Manchester City: Six Pointer Pertama

Setelah dua hasil yang tidak terlalu menggembirakan melawan Everton dan Napoli, Arsenal akan berkunjung ke kandang Manchester City. Selain Chelsea, Manchester City adalah pesaing terkuat Arsenal musim ini. Dan kedua pertandingan melawan rival terkuat tersebut adalah pertandingan Six-Pointer. Di tulisan sebelumnya saya menuliskan hasil pertandingan Six-Pointer akan menjadi penentu posisi Arsenal di bulan Desember ini. Memenangkan pertandingan ini, Arsenal akan membungkam kecerewetan para pundit bola yang tak henti-hentinya meragukan kemampuan tim ini. Menang selisih poin jadi 9, kalah jadi 3, seri selisih poin tetap. Sebelum membahas pertandingan lawan Man City, mari kita bahas sedikit dua pertandingan sebelumnya yang tidak sempat ditulis di blog ini.

Everton

Everton di bawah Roberto Martinez tampil lebih dinamis daripada saat di bawah Moyes. Tak lagi mengandalkan Baines dan Fellaini, serangan yang dilancarkan Everton lebih dinamis dan lebih menyerupai tim-tim papan atas. Ross Barkley tampil lebih cemerlang daripada pemain muda andalan Arsenal seperti Wilshere hari itu. Everton menguasai bola di babak pertama dan Arsenal baru dapat melancarkan serangan berbahaya di lima menit terakhir babak pertama. Gol Ozil di babak kedua dibalas dengan tidak kalah cantiknya oleh Deulofeu, juga pemain muda, yang dipinjam dari Barcelona. Fakta menarik adalah tiga pemain terbaik Everton musim ini selain Barkley adalah pemain pinjaman: Deulofeu, Barry dan Lukaku. Ternyata selain pintar meracik taktik permainan, Martinez juga piawai soal transfer pemain. Mungkin Manchester United merekrut manajer Everton yang salah. Kepergian Moyes ternyata lebih menguntungkan Everton, paling tidak hingga saat ini.

Arsenal sendiri tidak bermain buruk di pertandingan ini, namun juga tidak sebaik pertandingan-pertandingan sebelumnya. Pressing Everton yang intens di babak pertama membuat Arsenal berkali-kali kehilangan bola. Ramsey dan Wilshere tak mampu menemukan permainan mereka. Namun di lima menit babak kedua, dua peluang emas Ramsey dan Giroud hasil pergerakan bola yang cepat di kotak penalti lawan masih berhasil ditahan Howard. Wenger memasukkan Walcott dan Rosicky di saat yang tepat. Umpan lambung diagonal Rosicky di-knock down oleh Walcott yang kemudian disambar Giroud namun tidak kena. Untungnya Ozil berada tepat di sampingnya dan “mengajarkan” Giroud bagaimana caranya melakukan volley yang benar di depan gawang.

Sayangnya unggul 1-0, Arsenal memilih bertahan. Mungkin karena mengingat fixture bulan Desember yang padat. Deulofeu yang baru masuk dan segar memanfaatkan perpindahan ke gigi mundur Arsenal ini. Umpan lambung Everton dari sisi kiri yang juga gagal disambar Lukaku (sepanjang pertandingan ini ia dikawal dengan baik oleh Koscielny), mendarat ke kaki Deulofeu. Gibbs mencoba menutup jalur tembakan Deulofeu. Sayangnya pemain yang dihadapinya ini bukan pemain biasa. Dengan short backlift, bola ditendang dengan cepat, sedikit melengkung tanpa bisa ditahan oleh Szczesny. Hilanglah rekor clean sheet kebanggaannya seiring dengan hilangnya kesempatan meraih tiga poin di minggu yang mana para kompetitor Arsenal pada kehilangan poin.

Hasil yang sedikit mengecewakan namun jika sedikit perspektif kita letakkan, City yang seri dengan Southampton, Chelsea kalah dari Stoke City dan Man United kalah dari Newcastle, maka hasil seri ini tidaklah buruk. Paling tidak lawan Arsenal berada di posisi yang lebih tinggi di klasemen daripada lawan para rival tersebut.

Napoli

Jujur saya tidak sempat menonton pertandingan ini dikarenakan kesibukan pekerjaan. Hanya sempat melihat highlight pertandingan. Memimpin grup hingga pertandingan terakhir dan kemudian mesti puas lolos sebagai runner up tentunya mengecewakan. Namun bila kita diberikan pilihan saat undian grup UCL, asal lolos dari Group of Death ini pun sudah cukup bagus. Napoli mesti tersingkir walaupun memiliki angka 12 poin, sama dengan Dortmund dan Arsenal. Tidak ada grup yang lebih ketat di Champions League daripada grup ini, bahkan sejak beberapa musim terakhir ini.

