Evolusi Wengerball

Sebagian besar tulisan ini berasal dari blog saya sebelumnya di benhan8: “10 Sempurna dalam 11”. Saya sadur kembali di sini ditambahkan dengan pengetahuan setelah membaca biografi Dennis Bergkamp untuk menjelaskan lebih lengkap tentang evolusi Wengerball sejak era Bergkamp hingga sekarang.

Wengerball MK I: Era Invincible

Catatan: MK dibaca Mark sebagaimana dalam seri Iron Man yang artinya versi keberapa dari suatu model.

Di era Invincible, Henry, Pires, dan Ljungberg, merupakan senjata “Tuhan” untuk memporak-porandakan pertahanan lawan. Dennis Bergkamp, sang master ruang dan waktu, akan memanfaatkan kecepatan ketiga pemain yang juga memiliki teknik tinggi tersebut untuk menghantarkan pukulan mematikan.

Seringkali kita menyaksikan dalam hitungan detik saja Arsenal bisa mencetak gol dari posisi bertahan. Berawal dari tackle Vieira lalu bola diberikan ke Bergkamp, Henry berlari cepat diikuti Pires dan Ljungberg. Dalam sekejap ada tiga pemain Arsenal di kotak penalti lawan. Bergkamp tinggal memilih kepada siapa bola akan diantarkan, dan gol pun tercipta. Semua terjadi dalam hitungan detik dan tidak lebih dari 10 sentuhan. Lawan pun ketakutan, pontang panting dalam mengikuti gerakan pemain Arsenal.

Transisi adalah kuncinya. Counter attack adalah nama populernya. Perubahan dari pertahanan ke penyerangan yang terjadi dengan cepat akan membuat lawan panik karena tidak cukup waktu untuk adaptasi formasi. Ditambah dengan pergerakan pemain yang tidak lazim dengan formasinya (Pires dan Ljungberg akan menusuk ke dalam dari sayap sementara Henry bergerak melebar keluar sementara dua fullback akan menyerang bak winger tradisional) membuat lawan kalang kabut.

Adalah prinsip umum bahwa pemain bola akan lebih kesulitan bergerak cepat sambil membelakangi gawang daripada menghadap ke gawang. Oleh karena itu peluang yang dihasilkan dalam posisi counter attack adalah peluang dengan probabilitas keberhasilan tertinggi. Ruang yang lebih banyak, musuh yang masih harus menyesuaikan posisi kembali, dan waktu yang berpihak kepada penyerang, menciptakan peluang mencetak gol tertinggi.

Wengerball MK I adalah soal counter attack yang secepat kilat.

Counter attack ditakuti semua tim bola. Sebaik apapun sebuah tim dalam penguasaan bola, satu counter attack cukup untuk membunuhnya. Sucker punch. Dan setelah gol terjadi, tim yang ingin mengejar ketertinggalan akan semakin menyerang. Hal ini malah akan semakin membuka ruang untuk counter attack berikutnya. Dengan cara inilah The Invincible mencetak 3-4 gol dalam satu pertandingan dengan mudahnya. Wengerball MK I adalah soal counter attack yang secepat kilat.

Wengerball MK II: Arsenal Post Invincible

Setelah era Invincible, Arsenal tidak lagi bermain dengan mengandalkan transisi yang cepat. Dengan Fabregas sebagai poros permainan, Arsenal bermain ala tiki taka, ball possession style dengan tingkat kesuksesan di bawah Barcelona. Wenger melakukan perubahan ini dengan sadar. Mengapa?

Ada dua alasan. Yang pertama: Henry dan Bergkamp tidak lagi muda. Arsenal tidak memiliki striker yang secepat Henry setelah itu. Penggantinya adalah Adebayor yang lebih lamban namun unggul dalam fisik dan Van Persie yang lebih teknikal. Alasan kedua: sehebat apapun The Invincible pada saat itu, perjalanannya di Eropa tidak jauh. Tim kontinental bermain tidak secepat tim Inggris, lebih taktis dan lebih sedikit menyisakan ruang untuk counter attack. Walaupun Arsenal sempat menang dari tim seperti Real Madrid, Juventus dan Inter Milan, Arsenal sering kali didominasi dalam permainan melawan tim-tim Eropa. Arsenal kerepotan dan disisihkan dari Knock Out Grup saat melawan tim seperti Bayern Muenchen (yang tidak sehebat sekarang) dan Valencia misalnya.

