Boxing Day: Pukulan KO 6 Poin

Akhir-akhir ini lagi disibukkan oleh proyek baru, sehingga sulit sekali meluangkan waktu untuk menulis preview dan review pertandingan, harap maklum ya.

Sedikit ulasan dari pertandingan melawan Chelsea yang berakhir seri 0-0. Beberapa poin penting yang menjadi catatan:

1. Kedua tim tidak memiliki top top striker

Walaupun Chelsea menghasilkan lebih banyak peluang terutama di babak pertama, dua peluang emas Giroud yang gagal diselesaikan dengan baik hampir menjadi penentu pertandingan ini. Tidak sulit kita untuk membayangkan kalau dua peluang emas tersebut akan menjadi gol bila diberikan kepada top top striker (kata “top” sengaja diulang dua kali) sekelas Suarez, Aguero, Negredo ataupun si Dutch Skunk ketika masih bermain di Arsenal. Peluang pertama Giroud hampir sama dengan yang diselesaikan si Dutch Skunk waktu melawan Everton musim 2011/2012 dan sayangnya tendangan Giroud malah melebar ke sisi tiang dekat gawang. Peluang keduanya hampir sama dengan yang didapatkan dan diselesaikan oleh Negredo saat melawan Arsenal minggu sebelumnya, yang juga gagal menjadi gol karena tendangannya masih ke arah Peter Cech. Dalam pertandingan antara dua tim yang levelnya seimbang, peluang bersih seperti ini sulit diciptakan, sehingga hasil akhir sering ditentukan oleh kualitas strikernya sebagaimana yang kita lihat saat Arsenal dibantai City minggu lalu. Aguero dan Negredo menjadi penentu kemenangan City karena clinical finish-nya berhasil memaksa Arsenal selalu ketinggalan dan dalam posisi tertekan untuk mengejar ketertinggalan. Sisanya tinggal cerita yang sudah kita miliki. Skor 6-3 seakan mengilustrasikan dominasi City padahal sesungguhnya skor itu adalah indikasi kualitas finishing kedua tim.

Tidak heran bila bulan Januari nanti, nama di puncak daftar belanja Arsenal dan Chelsea adalah seorang top top striker. Masalahnya hanyalah mencari klub yang mau menjual striker terbaik mereka di pertengahan musim

Chelsea sendiri juga tidak memiliki top top striker. Torres gagal memposisikan dirinya di area yang berbahaya dan peluang terbaik Chelsea lahir dari tendangan Frank Lampard yang masih membentur crossbar. Pertandingan ini bisa menjadi pertandingan dengan hasil yang berbeda bila salah satu tim memiliki striker sekelas Suarez, Aguero atau Negredo. City punya dua striker yang kelasnya di atas semua striker Liga Inggris dan Liverpool punya satu. Tidak heran bila bulan Januari nanti, nama di puncak daftar belanja Arsenal dan Chelsea adalah seorang top top striker. Masalahnya hanyalah mencari klub yang mau menjual striker terbaik mereka di pertengahan musim. Jangan harap Liverpool akan melakukannya musim ini.

2. Jika tidak mampu menang, jangan kalah

Ketika pertandingan memasuki menit ke-85, terlihat kedua tim memilih amankan satu poin daripada kehilangan poin sama sekali. Wenger pernah berujar saat timnya kalah melawan Dortmund setelah menit ke-85: “Jika tidak mampu menang, paling tidak jangan kalah.” Perkataan ini diterapkan dengan baik oleh kedua tim. Bahkan Mourinho juga tampaknya sadar sulit bagi timnya saat ini untuk mencuri gol di menit-menit akhir. Ia menggantikan Torres dengan David Luiz di menit ke-87 untuk amankan satu poin. Wenger sendiri tidak melakukan pergantian pemain, mungkin karena dua alasan: 1. Takut mengganggu keseimbangan tim saat itu, setiap perubahan beresiko pada kebobolan gol, 2. Kualitas penyerangan pemain di bangku cadangan juga tidak jauh berbeda dengan yang sekarang di lapangan.

Jarang sekali Wenger se-pragmatis itu namun keputusannya kali ini tampaknya tepat. Saya saat itu berpikir bila ia mengganti pemain maka paling mungkin adalah mengganti Giroud dan Rosicky. Walcott tak mungkin diganti karena dengan begitu berarti ancaman terhadap fullback kiri Chelsea akan hilang. Namun di menit ke 85 peluang Arsenal tercipta oleh kombinasi Rosicky, Gibbs dan Giroud. Itu bukti Rosicky masih cukup fresh saat itu dan Giroud bisa saja mencetak gol. Sulit melihat Bendtner atau Podolski yang belum pernah bermain sejak Agustus mampu memposisikan diri seperti Giroud sehingga peluang tersebut tercipta. Lebih baik mendapatkan satu poin dan menjaga jarak yang sama dengan Chelsea daripada kalah di pertandingan Six-Pointer ini.