Perbedaan antara Napoli dan Arsenal di pertandingan ini ada pada ketajaman strikernya. Giroud sudah membuktikan diri sebagai striker yang dapat diandalkan dan menjadi kunci permainan Arsenal musim ini. Namun dalam pertandingan ini terlihat perbedaan “ketajaman” dan naluri “haus gol” seorang striker antara ia dan Higuain. Saat Giroud menembak, ia tak punya “short backlift”-nya yang membuat tembakannya sedikit mudah ditebak. Bandingkan dengan gol pertama Napoli di mana tembakan Higuain mengejutkan Szczesny karena dilakukan dengan cepat saat ia membalikkan badan. Dan bola juga mengarah ke pojok gawang. Unsur kejutan, kecepatan, short backlift (ayunan kaki ke belakang yang pendek), menjadi pembeda striker tajam dengan striker biasa. Mesti diakui dalam hal ini Giroud masih kalah dari Higuain.

Arteta diusir dari lapangan karena dua kartu kuning yang terlalu mudah diberikan wasit. Dalam posisi ketinggalan 1 gol dan kehilangan 1 pemain, mudah ditebak kalau Arsenal secara psikologis akan memilih bertahan daripada menyerang. Pokoknya bagaimana caranya agar tidak kebobolan lagi dan strategi itu memang berhasil. Gol kedua Napoli baru dapat terjadi di menit ke-92, dan saat bola dikembalikan ke tengah lapangan, waktupun habis. Arsenal selamat dan lolos ke Liga Champions. Undian berat menanti di depan dengan calon lawan seperti Real Madrid, Barcelona, Bayern Muenchen, Atletico Madrid, atau PSG. Namun kita bisa pikirkan itu nanti karena pertandingan baru akan berlangsung di bulan Februari. Masih ada kesempatan untuk menambah daya tempur di bulan Januari dengan pembelian baru ataupun dengan menyelaraskan Podolski, Walcott dan Chamberlain dengan permainan tim inti.

Tuan Rumah yang Tak Pernah Kalah

Manchester City tak pernah kalah di kandangnya di liga, bahkan selalu meraih nilai sempurna. Satu-satunya kekalahan mereka di kandang diderita dari Bayern Muenchen di Champions League. Namun itupun sudah mereka balas di Allianz Arena dengan skor 2-3. Dengan kondisi mental yang lagi tinggi sehabis mengalahkan juara UCL musim lalu, Manchester City akan berada pada kondisi terbaik saat menjamu Arsenal nanti.

Bagaimana dengan Arsenal? Tidak begitu meyakinkan di dua pertandingan sebelumnya. Kelelahan mulai mendera beberapa pemain seperti Ramsey, dan Ozil. Cazorla juga telah bermain di dua pertandingan berturut-turut. Menarik siapa yang akan dipilih Wenger untuk hari ini. Apakah Walcott akan diturunkan sejak menit pertama? Apakah Wenger akan memilih double pivot Arteta dan Flamini untuk memberikan rasa aman di belakang?

Wenger sebelum pertandingan mengatakan bahwa menyerang adalah pertahanan terbaik. Jika memang itu yang ingin ia buktikan dalam pertandingan hari ini, ia mesti memainkan Ramsey dan mendudukkan salah satu antara Flamini dan Arteta di bangku cadangan. Rencana memainkan mereka berdua di Napoli sedikit banyak menurunkan daya serang Arsenal. Ramsey-Arteta atau Ramsey-Flamini? Saya akan memilih Ramsey-Flamini di pertandingan ini. Kita butuh sedikit kecepatan dari Flamini untuk menjaga pergerakan pemain-pemain sayap City yang cepat.

Bila Ramsey dan Flamini yang dipasang, siapa yang akan menemani di sayap? Ozil rasanya akan dimainkan. Ia terlalu penting untuk didrop di pertandingan ini. Ia akan punya kurang lebih 9 hari untuk beristirahat sebelum Chelsea nanti. Lalu siapa yang menemani di kiri dan kanan? Bila Wenger belum yakin dengan Walcott ia akan memasang Rosicky dan Wilshere. Bila Walcott siap, maka Walcott dan Cazorla akan jadi pilihan yang lebih baik. Dengan adanya Walcott, maka Cazorla, Ozil dan Ramsey bisa konsentrasi pada menjaga possession bola sambil menunggu waktu tepat untuk memberikan through ball kepadanya. Tanpa Walcott, kita butuh tusukan Wilshere dan Rosicky.

Di belakang, kabar Sagna fit adalah yang sangat dibutuhkan Arsenal. Jenkinson sulit untuk mengatasi kecepatan kecerdikan dan trick-trick dari Nasri, Navas ataupun Silva. Dua pertandingan tanpa Sagna dan Arsenal kebobolan gol yang dimulai dari sisi kanan Arsenal. Di kiri Monreal atau Gibbs sama mumpuni.

Maka prediksi line ups saya sebagai berikut:

Szczesny – Sagna, Mertesacker, Koscielny, Monreal – Flamini, Ramsey, Ozil – Walcott, Giroud, Cazorla

Cadangan: Fabianski, Vermaelen, Gibbs, Arteta, Wilshere, Rosicky, Bendtner

Penyerangan Terbaik vs Pertahanan Terbaik

Bagaimana caranya mengatasi penyerangan terbaik di Premier League? Dengan menampilkan pertahanan terbaik. Navas, Nasri, Aguero, Negredo adalah kuartet paling berbahaya di liga saat ini. Belum lagi ditambah dengan tusukan Yaya Toure lalu overlapping dua fullback City, Kolarov dan Zabaleta. City menyerang lewat sayap dengan sangat baik. Untuk itu fullback dan pemain sayap Arsenal mesti bekerja keras menjaga sisi lapangan. Flamini juga akan sangat membantu. Ramsey mesti siap turun setiap saat untuk meng-cover lubang yang ditinggalkan Flamini. Bila berpikir untuk menahan serangan City, maka Arteta juga sepertinya diperlukan. Namun seperti kata Wenger tadi, Arsenal mesti menyerang. City memang berbahaya, namun selama bola lebih banyak dipegang Arsenal, selama itu pula bahaya tersebut tak akan muncul.