Wenger juga adalah pelatih cerdas yang selalu membaca arah angin perubahan. Setelah memanen talenta-talenta Perancis di era keemasan Perancis (1998-2000), ia melihat masa depan sepakbola Spanyol lewat dominasi mereka di kejuaraan dunia FIFA U-17 di tahun 2003. Cesc Fabregas menjadi top scorer di turnamen itu dan Spanyol menjadi juara. Bertepatan dengan dibongkarnya Tim Invincible karena faktor usia, Wenger juga mengganti style sepakbola timnya. Demi pursuit Holy Grail, trofi Liga Champions yang menjadi satu-satunya kekurangan di CV-nya.

Kiblat diubah ke Spanyol. Fabregas direkrut di tahun 2003 pada usia 16 tahun dan Jose Antonio Reyes di awal tahun 2004. Tahun 2005 dan 2006 secara berturut-turut Arsenal membeli pemain tipe ball player sebagaimana pemain Spanyol umumnya yaitu Hleb dan Rosicky. Sayang sekali Reyes gagal di Arsenal karena homesick dan korban dari “tatapan mata” Henry. Namun di musim 2007/2008 sepeninggal Thierry Henry, Arsenal dengan Kuartet midfield andalannya (Fabregas, Hleb, Rosicky, Flamini) berhasil menduduki puncak klasemen dan mendominasi liga Inggris sampai Februari 2008, saat pematahan kaki Eduardo mengguncang seluruh tim.

Wengerball baru, possession ball dengan pertukaran posisi pemain dan pergerakan bola satu sentuhan

Arsenal mengakhiri musim itu tanpa gelar dan tim yang tercerai berai. Hleb pindah ke Barcelona dan Flamini ke AC Milan. Namun musim itu adalah musim di mana Arsenal bermain Wengerball baru, possession ball dengan pertukaran posisi pemain dan pergerakan bola satu sentuhan. Kuartet Arsenal mendominasi lini tengah, bertukar posisi dengan cepat dan membentuk triangle operan satu sentuhan yang mematikan. Hubungan yang akrab antara keempat pemain ini di luar lapangan sangat membantu dalam kerjasama mereka di lapangan. Telepati seakan terjalin antara keempatnya. Rosicky dan Hleb yang pada dasarnya adalah pemain tengah bermain sebagai inverted winger sedangkan Fabregas dan Flamini sebagai double pivot. Namun saat pertandingan berjalan, posisi mereka sangat fleksibel. Berganti-ganti posisi dalam “box” dengan empat sudut, Arsenal bermain sempit, namun perpindahan posisi keempat pemain ini akan menciptakan “ruang” yang lebih besar daripada sekedar permainan melebar ke sayap. Menurut saya pribadi, sepakbola Arsenal di musim tersebut lebih indah daripada era Invincible sekalipun. Sayangnya cedera patah kakinya Eduardo di Februari 2008 memberikan tekanan mental yang luar biasa pada tim dan mengakhiri dini Wengerball MK II dan perburuan gelar juara Arsenal di musim itu.

Kuartet Midfield Arsenal 2007/2008

Hleb pindah ke Barcelona namun tidak berhasil berperan besar di sana walaupun memenangkan trofi Champions League dan ia menyesali kepindahan tersebut. Flamini pindah ke Milan setelah menolak perpanjangan kontrak. Kepindahan kedua pemain tersebut sedikit banyak terpengaruh oleh horror cedera Eduardo. Dalam sekejap, Fabregas ditinggal 2 sahabat terbaiknya.

Setelah kepindahan Hleb dan Flamini, Wenger berusaha merekonstruksi ulang sepakbola Arsenal musim 2007/2008 di tahun-tahun berikutnya, namun gagal. Salah satu sebabnya adalah Rosicky yang cedera parah sejak awal musim 2008, sehingga praktis hanya Fabregas sendiri yang tersisa dari kuartet fenomenal tersebut. Hal lain adalah tiadanya pendamping Fabregas yang sebaik Flamini. Denilson dan Diaby tidak mampu mengemban tugas destroyer sebaik Flamini dan memberikan Fabregas kebebasan berkreasi di lapangan tengah. Arsenal membeli Samir Nasri dan Aaron Ramsey (umur 17 tahun saat itu), namun tetap saja Wenger gagal merekonstruksi kembali kuartet midfield yang mampu memainkan Wengerball MK II. Ball possession Arsenal tetap dipertahankan dominan dalam setiap pertandingan tapi mereka kekurangan greget dalam serangan. Perubahan posisi setiap pemain terlihat stagnan, dan Arsenal bergantung total pada passing ala quarterback Fabregas dan kecepatan Walcott untuk menciptakan peluang. Lawan dengan mudah menangkalnya dengan double atau triple up Fabregas setiap kali ia menerima bola. Dan kita semua tahu apa akhir ceritanya. Fabregas pun pergi meninggalkan Arsenal di awal musim 2011/2012 bersama Samir Nasri. Wenger kehilangan dua pemain tengah terbaiknya, sebuah syarat mutlak untuk memainkan Wenger Ball.