3. Prediksi Desember: City dan Liverpool tampil di luar dugaan

Prediksi saya di bulan Desember meleset untuk hasil beberapa pertandingan. Yang mengejutkan tentunya kemenangan telak Liverpool atas Tottenham dan Man City atas Arsenal. MU berhasil mengembalikan formnya dan tidak heran akan menang di dua pertandingan terakhir tahun ini setelah sempat kalah dua kali berturut-turut dari Everton dan Newcastle. Yang menarik adalah lawan berikutnya Liverpool: City dan Chelsea yang keduanya adalah pertandingan Away. Mampukah Liverpool (baca: Suarez) mencuri poin dari kedua tim tersebut atau tetap kalah sesuai prediksi saya sebelumnya? Saya dengan senang hati bersedia merevisi prediksi tersebut karena berapapun poin yang dicuri Liverpool dari kedua pesaing berat tersebut menjadi sangat penting bagi Arsenal untuk kembali ke puncak klasemen. Liverpool bisa saja menang di kedua pertandingan tersebut dan tetap di puncak. Tapi secara jangka panjang, Chelsea dan City tetap lebih berbahaya dengan skuadnya yang lebih merata dan dalam.

…berapapun poin yang dicuri Liverpool dari kedua pesaing berat tersebut menjadi sangat penting bagi Arsenal untuk kembali ke puncak klasemen.

Namun kepastian ketiga pengisi empat besar klasemen tersebut pekan ini untuk drop poin tidak akan ada artinya bila Arsenal tidak menang saat melawan West Ham dan Newcastle. Di atas kertas, Arsenal mestinya mampu mengalahkan kedua tim ini, bila mampu mengatasi kendala waktu dan ruang. Selain mesti bertandang di kedua pertandingan ini, jarak waktu antara kedua pertandingan ini juga sangat berdekatan: Kamis dan Minggu. Rotasi pemain menjadi kunci bagi Wenger untuk memastikan enam poin diraih.

Preview vs West Ham

Melawan West Ham yang masih berjuang untuk mendapatkan kemenangan (dalam empat pertandingan terakhir kalah 3 kali dan seri sekali lawan Sunderland), Arsenal mesti menyerang total sejak menit pertama. Ubahlah pertandingan tandang menjadi kandang. Namun Wenger juga mesti merotasi pemainnya. Melawan West Ham yang relatif lebih mudah daripada Newcastle, mungkin inilah saatnya mengistirahatkan Ozil dan Giroud.

Ozil pertama kali mengalami berkompetisi di liga tanpa winter break dan Giroud perlu sedikit break untuk menemukan kembali ketajamannya. Podolski dan Bendtner butuh waktu bermain. Cazorla juga. Pertandingan ini menjadi saat yang pas untuk mengistirahatkan mereka untuk mengantisipasi kelelahan pemain saat melawan Newcastle yang pasti lebih berat.

Wilshere juga otomatis tidak bermain di pertandingan ini sehingga untuk melawan Newcastle Wenger bisa mendapatkan tiga pemain dalam kondisi yang lebih segar. Wenger bisa mencoba Podolski di pertandingan ini atau memberikan kesempatan kembali kepada Bendtner. Saya pribadi cenderung memasukkan Cazorla di sayap kiri, Bendtner di tengah dan Walcott di kanan. Untuk tengah Rosicky yang bermain bagus bisa meneruskan partnershipnya dengan Ramsey dan Arteta di tengah. Flamini bisa disimpan untuk Newcastle. Back four yang sama dipertahankan untuk stabilitas. Koscielny mungkin akan lebih fit saat melawan Newcastle.

Line ups: Szczesny – Sagna, Mertesacker, Vermaelen, Gibbs – Arteta, Ramsey, Rosicky – Walcott, Bendtner, Cazorla

Subs: Fabianski, Koscielny, Monreal, Flamini, Giroud, Ozil, Podolski

Line up dan bench yang cukup kuat ini mestinya mampu meraih tiga poin melawan West Ham dan bila Liverpool drop poin saat melawan Chelsea, kita akan kembali ke puncak klasemen. Saatnya Arsenal mengirimkan “Knock Out Blow” senilai 6 poin penuh ke rival-rivalnya di Boxing Day ini.

Up The Arse(nal)! #UTA

Advertisement

Pelajaran Mahal di Waktu yang Tepat

Manchester City 6 – 3 Arsenal 

Sebagaimana yang diprediksi, pertandingan antara dua tim yang terkenal dengan sepakbola menyerang ini berlangsung dengan tempo cepat dan permainan terbuka. Sayangnya satu tim tampil di bawah standar sehingga pertandingan berjalan berat sebelah. Bila di artikel preview saya menulis ini adalah Pertandingan antara Penyerangan Terbaik dan Pertahanan Terbaik, di akhir pertandingan sub judul yang lebih cocok adalah Pertandingan antara Penyerangan Terbaik dan Pertahanan Terburuk. Bagaimana Arsenal bisa bermain seburuk itu dalam hal yang justru merupakan kekuatan mereka musim ini? Mumpung masih panas di kepala, saya coba tuangkan satu-satu.

Axis Wilshere-Monreal

Line up Arsenal hampir sesuai dengan prediksi di artikel preview dengan satu perbedaan: Wilshere yang dimainkan bukan Cazorla. Dan itu ternyata menjadi kesalahan fatal Wenger. Axis Wilshere-Monreal menjadi titik lemah Arsenal dalam pertandingan ini dan dieksploitasi habis-habisan oleh Man City. Berbeda dengan dugaan awal kalau City akan menyerang sisi kanan Arsenal karena Walcott akan cenderung lebih maju, City malah menyerang sisi kiri Arsenal. Zabaleta berkali-kali memberikan crossing rendah yang efektif dan City mencetak 3 gol (satu secara tidak langsung dari CK) dari sisi tersebut. Tiga gol yang membuat posisi Arsenal tertinggal yang lalu terpaksa meninggalkan pertahanan demi mengejar ketertinggalan. Sayangnya gambling tersebut gagal dan berakhir dengan skor yang lebih buruk lagi.