Cazorla, Ozil dan Ramsey adalah tiga pemain yang sangat dapat diandalkan untuk ball possession. Mereka akan mendistribusikan bola dengan sabar. Kecepatan Walcott akan sangat berguna agar Kolarov tidak sering overlapping dan membuat garis belakang City tidak terlalu maju. Pertarungan akan terjadi di sisi kanan Arsenal dan kecepatan Walcott akan menjadi penentu. Kedua tim akan saling menyerang dan pasti menjadi tontonan yang menyenangkan. Tentunya tontonan ini baru sempurna bila Arsenal mampu mendapatkan tiga poin di akhir pertandingan.

Mengalahkan tim yang belum kalah di kandang musim ini adalah salah satu ciri tim juara. Tantangan dengan bonus “six pointer” ini akan menguji kadar kelayakan tim Arsenal ini untuk memimpin klasemen hingga akhir tahun. Semoga kita bisa.

Victoria Concordia Crescit

Advertisement

Preview Singkat Everton: Arsenal Menang

Bila Arsenal menang malam ini (dan saya yakin akan) maka jarak antara Arsenal dengan juara bertahan Liga Inggris menjadi 15 poin. Angka ini lebih besar daripada kemungkinan jarak 11 poin saat Arsenal bertandang ke Old Trafford. Kekalahan pertama Arsenal sejak pertandingan pertama musim ini saat itu membuat jarak poin mendekat menjadi 5 poin namun 4 pertandingan berikutnya yang dilalui MU dengan hasil buruk membuat jarak 15 poin akan terjadi malam ini, setelah kemenangan Arsenal. Tampaknya RVP bukan peramal yang baik. “Arah” klub lamanya yang ia pertanyakan awal musim lalu ternyata malah lebih jelas daripada klubnya yang sekarang, the club in crisis. Kita akan bahas soal perubahan arah dan nasib kedua klub yang menjadi musuh bebuyutan sejak era EPL ini lain kali.

Musim Gugur
Resminya di Inggris saat ini sudah memasuki musim dingin namun klub-klub bola Inggris seperti sedang mengalami musim gugur. Poin demi poin berguguran di matchday kemarin. Tidak hanya MU yang memetik hasil buruk, Chelsea juga kalah kepada Stoke City dan Man City ditahan Southampton. Lagi-lagi prediksi saya tentang hasil di bulan Desember meleset. Kekalahan Chelsea dan kekalahan kedua MU di kandang sendiri agak di luar dugaan. Hanya hasil dari Man City dan Liverpool yang masih sesuai skenario. Memang tidak mudah untuk memprediksi hasil pertandingan sepakbola, maka ada pepatah “bola itu bundar”. Hasil kemarin ini sangat menguntungkan Arsenal karena bila Arsenal menang lawan Everton, kita akan punya tabungan gap 7 poin dari pesaing terdekat untuk menghadapi pertandingan-pertandingan sisa akhir tahun ini. Tabungan yang penting mengingat Man City dan Chelsea adalah musuh berikutnya.

Mengapa Yakin Menang?
Lalu kok bisa yakin Arsenal akan menang atas Everton malam ini? Yakin menang bukan berarti pasti menang, karena kita tak bisa melihat masa depan. Ada beberapa hal yang bisa menumbuhkan keyakinan tersebut.

1. Konsistensi
Ada sebab Arsenal memimpin klasemen sementara dan itu adalah konsistensi. Catatan tim ini sementara adalah P14 W11 D1 L2. Selain kekalahan dari Aston Villa yang berbau kontroversi dan dari MU setelah pertandingan yang menguras fisik dan mental di Dortmund, Arsenal tidak pernah gagal mendapatkan poin. Saat Man City, Chelsea, Liverpool dan terutama MU takluk dari tim-tim papan tengah dan bawah, Arsenal hampir selalu menang. Konsistensi ini juga dibuktikan saat melawan tim tangguh seperti Liverpool, Southampton dan di Champions League: Dortmund dan Napoli. Everton akan menjadi korban berikutnya dari konsistensi ini.

Konsistensi ini berawal dari lini belakang yang menjadi faktor pertahanan terbaik di Liga saat ini. Dimulai dari Szczesny yang tampil luar biasa tanpa lakukan kesalahan setelah pertandingan pertama liga. Szczesny menjadi seorang kiper yang memenangkan poin untuk tim, bukan menghilangkan poin sebagaimana beberapa kali kejadian di musim lalu. Bila terus berkembang, ia sangat bisa menjadi kiper yang melebihi Seaman dan Lehmann. Di depannya, back four selalu tampil konsisten dan pelapisnya juga tampil baik. Monreal, Vermaelen dan Jenkinson mampu masuk dan keluar tim tanpa harus merusak penampilan barisan pertahanan Arsenal. Jumlah enam clean sheet dan hanya kebobolan 10 gol dalam 14 pertandingan menjadi dasar konsistensi Arsenal. Selain pertandingan kontroversial lawan Villa, Arsenal tak pernah kebobolan lebih dari satu gol di liga. Dengan catatan rekor seperti ini, pemain Arsenal bisa percaya diri memasuki setiap pertandingan, demikian juga fans. Ada pepatah:

Strikers win you matches but defence win you the league.