Kelahiran Kembali Wengerball (MK III)

Musim ini kita kembali menyaksikan sepakbola indah Arsenal, namun dalam versi yang sedikit berbeda. Wengerball yang baru ini memiliki kecepatan transisi era Invincible Bergkamp namun juga tiki-taka ball possession era kuartet Fabregas. Tim Arsenal yang baru ini tahu kapan harus bermain santai di gigi satu-dua dan kapan harus pindah ke gigi empat untuk meluncurkan serangan balik kilat. Beberapa pertandingan di bawah ini bisa menjadi ilustrasi Wengerball yang baru, MK III.

Dua gol Arsenal di Swansea (Gnabry, Ramsey) adalah contoh sempurna Wengerball dari dua jaman, era Invincible dan era Kuartet Midfield 2007/2008. Gol pertama berasal dari 20 operan cepat dari belakang ke depan, membentuk triangle yang indah dan perubahan posisi yang membingungkan lawan, ciri khas Wengerball MK II. Gol kedua berupa transisi yang cepat 4-5 sentuhan dari kiper ke striker dan diselesaikan dengan indah oleh Aaron Ramsey, ciri khas Wengerball era Invincible.

Melawan Norwich City, gol pertama Wilshere dalam waktu 20 detik sejak perpindahan bola dari Norwich ke Arsenal di depan kotak penalti Arsenal hingga bersarang di gawang Norwich. Gol tersebut melibatkan 2 backheels, 3 one-two dan 4 operan satu sentuhan dan 5 pemain Arsenal. Ini yang disebut Wenger sebagai Progression, bukan Possession. Jadi bola dioper dengan satu sentuhan dan maju ke depan, bukan ala tiki-taka yang sabar mengoper bola ke samping dan bila perlu ke belakang sambil menunggu kesempatan. Ini adalah operan satu sentuhan yang memanfaatkan momentum transisi. Sejak Flamini merebut bola, seluruh pemain Arsenal berpikir bagaimana dengan cepat menempatkan bola tersebut ke gawang lawan.

Jack Wilshere Norwich City goal

Rangkaian operan yang menuju pada gol Wilshere

Melawan Dortmund di kandang mereka, gol serupa tercipta. Juga dalam 20 detik, gol Ramsey ini melibatkan 3 one-two (2 antara Rosicky-Ramsey dan 1 antara Rosicky-Sokratis), 2 umpan lambung (Szczesny dan Ozil) dan 5 sundulan (2x Bender, Subotic dan 3x oleh Arteta, Giroud, Ramsey). Total terjadi 16 sentuhan (dengan urutan Szczesny-Bender-Subotic-Arteta-Rosicky-Ramsey-Rosicky-Ramsey-Rosicky-Sokratis-Rosicky 2x-Ozil 2x-Giroud-Ramsey) dalam waktu 20 detik sejak bola ditendang Szczesny sampai masuk ke gawang Dortmund. Sebuah varian kompleks dari Route One Football.

Saat melawan Marseille, durasi waktu yang diperlukan untuk terjadinya sebuah gol dari transisi lebih pendek, 8 detik. Dari Mertesacker ke Sagna dan langsung ke Wilshere. Gol ini lebih mirip dengan era Invincible daripada gol-gol di atas. Bergkamp mengatakan bahwa di jamannya mereka melatih khusus counter attack cepat untuk mencetak gol dalam 8 detik sejak terjadinya perpindahan penguasaan bola. Kecepatan Henry dieksploitasi habis oleh pemain-pemain Arsenal waktu itu. Hebatnya gol 8 detik Wilshere kemarin terjadi tanpa melibatkan pemain tercepat Arsenal saat ini, Theo Walcott.