Mengapa saya cenderung memainkan Cazorla di awal daripada Wilshere karena dua hal: 1. Cazorla lebih baik dalam ball possession sehingga ia lebih bisa mengatur tempo permainan Arsenal dan 2. Duet Cazorla-Monreal lebih baik daripada Wilshere-Monreal yang belum teruji. Permainan Wilshere adalah soal dribbling dan penetrasi. Dalam pertandingan ini sayangnya dribblingnya banyak yang gagal dan turn over sering terjadi berawal dari dirinya. City lalu menyerang balik dengan cepat dan Arsenal gagal mempertahankan penguasaan bola di tengah.

Kelemahan lainnya dari Wilshere yang berkontribusi pada gol adalah kecenderungannya untuk ke tengah karena secara natural ia adalah pemain tengah yang dikaryakan di sayap. Berbeda dengan Cazorla dan Rosicky yang lebih nyaman bermain di sayap, Wilshere jarang bergerak sepanjang sisi lapangan. Gol pertama dan kedua City notabene berawal dari jauhnya Wilshere dari garis tepi lapangan yang otomatis membuat ia juga berada jauh dari fullback City yang melakukan overlapping. Akibatnya City dapatkan corner kick dari serangan hasil overlapping Zabaleta dan Aguero mencetak gol pertama. Gol kedua terjadi saat Wilshere gagal lagi mengantisipasi overlapping Zabaleta.

Gol keempat City terjadi saat Monreal gagal menghalangi Navas memberikan crossing kepada Silva. Monreal dan Wilshere tampil buruk di pertandingan hari ini. Kombinasi keduanya membuat sisi kiri Arsenal sangat rentan setiap kali diserang.

Dilema Flamini-Arteta

Wenger drop Arteta dan memilih Flamini. Sayangnya Flamini tampil tidak sesuai harapan. Gol ketiga City terjadi karena kesalahan elementer yang dilakukannya. Umpan Ozil yang mestinya aman-aman saja gagal diantisipasinya dan Fernandinho memanfaatkannya untuk langsung mencetak gol. Perbedaan Flamini dan Fernandinho sangat terlihat di pertandingan ini. Bila City mempunyai pondasi batu kali kokoh di tengah dengan adanya Fernandinho dan Yaya Toure, Flamini dan Ramsey bak “pondasi tahu” yang gampang diterobos lawan.

Mengapa Wenger drop Arteta? Karena di dua pertandingan sebelumnya kekurangan kecepatan Arteta sangat terasa. Bahkan saat melawan Napoli dua kartu kuning diterimanya karena kekurangan kecepatan tersebut membuat ia harus melakukan foul. Wenger berpikir Flamini dan Ramsey cukup untuk menahan City. Sayangnya mereka berdua tidak memiliki kemampuan mengatur tempo ala Arteta. Arteta mungkin lemah dalam hal tackling dan penjagaan pemain yang lebih cepat, tapi soal ball retention, distribusi bola sambil mengatur tempo permainan, ia jauh lebih unggul. Arsenal terus terhanyut dengan tempo cepat yang menguntungkan City karena Ramsey dan Wilshere setiap mendapatkan bola langsung ingin membawanya ke depan, berakhir dengan kehilangan bola dan City menyerang kembali. Arteta akan mendistribusikannya secara horizontal, ke belakang, atur tempo baru menyerang. Inilah kekuatannya Arteta yang tidak dimiliki pemain-pemain muda Arsenal yang sering terburu nafsu. Lihat Wilshere yang beberapa kali kesal sendiri karena passingnya tidak menemukan rekannya atau tidak mendapatkan operan dari rekannya. Ketidakmatangan seperti ini dapat ditenangkan bila Arteta ada di lapangan.

Idealnya dalam pertandingan seperti ini Arteta berpasangan dengan Ramsey. Ramsey dengan jumlah tackling terbanyak di liga bisa menutup kekurangan kecepatan Arteta dan Arteta bisa mengatur tempo pertandingan saat Arsenal menguasai bola. Sayangnya faktor kelelahan dan jadwal yang padat tidak memungkinkan hal itu terwujud hari ini.

Setelah ketinggalan 4-2, Wenger terpaksa gambling untuk menyerang total, nothing to lose, kalah 4-2 dan 6-3 ya sama saja. Ia memasukkan Gnabry dan menarik Flamini yang tampil buruk keluar. Tanpa Flamini, lapangan tengah Arsenal bak karpet merah yang mengundang marching band City. City bisa mencetak beberapa gol tambahan di periode ini dan Wilshere serta Ramsey gagal sama sekali menjadi poros tengah. Bisa dimengerti keinginan Arsenal untuk mengejar ketertinggalan tapi naluri menyerang Wilshere dan Ramsey membuat mereka mengabaikan sama sekali pertahanan di lini tengah. Terjadinya gol kelima dan keenam City adalah akibatnya.