2. Kreativitas tanpa batas
Mengapa Wenger membeli Ozil ketika prioritas yang jelas adalah striker, tanya para pundit bola di awal musim? Arsenal memang mencoba mendapatkan striker terbaik liga Inggris tapi gagal, namun kesempatan mencaplok playmaker terbaik Eropa tak boleh dilepaskan begitu saja. Ferguson dalam biografinya mengkritik kebijakan Wenger yang mengoleksi clones of midfielders. Bahwa Wenger membeli pemain-pemain tengah yang serupa seperti Nasri, Arshavin, sehingga lini tengah memang kreatif tapi kekurangan greget. Salah satu alasan Fergie menolak untuk membeli Ozil di tahun 2010 mungkin karena hal ini. Ia menolak mengoleksi duplikat pemain tengah kreatif. Dan begitu juga Moyes. Tak heran saat ini mereka berakhir dengan lini tengah yang dipenuhi Fellaini, Jones, Anderson, Cleverley dan kesulitan menciptakan peluang. Tak satupun pemain tersebut akan bisa masuk ke starting line up Arsenal saat ini. Kekayaan clones of midfielders Arsenal saat ini memastikan kontinuitas supply bola dan penciptaan peluang Arsenal terus terjaga mesti satu dua pemain dirotasi. Kemarin Rosicky yang main, malam ini mungkin Wilshere. Ozil, Cazorla, Rosicky, Ramsey dan Wilshere memastikan kreativitas bukan masalah Arsenal musim ini, dan sulit membedakan mana pemain utama mana cadangan. Hadirnya Flamini dan Arteta juga menambah fleksibilitas formasi yang dipasang Wenger, semua dengan tujuan kreativitas tanpa batas yang juga tetap gregetan.

3. Mukjizat
Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa memeluk agama seringkali tidak didasarkan pada akal sehat, tetapi pada Mukjizat. Entah mukjizat yang dibaca di kisah-kisah agama lalu diyakini, atau yang dilihat sendiri. Mukjizat, hal yang sulit dipahami nalar karena kita tak punya penjelasan untuknya, sulit dilakukan orang biasa, membuat kita terkejut, kagum, lalu tidak jarang hadir keyakinan buta. Nah dalam hal ini, mukjizat yang diperlihatkan Ramsey lalu Ozil dan Wilshere adalah hal-hal yang menumbuhkan keyakinan. Mukjizat yang mereka tampilkan adalah hasil kejeniusan, talenta yang dilatih sedemikian rupa sehingga aksi luar biasa bisa dilakukan di pertandingan, tak hanya di latihan. Sebuah bukti yang mengangkat mereka di atas level pemain rata-rata. Dari semua tembakan Ramsey yang masuk, operan akurat Ozil, sampai gol pinball Wilshere yang membuat seisi stadion senyap, terkesima. Permainan one-two pemain-pemain tengah Arsenal seringkali membuat kita menahan nafas, untuk kemudian menggeleng-gelengkan kepala atas level teknik yang mereka miliki. Dan mukjizat ini lahir di setiap pertandingan sehingga tak mungkin untuk tak yakin kepada tim yang satu ini.

4. Olivier Giroud
Pemain Arsenal yang tak tergantikan ini akan bermain setelah beristirahat satu pekan, dan itu cukup untuk menjadi alasan kemenangan. Bendtner bermain bagus kemarin namun sentuhan, penguasaan bola di udara dan darat, dan flick sexy Giroud tak tergantikan. Giroud akan menjadi pembeda antara barang jadi dengan mentah. Lukaku akan dilihat dengan mata orang yang telah melihat Giroud dan penilaian mereka akan berubah. Tak hanya soal assist dan goal, kontribusi Giroud terhadap permainan Arsenal sangat luas dan signifikan. Deceptive movement-nya, benturan fisiknya, kemampuan ia “membeli” waktu beberapa detik untuk menciptakan ruang bagi pemain lainnya. Perlahan-lahan ia menjelma menjadi No.9 yang komplet. Bila ada kelemahan, adalah ia masih mengandalkan kaki kiri dan tidak nyaman dengan kaki kanannya.

Empat hal di atas membuat saya yakin Arsenal akan menang malam ini. Everton memang tim bagus, solid di belakang dan mampu menciptakan banyak peluang. Kedua bek sayap mereka tampil baik di beberapa pertandingan terakhir dan mereka tak lagi mengandalkan penciptaan peluang kepada Baines. Dan Lukaku adalah pemain dengan raw talent yang sangat kentara. Kemenangan mereka atas MU tidak mengherankan (walau prediksi saya seri) mengingat tumpulnya serangan MU dari open play dan kemenangan itu akan menjadi modal kepercayaan diri mereka saat berkunjung ke Emirates Stadium hari ini.