Walcott bisa menjadi Henry era kini dengan kecepatan dan finishingnya yang makin akurat dan Özil bisa menjadi kunci Wengerball baru ini (saya menulis tentang Ozil sebagai pewaris tahta Bergkamp di sini). Keakuratan operannya dan pergerakan off the ball-nya yang cerdas menjadi kunci memulai Wengerball. Dalam dua gol di Swansea, rangkaian operan kilat satu sentuhan Arsenal dimulai dari Özil. Demikian juga satu kesempatan 8 detik lainnya saat melawan Marseille di mana Ramsey gagal menyelesaikan rangkaian operan yang dimulai setelah Özil menerima bola satu sentuhan dari Sagna.

Total ada 11 pemain tengah/depan yang bisa dipermutasikan untuk mengisi 5 posisi lini tengah/depan selain Giroud, yang saat ini tidak tergantikan

Pilihan pemain tengah Arsenal musim ini demikian banyak dan berkualitas sehingga Wenger bisa memainkan berbagai formasi tergantung karakter permainan lawannya. Ia bisa memainkan tiga CM di belakang Giroud dengan double pivot seperti saat melawan Napoli atau 3 CM dan 1 Winger seperti Arsenal musim lalu. Ia bisa memakai formasi 4-2-3-1, 4-1-3-2, 4-2-1-3 atau bahkan 4-4-1-1 sebagai varian 4-3-3. Tujuh pemain tengah yang dimilikinya sangat flexible. Belum lagi ditambah 2 pemain depan yang bisa menjadi winger dalam Walcott dan Podolski. Chamberlain dan Gnabry pun siap menjadi pilihan. Total ada 11 pemain tengah/depan yang bisa dipermutasikan untuk mengisi 5 posisi lini tengah/depan selain Giroud, yang saat ini tidak tergantikan. Kesebelas pemain tersebut adalah:

  1. Özil
  2. Cazorla
  3. Rosicky
  4. Ramsey
  5. Wilshere
  6. Chamberlain
  7. Walcott
  8. Podolski
  9. Gnabry
  10. Arteta
  11. Flamini

Kekayaan lini tengah Arsenal musim ini begitu memanjakan jika kita bandingkan dengan dua era sebelumnya. Era Invincible kita hanya punya: Vieira, Gilberto, Parlour, Pires, Ljungberg, Edu, Wiltord dan Bergkamp sebagai AM/SS. Era berikutnya: Fabregas, Hleb, Rosicky, Flamini, Diaby, Denilson, lalu ditambah Arshavin, Nasri yang keduanya tidak pernah mencapai permainan puncaknya di Arsenal. Sementara kesebelas pemain Arsenal era kini tersebut sedang menuju atau sedang berada pada permainan terbaik mereka.

Wengerball Arsenal musim ini sangat berpotensi untuk melampaui level Wengerball di era Invincible dan 2007/2008. Arsenal bisa memainkan counter attack kilat namun juga bisa berbahaya lewat operan-operan cepat dari midfield ke depan saat menguasai bola. Arsenal bisa nyaman menyerahkan ball possession kepada lawan dan mengandalkan serangan balik (karena lini pertahanan yang solid, contoh: vs Dortmund, Southampton) namun juga sama nyamannya saat menguasai bola (800 operan vs Marseille). Pendek kata, baik saat memiliki bola maupun tidak, Arsenal bisa sama berbahayanya.

Wengerball adalah sepakbola menyerang dengan operan cepat satu sentuhan yang sangat membutuhkan rasa kepercayaan diri yang tinggi. Saat ini form Arsenal yang sedang bagus-bagusnya menciptakan kepercayaan diri yang tinggi. Posisi puncak di klasemen liga Inggris dan grup Champions League menambah kepercayaan diri ini. Jika hasil positif bisa dicapai dalam 7 pertandingan terakhir liga tahun ini, maka Arsenal akan mengakhiri tahun 2013 sebagai “juara” paruh musim. Sesuatu yang sudah lama sekali tidak kita lakukan.

Wengerball sedang mengalami evolusi, dan kita sebagai pengikut, pendukung, pencinta Arsenal diberikan kemewahan untuk menikmatinya saat ini. Sebuah hak yang layak didapatkan setelah penantian bertahun-tahun.

Victoria Concordia Crescit

Advertisement