Kesalahan individu

Gol-gol City terjadi akibat kesalahan individu Arsenal dalam bertahan. Dari Koscielny saat gol pertama, Wilshere gol kedua, Flamini gol ketiga, Monreal gol keempat, Mertesacker gol kelima dan terakhir semua pemain tengah, belakang, kiper Arsenal untuk gol keenam. Kesalahan individu ada penjelasannya: konsentrasi yang kurang atau faktor kelelahan. Kombinasi keduanya mungkin yang menjadi penyebabnya kali ini. Walaupun tidak semua pemain tersebut bermain penuh di Napoli namun perjalanan yang harus ditempuh membuat mereka tidak memiliki waktu cukup untuk recovery. Kamis terbang dari Napoli ke London, Jumat istirahat dan mesti terbang Sabtu pagi ke Manchester. Bahkan waktu untuk latihan penuh pun tidak tersedia. City diuntungkan istirahat satu hari dan beberapa pemain intinya yang tidak dimainkan saat lawan Muenchen. Intinya persiapan City lebih baik di Arsenal dan mereka diuntungkan dengan tak perlu melakukan perjalanan jauh karena bermain di kandang. Hal kecil seperti ini sering jadi pembeda ketika dua tim kuat bertemu.

Faktor kelelahan ini juga yang mungkin membuat Wenger urung menurunkan Cazorla ataupun Rosicky yang bermain di Napoli kemarin. Rosicky dan Cazorla akan lebih cocok di formasi yang memainkan Walcott daripada Wilshere. Cazorla yang bermain berturut-turut perlu istirahat dan Rosicky tidak muda lagi. Wilshere dan Ramsey yang tidak memulai pertandingan di Napoli dirasakan akan lebih segar di pertandingan ini. Mungkin itu benar, namun taktik yang dimainkan Pellegrini mengeksploitasi posisi Wilshere yang tidak nyaman ini.

Mesin Gol Arsenal

Kenyataan ini terwujud sedikit tertunda dari artikel saya sebelumnya: “Kembalinya Mesin Gol Arsenal”. Satu-satunya hal positif dari pertandingan ini adalah tajamnya Theo Walcott. Gol pertamanya diambilnya dengan sangat baik, tendangan mendatar namun terarah dan dengan sedikit bending sehingga kiper City tak mampu bergerak, terhipnotis. Gol kedua ala Henry, di posisi kiri dan bending ke pojok jauh kanan gawang. Mungkin semasa ia rehabilitasi, ia dapat satu dua petunjuk dari King Henry yang masih berlatih di training ground Arsenal. Penampilannya hari ini otomatis mengamankan posisi sayap kanan untuk dirinya di pertandingan melawan Chelsea.

Perbedaan kualitas striker City dan Arsenal begitu ketara saat Aguero dan Negredo mencetak gol dari sedikit peluang yang tersedia sementara Giroud gagal menyundul crossing Sagna, offside saat menembak (dan bolanya masuk) dan gagal mengumpan dengan kaki kanannya di depan gawang. Giroud mesti lebih efektif lagi di depan gawang jika ia tak ingin Wenger mencari striker utama di Januari nanti. Link up play dan holding up-nya memang bagus namun ia butuh lebih clinical di depan gawang sebagai striker utama. Sudah lama ia tidak mencetak gol dari open play dan kini saatnya ia lebih ganas dan egois di depan gawang. Walcott bisa mengejar jumlah golnya bila ia terus tampil seperti ini. Kegeraman Wenger terhadapnya terlihat saat ia sudah diganti Bendtner di menit ke-75. Wenger seakan memberikan sinyal kalau ia lebih percaya kepada Bendtner daripada Giroud untuk dapat mencetak gol di 15 menit terakhir (dan memang ia lakukan hanya sayang masih offside gara-gara ukuran sepatunya yang demikian besar).

Sembilan Hari

Walaupun kekalahan ini menyesakkan dada dan akan membuat orang-orang kembali meragukan kemampuan Arsenal menjadi juara liga, banyak hikmah yang masih bisa kita petik. Kita beruntung sudah menabung poin dari hasil melawan tim-tim papan tengah dan bawah sebelumnya sehingga pertandingan ini hanya membuat City selisih 3 poin, belum menyusul Arsenal. Hal lain adalah walaupun kalah telak, kesalahan-kesalahan Arsenal di pertandingan ini tidak sulit untuk diperbaiki dan secara permainan Arsenal sebenarnya masih dapat mengimbangi City dengan beberapa serangan yang gagal menjadi gol dan tiga gol yang dicetak dengan cukup indah. Kekalahan ini membuka mata akan kelemahan Arsenal yang masih perlu dibenahi dan untungnya ini terjadi masih di paruh musim pertama. Masih banyak waktu untuk membenahinya. Dan untungnya untuk pertandingan berikutnya kita masih punya waktu sembilan hari untuk memulihkan diri dari kelelahan fisik dan mental.