Namun Arsenal juga telah bertemu dengan tim yang lebih berkualitas daripada Everton dan mampu menaklukkannya. Bila Lukaku striker level A, maka Lewandowski level AAA. Lini tengah Arsenal akan mendominasi pertandingan ini dan melahirkan banyak peluang. Barisan pertahanan akan membungkam Lukaku. Arsenal bisa menang malam ini selama empat hal di atas tampil kembali dan tidak terjadi hal yang kontroversial yang dipengaruhi wasit. Tapi ingat bola itu bundar, mari kita nikmati saja 90 menit pertandingan nanti. Apapun hasilnya, Arsenal tetap top of the league.

Prediksi line ups:
Szczesny – Jenkinson, Mertesacker, Koscielny, Gibbs – Arteta, Ramsey, Ozil – Wilshere, Giroud, Cazorla

Subs: Fabianski, Vermaelen, Monreal, Flamini, Rosicky, Walcott, Bendtner

‘One Arsène Wenger’, Menjawab Keraguan Demi Keraguan

One Arsène Wenger, there’s only one Arsène Wenger…

Mereka meragukan Aaron Ramsey, musim ini Ramsey pemain terbaik Premier League.

Mereka meragukan duet Per Mertesacker dan Koscielny, musim ini duet tersebut menjadi tulang punggung pertahanan terbaik Premier League.

Mereka meragukan Olivier Giroud, musim ini Giroud begitu vital dalam permainan Arsenal (10 goal + 5 assist) sehingga semua fans Arsenal kuatir ia cedera.

Mereka meragukan dan meremehkan Bendtner, malam ini ia menjawab dengan satu gol cepat dan secara keseluruhan penampilan yang di atas rata-rata.

Mereka meragukan Arsenal mampu menjadi juara musim ini walaupun Arsenal sedang memimpin klasemen 4 poin di atas peringkat kedua dan hanya menyisakan 5 pertandingan sisa di paruh musim 2013/2014 ini…

Keraguan demi keraguan dijawab tim Arsène Wenger musim ini. Pertama Southampton yang saat tandang berhasil menang atas Liverpool dan seri melawan United, tumbang oleh Arsenal 2-0. Lalu Cardiff City yang di kandangnya berhasil menang atas City dan seri lawan United, takluk di kandang oleh Arsenal 3-0. Terakhir Hull City yang menumbangkan Liverpool 3-1, dihabisi Arsenal 2-0 dengan cukup nyaman. Dan lawan berikutnya adalah Everton yang kemarin berhasil menang atas tim mediocre United. Apakah Arsenal akan kembali menang akhir pekan ini? Apakah kemenangan atas Everton akan cukup menjawab keraguan para “pakar” sepakbola yang mengisi kolom tabloid dan talkshow di acara bola? Mungkin tidak akan cukup sampai Arsenal memegang trofi di bulan Mei nanti. Tapi kita tak peduli, karena kita lebih tahu daripada mereka. Kita mengikuti tim Arsenal ini sejak belasan atau bahkan puluhan tahun silam, minggu per minggu. Kita tahu persis apa bedanya tim bermental juara dengan tim yang miskin kematangan. Kita tahu persis saat Arsenal bertransformasi menjadi tim kandidat juara liga.

AKB vs WOB

Dua musim terakhir adalah kulminasi keraguan terhadap Arsène Wenger dari camp fans Arsenal sendiri. Kepergian Fabregas dan Nasri di awal musim 2011/2012 serta Van Persie dan Song di awal musim 2012/2013 membuat Arsenal mengawali musim dengan sangat buruk dan mesti berjuang keras untuk lolos ke kualifikasi Liga Champions di akhir-akhir musim. Walaupun mereka akhirnya berhasil, fans sudah terlanjur kecewa terutama dengan kebijakan klub untuk menjual pemain terbaiknya dan tidak menggantinya dengan pemain yang setara. Belum lagi adanya AST (Arsenal Supporters’ Trust) lewat juru bicaranya Tim Payton yang gemar mengkritik klub di muka publik. Menuduh klub menimbun uang 70-100 juta pounds dan menolak membelanjakannya. Fans Arsenal terbelah dua bak Laut Merah dibelah Nabi Musa. Ada AKB (Arsene Knows Brigade) yang percaya penuh pada Arsène Wenger dan WOB (Wenger Out Brigade) yang menganggap Wenger telah out of touch, keras kepala dengan idealismenya dan menolak membelanjakan uang yang disediakan klub untuknya (asumsi mereka). Bahwa kenyataan 8 tahun tanpa trofi adalah indikasi Wenger sudah tak pantas lagi memimpin klub ini. Kelompok WOB ini makin lama makin keras suaranya di publik (dipimpin oleh Piers Morgan yang jarang masuk akal), sedangkan kelompok AKB semakin lama semakin sedikit atau memilih untuk diam. Mereka menanti kesempatan, the second coming of Messiah, karena keyakinan total mereka terhadap Lord Wenger yang telah memberikan gelar demi gelar dan ciri khas baru pada Arsenal semenjak kedatangannya serta rekor Invincible yang tak akan dipecahkan lagi oleh tim manapun di masa depan.

