Arsenal sedikit lebih lemah daripada City. Faktor yang akan menentukan persaingan tiga klub ini di akhir kompetisi adalah: cedera, penambahan kekuatan ataupun peningkatan penampilan. Dari tiga poin ini Arsenal sudah lemah di poin pertama, cedera. Jawaban dari pertanyaan mampukah Arsenal konsisten dan menjadi juara liga ada pada kemampuan Wenger dan timnya menjawab poin kedua dan ketiga.

Faktor yang akan menentukan persaingan tiga klub ini di akhir kompetisi adalah: cedera, penambahan kekuatan ataupun peningkatan penampilan

Penambahan Kekuatan Skuad

Cedera Walcott terjadi di saat yang salah bagi dirinya. Di saat ia mulai menemukan performa terbaiknya, ia harus cedera dan melupakan mimpi plesiran di Brasil dengan dalih berkompetisi untuk Piala Dunia. Hanya sebagai peserta-penonton di Piala Dunia 2006 di usia ke-17, diabaikan dan tidak dibawa oleh Capello di Piala Dunia 2010, dan sekarang terpaksa tidak tampil di Piala Dunia 2010 di usia yang notabene sedang mencapai puncak (25 tahun). Di Piala Dunia berikutnya Walcott akan telah berusia 29 tahun. Simpati untuknya yang mungkin tidak akan merasakan masa puncak kejayaan di kompetisi dunia tersebut (bukan berarti kehilangan kesempatan untuk jaya bersama Arsenal). Perlu mandi kembang mungkin, Theo.

Satu hal yang mungkin dapat menghibur dirinya adalah Inggris bukan tim terbaik dan tidak dalam kondisi tim yang akan menjuarai kompetisi ini. Jerman, Spanyol, Brasil dan Argentina mungkin. Yang sedkit dapat menghibur fans adalah Gnabry dan Chamberlain akan dapatkan kesempatan langka bersaing untuk mengesankan Wenger di sisa kompetisi ini di posisi yang notabene sudah milik Walcott. Arsenal akan kehilangan kontribusi gol-gol dari Walcott dan harus mencari gantinya. Pertanyaannya dari Podolski, Gnabry, Chamberlain atau pemain baru?

Momen AHA! Podolski

Bila Wenger ingin mendorong Podolski untuk lebih haus gol, maka sisi kanan Arsenal akan mengimbangi dengan pemain yang lebih kreatif daripada “direct”. Gnabry, Rosicky, Cazorla dan mungkin Chamberlain akan digeser ke sisi ini. Bila Wenger tidak yakin dengan Podolski, maka ia akan membeli pemain sayap baru striker-winger ala Suarez. Tidak banyak pemain seperti ini yang terlintas di kepala saya, apalagi yang tersedia di transfer window pertengahan kompetisi. Jadi biarkan itu jadi PR Wenger dan tim daripada cape-cape mikirin dan belum tentu pula sesuai dengan benak mereka.

Wenger tidak akan membeli pemain yang bertipe sama dengan Giroud karena katanya: 

I looked for a striker last summer to play with Giroud and without Giroud,

In my mind, it was absolutely not to replace Giroud, it was to play with or without him.

After, we took [Mesut] Ozil, who is a bit off-the-striker, but we could have taken someone who plays up front and play in a 4-4-2.

Kutipan di atas menarik karena Wenger mengatakan mempertimbangkan memainkan dua striker dengan formasi 4-4-2 (kemungkinan ini yang dipikirkan ketika ia hendak membeli Suarez). Selain bermain di formasi 4-3-3, Podolski dapat bermain dengan formasi 4-4-2 dan mungkin ia akan lebih menikmatinya dengan berada lebih dekat kepada Giroud yang artinya lebih banyak kesempatan untuk mencetak gol dan bebas dari tugas “tracking back” pemain lawan yang tidak disukai striker.