Sembilan hari ini mesti digunakan Wenger dan para pemain dengan maksimal. Menganalisa kelemahan di pertandingan hari ini, memperbaiki komunikasi tim, mengasah permainan yang mengandalkan kecepatan Walcott, dan Giroud bisa latihan tembakan dengan Henry setiap hari. Dengan hasil buruk melawan Everton dan City, tidak ada hasil lain yang dapat diterima sembilan hari kemudian selain menang melawan Chelsea. Pelajaran mahal dari City ini mestinya mencambuk para pemain untuk bermain lebih baik lagi. Lebih konsisten, lebih fokus, lebih haus dan ganas. Bila kita melihat beberapa penampilan terbaik Arsenal musim ini (bukan di pertandingan ini), Arsenal bisa menang atas Chelsea yang tak lebih baik daripada City selama hal ini selalu diingat: kemenangan akan lahir dari suasana yang harmonis. Kemarahan Mertesacker kepada Ozil di akhir pertandingan yang tampak frustrasi dan menolak ke arah penonton tandang tidak perlu dibesar-besarkan. Itu hanya tanda betapa pemain sangat kecewa dengan kekalahan ini. Mertesacker mempunyai hati yang besar dan mengerti perasaan fans Arsenal setelah kekalahan besar ini, sedangkan Ozil terlalu kecewa dengan dirinya sendiri dan dengan kekalahan kali ini. Keduanya terhanyut dengan emosi setelah kekalahan. Besok mereka akan bertemu kembali di training ground dan akan kembali harmonis. Tugas Wenger selama 9 hari ini untuk mengembalikan tim ke kondisi fisik dan mental terbaik sebelum melawan Chelsea.

Victoria Concordia Crescit

‘One Arsène Wenger’, Menjawab Keraguan Demi Keraguan

One Arsène Wenger, there’s only one Arsène Wenger…

Mereka meragukan Aaron Ramsey, musim ini Ramsey pemain terbaik Premier League.

Mereka meragukan duet Per Mertesacker dan Koscielny, musim ini duet tersebut menjadi tulang punggung pertahanan terbaik Premier League.

Mereka meragukan Olivier Giroud, musim ini Giroud begitu vital dalam permainan Arsenal (10 goal + 5 assist) sehingga semua fans Arsenal kuatir ia cedera.

Mereka meragukan dan meremehkan Bendtner, malam ini ia menjawab dengan satu gol cepat dan secara keseluruhan penampilan yang di atas rata-rata.

Mereka meragukan Arsenal mampu menjadi juara musim ini walaupun Arsenal sedang memimpin klasemen 4 poin di atas peringkat kedua dan hanya menyisakan 5 pertandingan sisa di paruh musim 2013/2014 ini…

Keraguan demi keraguan dijawab tim Arsène Wenger musim ini. Pertama Southampton yang saat tandang berhasil menang atas Liverpool dan seri melawan United, tumbang oleh Arsenal 2-0. Lalu Cardiff City yang di kandangnya berhasil menang atas City dan seri lawan United, takluk di kandang oleh Arsenal 3-0. Terakhir Hull City yang menumbangkan Liverpool 3-1, dihabisi Arsenal 2-0 dengan cukup nyaman. Dan lawan berikutnya adalah Everton yang kemarin berhasil menang atas tim mediocre United. Apakah Arsenal akan kembali menang akhir pekan ini? Apakah kemenangan atas Everton akan cukup menjawab keraguan para “pakar” sepakbola yang mengisi kolom tabloid dan talkshow di acara bola? Mungkin tidak akan cukup sampai Arsenal memegang trofi di bulan Mei nanti. Tapi kita tak peduli, karena kita lebih tahu daripada mereka. Kita mengikuti tim Arsenal ini sejak belasan atau bahkan puluhan tahun silam, minggu per minggu. Kita tahu persis apa bedanya tim bermental juara dengan tim yang miskin kematangan. Kita tahu persis saat Arsenal bertransformasi menjadi tim kandidat juara liga.

AKB vs WOB

Dua musim terakhir adalah kulminasi keraguan terhadap Arsène Wenger dari camp fans Arsenal sendiri. Kepergian Fabregas dan Nasri di awal musim 2011/2012 serta Van Persie dan Song di awal musim 2012/2013 membuat Arsenal mengawali musim dengan sangat buruk dan mesti berjuang keras untuk lolos ke kualifikasi Liga Champions di akhir-akhir musim. Walaupun mereka akhirnya berhasil, fans sudah terlanjur kecewa terutama dengan kebijakan klub untuk menjual pemain terbaiknya dan tidak menggantinya dengan pemain yang setara. Belum lagi adanya AST (Arsenal Supporters’ Trust) lewat juru bicaranya Tim Payton yang gemar mengkritik klub di muka publik. Menuduh klub menimbun uang 70-100 juta pounds dan menolak membelanjakannya. Fans Arsenal terbelah dua bak Laut Merah dibelah Nabi Musa. Ada AKB (Arsene Knows Brigade) yang percaya penuh pada Arsène Wenger dan WOB (Wenger Out Brigade) yang menganggap Wenger telah out of touch, keras kepala dengan idealismenya dan menolak membelanjakan uang yang disediakan klub untuknya (asumsi mereka). Bahwa kenyataan 8 tahun tanpa trofi adalah indikasi Wenger sudah tak pantas lagi memimpin klub ini. Kelompok WOB ini makin lama makin keras suaranya di publik (dipimpin oleh Piers Morgan yang jarang masuk akal), sedangkan kelompok AKB semakin lama semakin sedikit atau memilih untuk diam. Mereka menanti kesempatan, the second coming of Messiah, karena keyakinan total mereka terhadap Lord Wenger yang telah memberikan gelar demi gelar dan ciri khas baru pada Arsenal semenjak kedatangannya serta rekor Invincible yang tak akan dipecahkan lagi oleh tim manapun di masa depan.