Awal musim ini, dengan satu tindakan Wenger menghapus tuduhan bahwa ia menolak spending big. Dua tindakan tepatnya. Yang pertama adalah bid kontroversial 40 juta + 1 pounds terhadap Luis Suarez yang gagal, dan yang kedua tentunya pembelian spektakuler Mesut Özil dari Real Madrid senilai 42,5 juta pounds, rekor pembelian termahal kedua di liga Inggris setelah pembelian Fernando Torres oleh Chelsea. Jika WOB (jika masih ada) merasa pembelian Özil adalah karena tekanan keras dari mereka di awal musim ini, asumsi tersebut salah besar. Wenger memang keras kepala, namun ia tahu persis apa yang ia lakukan. Ia punya budget terbatas, sehingga ia selalu mengatakan hanya akan membeli top, top player yang memang pantas dibeli dengan nilai tinggi. Dan kesempatan musim ini tiba ironisnya dibantu oleh penjualan Bale ke Madrid. Kejadian di luar kewajaran yang memungkinkan Madrid membuang pemain terbaik kedua mereka ke Arsenal.

Wenger memang keras kepala, namun ia tahu persis apa yang ia lakukan.

Dan bila ada fans Arsenal yang masih berhalusinasi bahwa pemain sekelas Özil mau pindah ke Arsenal tanpa adanya Wenger, maka wawancara terakhir Özil di Majalah FourFourTwo edisi Januari 2014 membuyarkan ilusi tersebut. Ia mengatakan keputusannya untuk pindah ke Arsenal dari klub terkaya dunia didasari oleh trust yang ia rasakan dari Wenger, bukan karena adanya pemain-pemain Jerman di klub ini. Dan jelas bukan karena uang (PSG menawarkan gaji lebih tinggi). Wenger telah memantaunya sejak ia di Werder Bremen dan mencoba membelinya saat itu namun kalah oleh pesona klub sekelas Madrid. Özil kemudian cukup diyakinkan dengan sebuah panggilan telepon dari Wenger. Pindah ke sebuah klub di liga yang asing baginya, di usia di mana ia mungkin akan menghabiskan usia puncaknya, bukanlah sebuah tindakan yang mudah. Perlu keyakinan penuh kepada manager barunya untuk mengambil keputusan tersebut.

“Somehow this telephone call just flicked a switch in me,” Ozil told Die Welt. “I thought: ‘What he is telling me is what I have missed at Real: transparency, trust, respect. He told me exactly how he sees me [as a player], how he wants to use me, what he expects from me and what he hopes I will contribute.”

Sebesar-besarnya Arsenal di Inggris, di dataran Eropa Arsenal belum dilihat sekelas dengan Real Madrid, Barcelona dan Bayern Muenchen, raksasa-raksasa Eropa saat ini. Untuk Özil pindah dari Madrid ke Arsenal, klub yang belum pernah memenangkan Liga Champions ini, umumnya akan dianggap langkah mundur. Namun kepercayaannya terhadap Wenger yang dirasanya mampu mengembangkannya ke level yang lebih tinggi sebagaimana yang ia lakukan terhadap Henry, Pires dan Vieira (Bergkamp pengecualian karena tanpa perlu disentuh juga sudah level God-like) membuat Özil yakin ini adalah langkah maju bagi karier pribadinya. Bukan tidak mungkin dalam satu dua tahun ke depan Özil bahkan mampu bersaing dengan Messi dan Ronaldo untuk Ballon d’Or, sesuatu yang diyakini oleh Wenger.

Kisah lainnya adalah Aaron Ramsey. Ramsey di usia 17 tahun adalah pemain yang diperebutkan banyak klub elit Inggris di antaranya Manchester United, Everton dan Arsenal. Bahkan United sempat memposting berita bahwa mereka telah mendapatkan Ramsey di website resminya sebelum kemudian Arsenal “menculiknya”. Lagi-lagi perlakuan khusus dan penjelasan visi Wenger terhadapnya dan orang tuanya (yang menerbangkannya dengan pesawat jet pribadi ke Swiss untuk bertemu langsung) akhirnya meyakinkan Ramsey untuk menolak tawaran United dan memilih bergabung dengan Arsenal. Terbukti hal itu adalah pilihan tepat baginya. Lima tahun kemudian ia bermain dengan pemain sekelas Mesut Özil, Santi Cazorla, Tomas Rosicky. Ia bisa saja melakukan kesalahan sehingga saat ini bermain dengan pemain seperti Anderson, Fellaini, Cleverley dan terpaut 12 poin dari pemimpin klasemen.

Kedua kisah di atas adalah bukti bagaimana manager masih menjadi yang paling penting dalam sebuah klub sepakbola. Manchester United yang menjadi juara liga musim lalu mendadak menjadi tim mediocre ketika ditinggal manager hampir tiga dekade-nya. Saat klub terpuruk maka managerlah yang akan dipecat. Dengan kesimpulan ini maka eksistensi WOB menjadi tidak relevan lagi selama Arsenal berada di peringkat pertama, bermain dengan baik dan memimpin dalam pengejaran gelar liga Inggris. Untuk sementara ini mari kita semua berperan sebagai AKB. Percayakan pada Wenger karena tim ini memang miliknya, dibangun olehnya dan sejauh ini telah berhasil menjawab keraguan demi keraguan baik dari fans sendiri maupun dari pihak luar. Keraguan itu lenyap di Emirates Stadium kemarin, seluruh fans menyanyikan chant ‘One Arsène Wenger’ saat Arsenal tampil begitu dominan melawan Hull City, pemandangan yang kontras dengan atmosfer di stadion di hari pertama musim ini.