Dengan latar belakang pemikiran tersebut maka beberapa pertandingan di bulan Januari ini akan menjadi audisi bagi Podolski. Villa, Fulham, Southampton, dan Coventry City (FA Cup) akan menjadi ajang uji coba Podolski. Bila ia gagal, Wenger akan membeli (atau meminjam) pemain di akhir Januari ini. Bila ia berhasil dengan posisi sayap kiri-cum-strikernya di formasi 4-3-3 ataupun posisi second striker di 4-4-2, kemungkinan besar Wenger akan menunggu pembelian pemain versi jangka panjang di transfer window awal musim depan. Ini prediksi saya.

Selain itu Arsenal mungkin akan mencari right back untuk cover kepergian Sagna (please don’t) dan mungkin beberapa pemain muda untuk persiapan regenerasi Rosicky, Arteta yang sudah tidak muda lagi. Mimpi transfer besar bisa kita simpan setelah Piala Dunia 2014 saja, lebih realistis dan pasti lebih seru.

Peningkatan Penampilan

Pembelian striker baru di tengah musim tidak selalu akan langsung memberikan kontribusi. Lebih penting adalah pemain-pemain sekarang dapat mempertahankan performanya atau malah meningkatkannya. Karena itu performa Giroud dan Podolski (dan juga Bendtner jika ia fokus) lebih penting daripada potensial performa calon pemain baru Arsenal. Giroud terutama karena sudah nyetel dengan pemain lainnya, dan sangat vital dalam permainan Arsenal sekarang. Wenger sendiri mengatakan, Giroud memberikan keseimbangan pada tim:

We have small players who combine quickly, so to find someone who can hold it, keep the ball, make some room for other players. well he does that very well. He gives us a very good balance.

Saat ini Giroud sudah mencetak 11 gol secara total, hanya selisih 6 gol dari total gol (17) yang ia cetak musim lalu. Bila ia bisa mengulang mencetak 11 gol lagi di paruh musim kedua ini, maka ia akan punya lebih dari 20 gol dan itu angka yang cukup bagus.

Podolski mencetak 16 gol musim lalu, dan musim ini baru 3 gol karena cedera panjang. Tiga gol itu hasil dari 3 start dan 3 subs. Bayangkan bila ia bisa start terus di 18 pertandingan liga sisa, mungkin ia bisa mencetak 20 gol liga musim ini? 🙂

Peluru Podolski dan Giroud, ditambah amunisi dari Ozil, Cazorla dan Rosicky yang belakangan makin fenomenal, serta suntikan darah segar dari Gnabry dan Chamberlain akan menentukan hasil akhir Arsenal musim ini. Semoga daftar cedera Arsenal musim ini cukup berhenti di Walcott saja.

Lini tengah dan belakang, no comment. Mereka fenomenal dan sudah menjelma menjadi pertahanan yang dapat memberikan gelar juara liga.

Lawan Villa

Saatnya membuktikan kekalahan perdana Arsenal musim ini adalah fluke, sesuatu anomali, kejadian luar biasa yang kontroversial. Saatnya restore order, mengembalikan tatanan yang seharusnya: kemenangan bagi Arsenal dan kembali ke puncak klasemen. Tidak ada pertandingan mudah di Premier League, seperti kata Ozil tapi tim yang sekarang pasti sangat paham tidak ada pertandingan yang tidak penting di Premier League apalagi dengan kondisi rival-rival terkuat menguntit dekat di belakang, siap menyalip kapan saja.

Giroud akan kembali tampil malam ini. Dan juga Ozil. Yang absen adalah Ramsey, Gibbs dan Vermaelen tapi Arsenal punya pengganti yang cukup mumpuni. Prediksi line up Arsenal:

Szczesny – Sagna, Mertesacker, Koscielny, Monreal – Arteta, Wilshere, Ozil – Cazorla, Giroud, Podolski

Subs: Fabianski, Jenkinson, Flamini, Rosicky, Chamberlain, Gnabry, Ryo

Bendtner masih cedera, dan rasanya Wenger akan memainkan Podolski daripada Gnabry malam ini. Sebagai audisi untuknya.