Awal musim ini, dengan satu tindakan Wenger menghapus tuduhan bahwa ia menolak spending big. Dua tindakan tepatnya. Yang pertama adalah bid kontroversial 40 juta + 1 pounds terhadap Luis Suarez yang gagal, dan yang kedua tentunya pembelian spektakuler Mesut Özil dari Real Madrid senilai 42,5 juta pounds, rekor pembelian termahal kedua di liga Inggris setelah pembelian Fernando Torres oleh Chelsea. Jika WOB (jika masih ada) merasa pembelian Özil adalah karena tekanan keras dari mereka di awal musim ini, asumsi tersebut salah besar. Wenger memang keras kepala, namun ia tahu persis apa yang ia lakukan. Ia punya budget terbatas, sehingga ia selalu mengatakan hanya akan membeli top, top player yang memang pantas dibeli dengan nilai tinggi. Dan kesempatan musim ini tiba ironisnya dibantu oleh penjualan Bale ke Madrid. Kejadian di luar kewajaran yang memungkinkan Madrid membuang pemain terbaik kedua mereka ke Arsenal.

Wenger memang keras kepala, namun ia tahu persis apa yang ia lakukan.

Dan bila ada fans Arsenal yang masih berhalusinasi bahwa pemain sekelas Özil mau pindah ke Arsenal tanpa adanya Wenger, maka wawancara terakhir Özil di Majalah FourFourTwo edisi Januari 2014 membuyarkan ilusi tersebut. Ia mengatakan keputusannya untuk pindah ke Arsenal dari klub terkaya dunia didasari oleh trust yang ia rasakan dari Wenger, bukan karena adanya pemain-pemain Jerman di klub ini. Dan jelas bukan karena uang (PSG menawarkan gaji lebih tinggi). Wenger telah memantaunya sejak ia di Werder Bremen dan mencoba membelinya saat itu namun kalah oleh pesona klub sekelas Madrid. Özil kemudian cukup diyakinkan dengan sebuah panggilan telepon dari Wenger. Pindah ke sebuah klub di liga yang asing baginya, di usia di mana ia mungkin akan menghabiskan usia puncaknya, bukanlah sebuah tindakan yang mudah. Perlu keyakinan penuh kepada manager barunya untuk mengambil keputusan tersebut.

“Somehow this telephone call just flicked a switch in me,” Ozil told Die Welt. “I thought: ‘What he is telling me is what I have missed at Real: transparency, trust, respect. He told me exactly how he sees me [as a player], how he wants to use me, what he expects from me and what he hopes I will contribute.”

Sebesar-besarnya Arsenal di Inggris, di dataran Eropa Arsenal belum dilihat sekelas dengan Real Madrid, Barcelona dan Bayern Muenchen, raksasa-raksasa Eropa saat ini. Untuk Özil pindah dari Madrid ke Arsenal, klub yang belum pernah memenangkan Liga Champions ini, umumnya akan dianggap langkah mundur. Namun kepercayaannya terhadap Wenger yang dirasanya mampu mengembangkannya ke level yang lebih tinggi sebagaimana yang ia lakukan terhadap Henry, Pires dan Vieira (Bergkamp pengecualian karena tanpa perlu disentuh juga sudah level God-like) membuat Özil yakin ini adalah langkah maju bagi karier pribadinya. Bukan tidak mungkin dalam satu dua tahun ke depan Özil bahkan mampu bersaing dengan Messi dan Ronaldo untuk Ballon d’Or, sesuatu yang diyakini oleh Wenger.

Kisah lainnya adalah Aaron Ramsey. Ramsey di usia 17 tahun adalah pemain yang diperebutkan banyak klub elit Inggris di antaranya Manchester United, Everton dan Arsenal. Bahkan United sempat memposting berita bahwa mereka telah mendapatkan Ramsey di website resminya sebelum kemudian Arsenal “menculiknya”. Lagi-lagi perlakuan khusus dan penjelasan visi Wenger terhadapnya dan orang tuanya (yang menerbangkannya dengan pesawat jet pribadi ke Swiss untuk bertemu langsung) akhirnya meyakinkan Ramsey untuk menolak tawaran United dan memilih bergabung dengan Arsenal. Terbukti hal itu adalah pilihan tepat baginya. Lima tahun kemudian ia bermain dengan pemain sekelas Mesut Özil, Santi Cazorla, Tomas Rosicky. Ia bisa saja melakukan kesalahan sehingga saat ini bermain dengan pemain seperti Anderson, Fellaini, Cleverley dan terpaut 12 poin dari pemimpin klasemen.

Kedua kisah di atas adalah bukti bagaimana manager masih menjadi yang paling penting dalam sebuah klub sepakbola. Manchester United yang menjadi juara liga musim lalu mendadak menjadi tim mediocre ketika ditinggal manager hampir tiga dekade-nya. Saat klub terpuruk maka managerlah yang akan dipecat. Dengan kesimpulan ini maka eksistensi WOB menjadi tidak relevan lagi selama Arsenal berada di peringkat pertama, bermain dengan baik dan memimpin dalam pengejaran gelar liga Inggris. Untuk sementara ini mari kita semua berperan sebagai AKB. Percayakan pada Wenger karena tim ini memang miliknya, dibangun olehnya dan sejauh ini telah berhasil menjawab keraguan demi keraguan baik dari fans sendiri maupun dari pihak luar. Keraguan itu lenyap di Emirates Stadium kemarin, seluruh fans menyanyikan chant ‘One Arsène Wenger’ saat Arsenal tampil begitu dominan melawan Hull City, pemandangan yang kontras dengan atmosfer di stadion di hari pertama musim ini.