…eksistensi WOB menjadi tidak relevan lagi selama Arsenal berada di peringkat pertama, bermain dengan baik dan memimpin dalam pengejaran gelar liga Inggris.

Cukuplah pihak luar yang meragukan Arsenal, meragukan kita. Saat ini hendaknya semua fans berdiri di belakang tim, di belakang manager, dan meyakini “we can win the league.” Video dari ArsenalFan TV (yang berisi wawancara-wawancara dengan fans usai pertandingan) ini pas untuk menutup bagian ini: Fans Apologises to Arsene Wenger.

 

Menang dengan Bermain Indah

Bergkamp mengatakan di biografinya bahwa filosofi Arsenal bukan hanya bermain indah, namun menang dengan bermain indah. Menang menjadi targetnya dan bermain indah adalah pendekatannya, caranya. Di awal babak pertama dan kedua saat melawan Hull City, Arsenal tampil luar biasa dengan passing-passing yang cepat dan akurat. Pergerakan pemain yang cepat membuat Hull City kebingungan untuk mengikutinya. Sayang saja Bendtner bukan striker reguler sehingga ia hanya dapat mencetak satu gol. Namun gol yang dicetaknya tidak kalah cantiknya dengan gol-gol Arsenal musim ini. Berawal dari pertukaran bola yang cepat antara Ramsey, Rosicky dan Jenkinson di sisi kanan, crossing akurat Jenkinson disundul oleh Bendtner secara terarah, keras menuju gawang. Gol di menit awal babak pertama tersebut kemudian ditambah dengan gol di menit kedua babak kedua yang juga hasil ping-pong bola yang cepat di sisi yang berlawanan. Kali ini aktornya adalah Monreal, Ramsey dan Özil.

Ramsey bergerak bebas dari kiri ke kanan ke tengah, ia ada di mana-mana! Ditopang oleh trio Rosicky, Cazorla dan Özil yang terus mengalirkan bola dengan cepat, Ramsey berkali-kali masuk di posisi yang berbahaya. Total 6 tembakan ia lakukan di pertandingan ini (terbanyak dari semua pemain di pertandingan ini), dengan satu tembakan keras yang membutuhkan penyelamatan cemerlang dari kiper Hull City. Ia mengembalikan assist Özil di Cardiff City dengan assist yang tak kalah cantiknya lewat reversed pass di depan kotak penalti lawan. Özil menyelesaikannya dengan kalem. Dua gol ini tidak mengilustrasikan dominasi Arsenal yang begitu mutlak di pertandingan ini, namun Arsenal bisa berpuas diri karena pencapaian ini dilakukan dengan rotasi pemain yang melebihi batas Wenger pada umumnya.

Rotasi yang Berhasil

Wenger melakukan pergantian lima pemain di starting line up dari pertandingan sebelumnya. Masuk Monreal, Jenkinson, Flamini, Rosicky dan Bendtner menggantikan Gibbs, Sagna, Arteta, Wilshere dan Giroud. Kelima pemain ini bisa diprediksi akan digunakan kembali saat melawan Everton. Kecuali Jenkinson dan Bendtner, para pemain pengganti ini sudah sering dipakai di beberapa kesempatan musim ini sehingga rotasi pemain ini tidak merusak keseimbangan tim. Walcott belum dipasang sejak awal karena masih sakit (bukan cedera) dalam beberapa hari terakhir. Ia tidak mengikuti sesi latihan penuh di hari Senin. Mungkin untuk Everton pun ia belum dapat dipasang di awal pertandingan.

Kelima pemain “pengganti” ini bermain dengan sangat baik. Manfaat kebugaran fisik sangat terlihat. Monreal dan Jenkinson bekerja tanpa lelah naik turun menyusuri garis pinggir lapangan. Monreal bahkan tampil cemerlang, siap berikan kompetisi yang berat terhadap Gibbs. Jenkinson tampil lebih baik daripada penampilan-penampilan sebelumnya dan crossing akuratnya kembali menemukan tempat. Flamini seperti biasa tampil bak jenderal lapangan. Ia juga dapat berkolaborasi dengan baik bersama Arteta di 15 menit terakhir babak kedua. Rosicky seperti biasa membuat publik lupa terhadap usianya. Interception, tracking back, tackling dilakukannya bak pemain muda yang tak takut dengan cedera. Dan terakhir Bendtner seperti yang telah diulas di atas, menjawab keraguan dengan satu gol penting dan penampilan di depan yang lumayan. Tidak se-dominan Giroud namun cukup untuk merepotkan tim sekelas Hull City. Ia bahkan sempat hampir memberikan assist kepada Özil lewat crossingnya yang seakan merekonstruksi crossing Jenkinson kepadanya.