…eksistensi WOB menjadi tidak relevan lagi selama Arsenal berada di peringkat pertama, bermain dengan baik dan memimpin dalam pengejaran gelar liga Inggris.

Cukuplah pihak luar yang meragukan Arsenal, meragukan kita. Saat ini hendaknya semua fans berdiri di belakang tim, di belakang manager, dan meyakini “we can win the league.” Video dari ArsenalFan TV (yang berisi wawancara-wawancara dengan fans usai pertandingan) ini pas untuk menutup bagian ini: Fans Apologises to Arsene Wenger.

 

Menang dengan Bermain Indah

Bergkamp mengatakan di biografinya bahwa filosofi Arsenal bukan hanya bermain indah, namun menang dengan bermain indah. Menang menjadi targetnya dan bermain indah adalah pendekatannya, caranya. Di awal babak pertama dan kedua saat melawan Hull City, Arsenal tampil luar biasa dengan passing-passing yang cepat dan akurat. Pergerakan pemain yang cepat membuat Hull City kebingungan untuk mengikutinya. Sayang saja Bendtner bukan striker reguler sehingga ia hanya dapat mencetak satu gol. Namun gol yang dicetaknya tidak kalah cantiknya dengan gol-gol Arsenal musim ini. Berawal dari pertukaran bola yang cepat antara Ramsey, Rosicky dan Jenkinson di sisi kanan, crossing akurat Jenkinson disundul oleh Bendtner secara terarah, keras menuju gawang. Gol di menit awal babak pertama tersebut kemudian ditambah dengan gol di menit kedua babak kedua yang juga hasil ping-pong bola yang cepat di sisi yang berlawanan. Kali ini aktornya adalah Monreal, Ramsey dan Özil.

Ramsey bergerak bebas dari kiri ke kanan ke tengah, ia ada di mana-mana! Ditopang oleh trio Rosicky, Cazorla dan Özil yang terus mengalirkan bola dengan cepat, Ramsey berkali-kali masuk di posisi yang berbahaya. Total 6 tembakan ia lakukan di pertandingan ini (terbanyak dari semua pemain di pertandingan ini), dengan satu tembakan keras yang membutuhkan penyelamatan cemerlang dari kiper Hull City. Ia mengembalikan assist Özil di Cardiff City dengan assist yang tak kalah cantiknya lewat reversed pass di depan kotak penalti lawan. Özil menyelesaikannya dengan kalem. Dua gol ini tidak mengilustrasikan dominasi Arsenal yang begitu mutlak di pertandingan ini, namun Arsenal bisa berpuas diri karena pencapaian ini dilakukan dengan rotasi pemain yang melebihi batas Wenger pada umumnya.

Rotasi yang Berhasil

Wenger melakukan pergantian lima pemain di starting line up dari pertandingan sebelumnya. Masuk Monreal, Jenkinson, Flamini, Rosicky dan Bendtner menggantikan Gibbs, Sagna, Arteta, Wilshere dan Giroud. Kelima pemain ini bisa diprediksi akan digunakan kembali saat melawan Everton. Kecuali Jenkinson dan Bendtner, para pemain pengganti ini sudah sering dipakai di beberapa kesempatan musim ini sehingga rotasi pemain ini tidak merusak keseimbangan tim. Walcott belum dipasang sejak awal karena masih sakit (bukan cedera) dalam beberapa hari terakhir. Ia tidak mengikuti sesi latihan penuh di hari Senin. Mungkin untuk Everton pun ia belum dapat dipasang di awal pertandingan.

Kelima pemain “pengganti” ini bermain dengan sangat baik. Manfaat kebugaran fisik sangat terlihat. Monreal dan Jenkinson bekerja tanpa lelah naik turun menyusuri garis pinggir lapangan. Monreal bahkan tampil cemerlang, siap berikan kompetisi yang berat terhadap Gibbs. Jenkinson tampil lebih baik daripada penampilan-penampilan sebelumnya dan crossing akuratnya kembali menemukan tempat. Flamini seperti biasa tampil bak jenderal lapangan. Ia juga dapat berkolaborasi dengan baik bersama Arteta di 15 menit terakhir babak kedua. Rosicky seperti biasa membuat publik lupa terhadap usianya. Interception, tracking back, tackling dilakukannya bak pemain muda yang tak takut dengan cedera. Dan terakhir Bendtner seperti yang telah diulas di atas, menjawab keraguan dengan satu gol penting dan penampilan di depan yang lumayan. Tidak se-dominan Giroud namun cukup untuk merepotkan tim sekelas Hull City. Ia bahkan sempat hampir memberikan assist kepada Özil lewat crossingnya yang seakan merekonstruksi crossing Jenkinson kepadanya.

Hasil Klub Lain

Prediksi hasil-hasil klub lain di bulan Desember yang saya tulis kemarin, hampir akurat. Kecuali hasil MU melawan Everton, tim-tim besar lainnya menang. MU tampil lebih buruk dari dugaan, Moyes bahkan tak dapat mencuri satu point pun dari klub lamanya. Hasil ini menjadi legitimasi bagi era baru Everton di bawah Roberto Martinez, bahwa pemilihan ia menjadi manager Everton adalah pilihan tepat board klub tersebut setelah kepergian pahit Moyes. MU yang sekarang terpaut 12 poin dari Arsenal sulit dianggap sebagai kompetitor serius, kecuali jika mereka berhasil meraih 5 kemenangan berturut-turut di bulan Desember.

Chelsea dan City menang, namun tidak meyakinkan. Chelsea nyaris seri di kandang Sunderland. Stoke City mungkin dapat memberikan perlawanan yang lebih berarti akhir pekan ini. Manchester City sendiri memberikan dua gol di akhir-akhir pertandingan. Soal penyerangan City memang yang terbaik untuk saat ini (mencetak 40 gol) namun masih banyak PR di lini pertahanan mereka, terutama saat pertandingan tandang.

Empat gol Suarez lawan Norwich City membuktikan dirinya adalah striker terbaik Premier League dan menjelaskan mengapa Arsenal sangat menginginkannya di awal musim ini. Gol dari tembakan jarak jauh, jarak dekat, aksi individu, dan tendangan bebas menjadikan dirinya sebagai striker yang komplet sekelas Henry. Arsenal telah lama tidak memiliki striker seperti ini pasca Henry, yang punya kecepatan, teknik, kekerasan dan keakuratan tembakan. Liverpool tak akan menjual aset berharganya di Januari nanti namun juga akan sulit menahannya di akhir musim nanti. Bisa tidaknya Liverpool finish di posisi keempat akan tergantung penampilan Suarez musim ini. Dengan penampilan Suarez yang seperti ini, rasanya Liverpool mampu mencuri poin dari Tottenham, Chelsea dan City. Prediksi Desember tersebut sepertinya mesti diralat segera.

Mitos “Harus Mengalahkan Klub Besar”

Salah satu argumen yang beredar di pundit bola mengapa Arsenal belum pantas dianggap sebagai penantang juara utama adalah karena Arsenal belum mengalahkan klub besar seperti Manchester United, Manchester City dan Chelsea. Memang pertandingan antara tim besar adalah pertandingan “six pointer”, yang artinya selisih antara menang dan kalah adalah 6 poin. Contohnya saat Arsenal melawan MU beberapa pekan lalu. Saat itu selisih poin Arsenal dan MU adalah 8 poin. Jika Arsenal menang, selisih poin menjadi 11 dan jika Arsenal kalah selisih poin menjadi 5. Jarak 11 dan 5 adalah 6 poin. Maka dengan hasil kalah di pertandingan tersebut, Arsenal kehilangan 6 poin potensial. Dengan alasan tersebut, mengalahkan tim rival dalam pertandingan six pointer menjadi amat penting.

Namun kenyataannya tidak seperti hitung-hitungan di atas kertas. Memang six pointer vital bagi rivalitas tim yang setara. Tetapi mengalahkan tim kecil juga tidak kalah penting. Tiga pertandingan setelah MU vs Arsenal, jarak antara MU dan Arsenal yang sempat diperkecil menjadi 5 poin sekarang menjadi 12 poin. Tiga kemenangan Arsenal berturut-turut dan hasil seri-seri-kalah MU membuat kemenangan six pointer MU terhadap Arsenal tersebut dengan cepat dapat dinegasikan dampaknya. Itu karena MU tidak mampu meraih angka sempurna di pertandingan lainnya.

Berkat bekal hasil melawan klub-klub “kecil”, Arsenal bisa lebih tenang dalam memasuki pertandingan six pointer melawan rival beratnya, dibanding mereka

Untuk Chelsea dan Manchester City yang relatif lebih konsisten daripada MU, six pointer dengan mereka menjadi penting. Misalnya saat ini selisih poin Chelsea dan Arsenal 4 poin. Jika Arsenal menang selisih menjadi 7 poin, bila kalah menjadi 1 poin. Dengan Man City, menang jadi 9 poin, kalah jadi 3 poin. Dan karena Chelsea dan Man City terus-menerus mendulang poin dari tim kecil, hasil menang melawan mereka menjadi penting. Jika tidak bisa menang, paling tidak seri agar selisih poin tetap terjaga. Sebaliknya bagi mereka, kemenangan melawan Arsenal menjadi target utama bulan ini, seri saja tidak cukup. Berkat bekal hasil melawan klub-klub “kecil”, Arsenal bisa lebih tenang dalam memasuki pertandingan six pointer melawan rival beratnya, dibanding mereka. Arsenal cukup “tidak kalah” sedangkan mereka “mesti menang”. Hal tersebut sudah cukup untuk memposisikan Arsenal di atas angin dalam perburuan “gelar” juara paruh musim ini.

Enam pertandingan lagi di bulan Desember, tak ada yang bisa kita perbuat sebagai fans kecuali menonton pertandingan, mendukung penuh tim dan percaya kepada nyanyian klasik yang sudah berusia belasan tahun ini:

One Arsène Wenger, there’s only one Arsène Wenger…