Hasil Klub Lain

Prediksi hasil-hasil klub lain di bulan Desember yang saya tulis kemarin, hampir akurat. Kecuali hasil MU melawan Everton, tim-tim besar lainnya menang. MU tampil lebih buruk dari dugaan, Moyes bahkan tak dapat mencuri satu point pun dari klub lamanya. Hasil ini menjadi legitimasi bagi era baru Everton di bawah Roberto Martinez, bahwa pemilihan ia menjadi manager Everton adalah pilihan tepat board klub tersebut setelah kepergian pahit Moyes. MU yang sekarang terpaut 12 poin dari Arsenal sulit dianggap sebagai kompetitor serius, kecuali jika mereka berhasil meraih 5 kemenangan berturut-turut di bulan Desember.

Chelsea dan City menang, namun tidak meyakinkan. Chelsea nyaris seri di kandang Sunderland. Stoke City mungkin dapat memberikan perlawanan yang lebih berarti akhir pekan ini. Manchester City sendiri memberikan dua gol di akhir-akhir pertandingan. Soal penyerangan City memang yang terbaik untuk saat ini (mencetak 40 gol) namun masih banyak PR di lini pertahanan mereka, terutama saat pertandingan tandang.

Empat gol Suarez lawan Norwich City membuktikan dirinya adalah striker terbaik Premier League dan menjelaskan mengapa Arsenal sangat menginginkannya di awal musim ini. Gol dari tembakan jarak jauh, jarak dekat, aksi individu, dan tendangan bebas menjadikan dirinya sebagai striker yang komplet sekelas Henry. Arsenal telah lama tidak memiliki striker seperti ini pasca Henry, yang punya kecepatan, teknik, kekerasan dan keakuratan tembakan. Liverpool tak akan menjual aset berharganya di Januari nanti namun juga akan sulit menahannya di akhir musim nanti. Bisa tidaknya Liverpool finish di posisi keempat akan tergantung penampilan Suarez musim ini. Dengan penampilan Suarez yang seperti ini, rasanya Liverpool mampu mencuri poin dari Tottenham, Chelsea dan City. Prediksi Desember tersebut sepertinya mesti diralat segera.

Mitos “Harus Mengalahkan Klub Besar”

Salah satu argumen yang beredar di pundit bola mengapa Arsenal belum pantas dianggap sebagai penantang juara utama adalah karena Arsenal belum mengalahkan klub besar seperti Manchester United, Manchester City dan Chelsea. Memang pertandingan antara tim besar adalah pertandingan “six pointer”, yang artinya selisih antara menang dan kalah adalah 6 poin. Contohnya saat Arsenal melawan MU beberapa pekan lalu. Saat itu selisih poin Arsenal dan MU adalah 8 poin. Jika Arsenal menang, selisih poin menjadi 11 dan jika Arsenal kalah selisih poin menjadi 5. Jarak 11 dan 5 adalah 6 poin. Maka dengan hasil kalah di pertandingan tersebut, Arsenal kehilangan 6 poin potensial. Dengan alasan tersebut, mengalahkan tim rival dalam pertandingan six pointer menjadi amat penting.

Namun kenyataannya tidak seperti hitung-hitungan di atas kertas. Memang six pointer vital bagi rivalitas tim yang setara. Tetapi mengalahkan tim kecil juga tidak kalah penting. Tiga pertandingan setelah MU vs Arsenal, jarak antara MU dan Arsenal yang sempat diperkecil menjadi 5 poin sekarang menjadi 12 poin. Tiga kemenangan Arsenal berturut-turut dan hasil seri-seri-kalah MU membuat kemenangan six pointer MU terhadap Arsenal tersebut dengan cepat dapat dinegasikan dampaknya. Itu karena MU tidak mampu meraih angka sempurna di pertandingan lainnya.

Berkat bekal hasil melawan klub-klub “kecil”, Arsenal bisa lebih tenang dalam memasuki pertandingan six pointer melawan rival beratnya, dibanding mereka

Untuk Chelsea dan Manchester City yang relatif lebih konsisten daripada MU, six pointer dengan mereka menjadi penting. Misalnya saat ini selisih poin Chelsea dan Arsenal 4 poin. Jika Arsenal menang selisih menjadi 7 poin, bila kalah menjadi 1 poin. Dengan Man City, menang jadi 9 poin, kalah jadi 3 poin. Dan karena Chelsea dan Man City terus-menerus mendulang poin dari tim kecil, hasil menang melawan mereka menjadi penting. Jika tidak bisa menang, paling tidak seri agar selisih poin tetap terjaga. Sebaliknya bagi mereka, kemenangan melawan Arsenal menjadi target utama bulan ini, seri saja tidak cukup. Berkat bekal hasil melawan klub-klub “kecil”, Arsenal bisa lebih tenang dalam memasuki pertandingan six pointer melawan rival beratnya, dibanding mereka. Arsenal cukup “tidak kalah” sedangkan mereka “mesti menang”. Hal tersebut sudah cukup untuk memposisikan Arsenal di atas angin dalam perburuan “gelar” juara paruh musim ini.

Enam pertandingan lagi di bulan Desember, tak ada yang bisa kita perbuat sebagai fans kecuali menonton pertandingan, mendukung penuh tim dan percaya kepada nyanyian klasik yang sudah berusia belasan tahun ini:

One Arsène Wenger, there’s only one Arsène Wenger…